Dunia pendidikan saat ini tengah berduka dengan adanya kasus penganiayaan siswa terhadap guru seni rupa SMAN 1 Torjun bernamaAchmad Budi Cahyanto. Tak hanya kepedihan mendalam, meninggalnya guru muda yang belum lama menikah ini menimbulkan keprihatinan serta kegeraman netizen terhadap pelaku yang merupakan anak didik guru itu sendiri.
Baru-baru ini, netizen melirik kembali status pak guru Budi 2 tahun silam, tepatnya pada tanggal 8 Juni 2015. Jika dikaitkan dengan tragedi kejadian meninggalnya, maka terlihat seolah-olah ia mengalami apa yang ia tuliskan.
Berikut status facebook tersebut.
"Bahkan kalian tega dan tidak enggan menyaksikan menyiksa gurumu wahai murid
air mata mana yang akan kalian suguhkan di pangkuannya?
penyesalan macam apa yang akan kalian haturkan di hadapannya?
lantas kemana arahmu melangkah tanpanya?
lantas siapa penuntunmu jika bukan dirinya?
dosamu padanya tidak ada ampunannya tanpa ampunannya.
pikir kan jika hatimu masih ada!
per hatikan jika pikiranmu belum binasa!
#gurumumenangiskarenamu
#yaa_sayyidii_yaa_ayyuhal_ghouts"
Terlihat jelas bahwa status yang dituliskan pak guru Budi 2 tahun silam tersebut adalah sebuah penggalan kata tentang murid yang tega menyiksa gurunya sendiri, padahal tanpa adanya guru yang membimbing maka seharusnya tak ada tujuan muridnya untuk melangkah. Hal ini lantasmenimbulkan dosa yang amat besar, yang tak ada ampunannya.
Tulisan semacam puisi ini sepertinya sangat cocok dengan nasib pak guru Budi sekarang.
Semoga pak guru Budi di terima di sisi-Nya, dan tak akan ada kasus serupa yang menimpa guru di Negeri ini. Aamiin.