1. Home
  2. »
  3. Cinta
22 Desember 2015 15:08

Kisah Retno buktikan bahwa kamu tidak boleh remehkan trauma masa kecil

Kekerasan yang dialaminya semasa kecil berimbas ketika dia dewasa. Sabar Artiyono

Brilio.net - Tidak disangka, kekerasan yang diterima semasa anak-anak itu berbuntut panjang. Meski sudah menikah, Retno Wulandari (38) tetap saja masing terbayang dengan trauma masa lalu. Berbagai pengobatanpun sudah ditempuh, tetapi belum ada tanda-tanda peningkatan. Parahnya lagi, kepercayaan diri ibu tiga anak ini semakin luntur karena kekerasan yang diterima saat masih kecil.

Wanita asal Samarinda, Kalimantan Timur ini terlahir sebagai anak ke-8 dari 10 bersaudara. Dia mempunyai lima saudara laki-laki, tiga perempuan, dan satunya meninggal dunia. Bukannya melindungi saudara perempuannya, kelima saudara laki-lakinya malah sering menyerang Retno dan dua perempuan lainnya tanpa alasan yang jelas.

Parahnya lagi, orangtua saya tidak membela saya dan membiarkan mereka, tuturnya kepada brilio.net melalui sambungan bebas pulsa 08001555999, Minggu (20/12).

Kekerasan yang dia terima bervariasi, mulai dari ringan hingga yang ekstrem. Saya pernah ditembak senapan angin di bagian dada saya, tegasnya.

Akibat perlakuan kasar ini, wanita yang menikah pada tahun 1995 ini juga mengalami cacat pada bagian tangannya.

Beruntung saja, Retno dinikahi oleh seorang teknisi yang begitu penyabar dan mengerti keadaannya. Akan tetapi, dia sering merasa tidak berguna akibat trauma tersebut.

Meskipun sudah menikah dan dikarunia dua putri dan seorang putra, Retno tetap saja dibayang-bayangi oleh masa lalunya.

Kalau melihat anak laki-laki saya mengganggu saudarinya, saya teringat kelakuan kakak saya, akunya. Bahkan dia langsung refleks melampiaskan emosinya dalam bentuk kekerasan. Terkadang suaminyapun menjadi sasarannya.

Imbas dari kebiasaan ibunya tersebut, putri tertuanya menjadi takut untuk dekat dengan laki-laki. Bahkan di umur 19 tahun, dia seperti trauma untuk menikah, jelasnya.

Melihat apa yang telah dia lakukan, Retno sangat putus asa. Saya sudah ke psikolog, psikiater, pengajian, bahkan dirukyah tapi tetap saja seperti ini, ungkapnya.

Lewat pengalamannya itu, dia menekankan bahwa setiap orangtua seharusnya mampu mendengarkan apa yang setiap anak rasakan. Kalau tidak bisa membela, ya dengarkan ceritanya saja, tandasnya.

Cerita ini disampaikan oleh Retno Wulandari melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!


SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags