Rasa takut terkadang ada di sekitar kita, baik dalam kondisi sepi maupun ramai. Pada saat ini, seseorang mengaku punya rasa keberanian yang tinggi dalam menghadapi tantangan ke depan. Faktanya, hanya beberapa orang saja yang menganggap ketakutan itu hanya sebuah ilusi sehingga masih bisa disembuhkan dengan sendirinya.
Sementara, sebagian besar lainnya pernah mengalami ketakutan yang berlebihan atau fobia. Penyebabnya bermacam-macam, dari yang tidak tahan berada di tempat gelap sampai pernah menjadi korban bully dengan melakukan tindakan kekerasan oleh rekannya. Meskipun demikian, fobia akan sulit dihilangkan apabila mereka tidak bisa mengubah sikapnya sendiri ataupun belum pernah melihat secara langsung benda yang dianggap menakutkan.
Untuk mengobatinya, terapi melalui psikolog adalah jalan terbaik dalam menyembuhkan semua fobia agar tidak alergi dengan benda yang ditakuti sekaligus memulihkan ingatan seperti sedia kala. Supaya lebih jelas, pembahasan fobia adalah sebagai berikut.
1. Arithmofobia.
sumber: ruinmyweek.com
Bagi yang lagi malas belajar matematika, kamu mungkin familiar dengan istilah Arithmofobia. Istilah ini diartikan sebagai ketakutan berlebihan pada keberadaan angka sehingga kamu terkadang menyimpan buku dengan rapat lalu berpura-pura menutup mata saat melihat angka yang bertumpuk di sekitarmu.
Jangankan lihat rumus matematika, menengok keseluruhan soal matematika saja sudah angkat tangan untuk mengerjakannya. Apalagi kalau disuruh menuliskan angka di papan tulis yang notabene harus terlihat rajin ketimbang membalikkan badan.
Sebagai contoh, angka 13 sering kali dijuluki sebagai angka sial oleh sebagian orang karena diartikan sebagai ketidakberuntungan atau kematian. Di sisi lain, banyak lift yang enggan memasang angka 13 sehingga angka selanjutnya menjadi solusi alternatif demi menghindari mitos angka 13. Jadi jangan heran jika pemasangan angka 13 di lift maupun tempat lain sangat jarang dipakai meskipun banyak yang tidak percaya.
2. Iatrofobia.
sumber: thalpos.org.gr
Ketika masih duduk di Sekolah Dasar, kamu pasti akrab dengan pemeriksaan lewat jarum suntik. Tujuannya adalah untuk memastikan apakah kamu sehat atau sedang sakit. Sayangnya, banyak dari kita masih trauma dengan jarum suntik karena alasan takut sakit sampai digigit nyamuk. Hal inilah yang membuat masa kecil kita berakhir dengan menyakitkan.
Oleh karena itu, gejala tersebut dinamakan Iatrofobia atau ketakutan terhadap dokter. Ciri utamanya adalah kamu selalu menolak pemeriksaan dokter walaupun penyakitnya belum tentu bisa disembuhkan sendiri. Tanpa peran dokter, kamu mungkin tidak akan tahu tentang jenis penyakit yang kamu alami serta sakit kamu lebih parah dari sebelumnya.
Kalaupergi ke dokter, kamu sudah pasti langsung merinding lalu berprasangka buruk bahwa dokter selalu membawa alat tajam dan tampang menyeramkan. Faktanya, dokter hanya menggunakan alat yang sesuai dengan prosedur sehingga kamuterlalu khawatir akan diperiksa lebih lanjut. Anggap saja kamu memperlakukan dokter sebagai sahabat.
3. Bibliofobia.
sumber: flickr/missbeautyfull
Gejala ini hanya dialami oleh orang yang jarang membaca buku. Pantas saja indeks literasi di negara kita berada di peringkat terendah sehingga kontribusi dalam mengembangkan minat baca menjadi sangat minim. Akibatnya, mereka melihat buku saja cuma diletakkan di bawah meja daripada memungutnya. Kalau begini caranya sama saja tidak menghargai penulis buku yang susah payah menulis buku sejak lama.
Hal inilah yang harus dicegah dari sekarang supaya tidak menganggap buku itu identik dengan halaman yang banyak atau tulisan yang terlalu kecil. Untuk mengatasinya, mengajarkan tentang cara membaca buku dengan benar kepada pengidap bibliofobia adalah langkah terbaik supaya tidak membosankan.
4. Schlionofobia.
sumber: www.webofblog.com
Tidak hanya sebagai tempat menuntut ilmu, sekolah adalah tempat yang menyenangkan sekaligus menambah teman menurut sebagian orang. Pada kenyataannya, penderita Schlionofobia akan menganggap sekolah itu tidak penting karena membuang waktu bebas dan mereka memilih untuk menjadi golongan putih atau golput.
Lebih mencengangkan lagi, fenomena titip absen dan bolos adalah salah satu penyebab Schlionofobia yang semakin bertambah secara diam-diam. Padahal belajar di sekolah tidak selamanya identik dengan materi melainkan ada juga praktek yang pastinya tidak jenuh. Kamu tidak mau kan ketinggalan dengan yang lain hanya karenapatah semangat dalam bersekolah?
5. Nomofobia.
sumber: fossbytes.com
Pada zaman sekarang, semua orang selalu menggunakan telepon genggam sehari-hari. Dari SMS hingga vlog, fasilitas tersebut seakan menjadi kebutuhan di kala senggang. Namun apa jadinya ada orang yang trauma saat memiliki gadget?Ya, kamu baru saja mengidap Nomofobia atau takut terhadap barang berbaugadget.
Pengidap Nomofobia biasanya lebih mengkhawatirkan kondisi kesehatannya yaitu mata menjadi merah, badan membungkuk, serta jari terasa pegal saat bersentuhan dengan gadgetsekalipun. Di luar itu, mereka bisa dikategorikan sebagai orang bebas teknologi dan berupaya untuk menerapkan gaya hidup sehat tanpagadget.
6. Agorafobia.
sumber: bantenhits.com
Gejala ini memang sangat aneh bagi sebagian orang. Faktanya, lapangan digunakan sebagai tempat bermain sekaligus belajar. Bagi pengidap Agorafobia, lapangan tak ubahnya seperti tempat pemakaman yang enggan untuk dilewati satu langkah pun. Intinya adalah mereka membayangkan lapangan seperti tempat kotor dan bau.
Kesimpulannya, gejala ini menimpa orang-orang yang berjiwa homelessalias lebih memilih di luar ketimbang keluar untuk mencari udara segar.
7. Efebifobia.
sumber: www.chinadailyasia.com
Inilah gejala yang sangat dikhawatirkan oleh orang tua yang disebut Efebifobia. Penderita Efebifobia biasanya sangat cemas atas kegiatan yang melibatkan remaja seperti pentas seni, tawuran, hingga Prom Night. Walaupun hal tersebut sangatlah wajar, mereka menganggap anak remaja sebagai orang yang tidak bisa diatur semaunya dan cenderung menghindarinya karena takut disapa dengan kata-kata yang menyakitkan tanpa ada perasaan sama sekali.
8. Filofobia.
sumber: says.com
Rata-rata pengidap filophobia adalah orang yang baru saja diputuskan oleh pacarnya. Penyebabnya adalah perasaan gelisah, malu dalam menyatakan cinta, ataupun sudah memilih pasangan lain. Mereka menganggap cinta itu hanyalah noda yang harus dibersihkan serta membuat jantung sangat berdebar-debar seperti orang terkejut.
Bagi kamu yang mengenal istilah "bukan muhrim", kamu sudah pasti tahu jawabannya yaitu memegang lawan jenis itu haram hukumnya jika belum menikah dan diperbolehkan melalui prosesta'arufdemi menghindari zina. Sekali lagi, mereka tidak cinta bukan karena benci, begitu juga sebaliknya.
9. Aerofobia.
sumber: scienceabc.com
Pesawat adalah transportasi udara yang digunakan untuk menjelajah antar negara. Pengidap aerofobia adalah kasus yang paling banyak terjadi. Ciri khasnya adalah mudah mual, berteriak dengan nada panik, dan hipotomia. Apabila ada perjalanan jauh, mereka lebih suka menaiki kendaraan yang mendarat di tanah ketimbang terbang tinggi di angkasa.
Salah satu pemain legendaris, Dennis Bergkamp pernah merasakan pesawat sebagai hal yang paling ditakutinya sepanjang kariernya pasca mendengar pesawat jatuh. Dampaknya adalah dia rela tidak mengikuti Piala Dunia 1994 bersama Timnas Belanda demi menjaga keselamatannya dengan menaiki transportasi darat.
Sebagai gambaran, pengidap aerofobia bisa disembuhkan dengan cara membawa kantong kresek untuk berjaga-jaga jika terjadi hal yang tak diinginkan.
10. Antlofobia.
sumber: www.abc.net.au
Fenomena banjir seakan telah akrab di Indonesia karena berlangsung pas musim hujan tiba. Seluruh rumah yang dikepungi oleh banjir dan timbulnya berbagai penyakit adalah salah satu hal yang ditakuti oleh pengidap anthlofobia. Ekspresinya bermacam-macam dari jijik sampai meluapkan amarahnya lewat media sosial.
Akibat dampak banjir, mereka tidak kuat saat menerobos arus sungai lalu memilih untuk menaiki perahu dengan bahan seadanya sebagai solusi yang tepat. Selain itu, mereka nekat menaiki atap sekaligus tinggal supaya tidak tersentuh satu pun genangan banjir.
Walaupun fobia akan selalu menimpa kamu, setidaknya kamu membiasakan diri untuk mengurangi rasa fobia supayamulai terbiasa bahwa hal yang ditakuti bisa diperbaiki dengan melihat asal usulnya dahulu dan jangan lihat dari luarnya saja.
Nah, siapkah kamu menghadapi rasa fobia dengan keberanian?