Brilio.net - Judul dari artikel ini memang menimbulkan ketakutan dan terdengar tidak masuk akal. Apalagi bagi kaum Adam di luar sana. Tapi sebelumnya, ada beberapa hal yang harus diluruskan terlebih dahulu. Pernyataan itu berasal dari hasil riset psikologi yang dilakukan di Amerika Serikat. Temuan dari studi inipun juga sudah diterbitkan ke dalam Preventive Medicine dan the Journal of Health Psychology.
Sang peneliti melirik hubungan antara cowok macho dan harapan hidup karena stereotip yang sudah tumbuh subur di masyarakat. Yakni, cowok itu tidak boleh menangis, lemah, atau merasa kesakitan. Dalam kata lain, jika ingin disebut sebagai cowok, maka harus macho. Dan memang standar macho itu kurang lebih sama baik di dalam maupun di luar negeri. Dari sinilah studi itu berangkat.
BACA JUGA: 23 Kebiasaan normal yang bisa menyebabkan kematian menurut media
Kemudian, sang peneliti, Diana Sanchez dan Mary Himmelstein menyebar kuesioner online kepada 250 laki-laki. Pertanyaannya meliputi bagaimana seorang cowok mempersepsikan gender dan maskulinitas. Selain itu, mereka juga ditanya lebih suka mana dokter cowok atau cewek saat berobat.
Selain kuesioner, kedua peneliti juga melakukan pendekatan lain. Diana dan Mary mengundang 250 cowok yang berbeda lagi untuk datang ke sebuah klinik dan melakukan konsultasi kesehatan.
Hasil dari metode pertama menunjukkan bahwa cowok yang menyebutkan dirinya macho ternyata lebih suka memilih dokter cowok. Hal ini terjadi karena beranggapan bahwa dokter cowok lebih mampu dibandingkan cewek. Tetapi, para cowok ini tidak terlalu aktif saat melakukan konsultasi saat sakit.
Pendekatan yang kedua menunjukkan bahwa cowok yang mengaku lebih maskulin ternyata jarang berkonsultasi ke dokter saat sakit. Mereka lebih memilih untuk menunggu hingga rasa sakit itu pulih sendiri.
Sebagai pembandingnya, sang peneliti juga melibatkan 193 sampel . (88 cowok dan 105 cewek). Dari pendekatan ini, cowok yang memang mengaku macho dan cewek yang memiliki sifat macho memang jarang pergi ke dokter saat sakit. Bahkan, golongan ini jarang bercerita apa yang membuatnya sakit.
Dari studinya tersebut, sang peneliti menekankan bahwa bukan faktor psikologi yang menjadikan usia cowok lebih singkat lima tahun daripada cewek. Tetapi, faktor budaya (bagaimana cowok disebut macho di masyarakat) itulah yang ingin lebih ditegaskan sebagaimana dihimpun brilio.net dari Eurek Alert, Kamis (31/3).