Brilio.net - Pernah nggak bertanya-tanya, mengapa setelah putus dari pacar membuatmu merasa seperti separuh jiwamu pergi dari dunia, lalu kamu merasa layaknya seorang pecandu yang akan melakukan apa saja demi mendapatkan cintanya? Tapi nih meski patah hati, kamu bakalan nggak kapok buat jatuh cinta lagi. Duileh! Daripada baper, yuk cari tahu jawaban atas pertanyaan ini lewat alasan ilmiah mengapa cinta itu adiktif dan mengapa kamu bisa kecanduan cinta meski berulang kali tersakiti.
Sebagaimana dilansir brilio.net Bustle, Minggu (21/2), kecanduan adalah kebutuhan yang kuat dan berbahaya untuk secara teratur memiliki sesuatu. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kecanduan adalah kejangkitan suatu kegemaran (hingga lupa hal-hal yang lain). Oleh kebutuhan, hal ini berarti kamu membangun toleransi terhadap zat adiktif dan kamu akan mengalami gejala penarikan diri ketika kamu menjauh dari apa yang kamu butuhkan atau ingin miliki.
Ketika mendengar kata 'kecanduan', biasanya terkait dengan obat-obatan. Arthur Aron, seorang psikolog di State University of New York mengatakan segala emosi yang timbul dalam diri seseorang saat dia jatuh cinta menggunakan sistem yang sama di otak yang ikut aktif saat seseorang mengonsumsi obat-obatan terlarang seperti kokain.
SUDAH BACA INI? --> 10 Profesi ini rentan terjadi cinlok, eciye!
Dikutip juga dari laman kawankumagz, bagian otak tersebut adalah amigdala, yaitu bagian yang berperan dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi. Para ilmuwan menemukan bahwa fungsi utama dari amigdala adalah untuk memproses stimulus negatif, yaitu rasa takut. Termasuk rasa takut kehilangan.
Saat jatuh cinta, tubuh menerima stimulus berupa rasa deg-degan, bahagia, penasaran dan rasa takut (kehilangan). Hal ini membuat kelenjar adrenal yaitu dua buah kelenjar yang terletak di atas ginjal yang bertugas memproduksi hormon-hormon penting dalam tubuh, jadi memproduksi hormon epinephrine (adrenalin), norepinephrine (noradrenalin) dan kortisol dalam jumlah yang banyak di aliran darah.
Nah, hal ini membuat amigdala di otak jadi aktif secara berlebihan. Efeknya pada tubuh sama seperti efek yang akan ditimbulkan kalau kamu mengonsumsi kokain. Makanya nggak heran kalau kamu lagi jatuh cinta sama seseorang, pasti pengen terus bertemu atau paling nggak tahu deh kabarnya gimana. Ya nggak?
Eh, giliran udah jadian terus harus putus, kamu akan kehilangan stimulus-stimulus yang sebelumnya kamu terima saat jatuh cinta. Akibatnya, kerja amigdala pun berubah karena kehilangan hormon-hormon yang sebelumnya diproduksi dalam jumlah banyak. Efeknya samalah seperti saat seseorang berhenti memakai obat terlarang. Bakalan merasa kalut karena terlanjur kecanduan atau ketagihan pada hal tersebut. Ya, berarti memang cinta adalah candu. Setuju kan sekarang?
Tapi bedanya dengan kecanduan obat, kamu nggak perlu rehabilitasi kalau kecanduan cinta. Cukup tingkatkan interaksi sosial dengan teman, sahabat dan keluarga untuk membantumu merasa baik-baik saja tanpa si dia. Dan yang nggak kalah penting dan nggak boleh terlewatkan adalah meningkatkan interaksi pada Tuhan agar kelak dipertemukan dengan pasangan yang saling membahagiakan bukan malah bikin sakit hati. Ya kan?
BACA JUGA :
Pernikahan ini buktikan cinta nggak hanya soal fisik semata