Waduh, netizen heboh lagi masalah pemeran karakter dari novel Bumi Manusia karya penulis legendaris Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, yang akan segera difilmkan. Sebelumnya Novel Dilan 1990 dari Pidi Baiq juga mengalami nasib serupa, pemeran utamanya dianggap kurang pantas, meskipun kemudian filmnya laris dipasaran.
Memang membuat film dari novel terkenal banyak sekali tantangannya. Bukan cuma fans garis keras, dari penulisnya sendiri pun sering kali mendapat banyak tantangan. Contohnya para penulis seperti dalam daftar ini yang terang-terangan mengungkapkan ketidaksukaan mereka terhadap versi film dari buku-buku yang mereka tulis. Siapa saja mereka, ini dia daftarnya.
1. P. L. Travers / Mary Poppins
Selama 20 tahun lebih Walt Disney tidak pernah berhasil mendapat tanda tangan P. L. Travers untuk hak memfilmkan buku Mary Poppins. Namun karena masalah keuangan, Travers akhirnya takluk dan memberikan izin kepada Disney dengan syarat, tidak ada animasi dan naskah harus dengan persetujuannya.
Tapi Disney ingkar, setelah hak cipta didapatkan, proses pembuatan film berjalan sendiri meninggalkan Travers sendirian. Saatpremierefilm Mary Poppins pada tahun 1964, Disney sengaja tidak mengundang Travers, khawatir dia akan memulai sebuah drama di depan para wartawan. Namun P. L. Travers tetap datang meski tidak diundang, dan yang ditakutkan pun benar-benar terjadi, Travers menangis di sepanjang pemutaran film.
Travers kemudian menyatakan penyesalannya dan bagaimana Disney telah mengingkari janjinya. Setelah itu, tidak ada lagi seri Mary Poppins yang diberikan ke Disney. Drama tarik ulur antara P. L. Travers dan Walt Disney bahkan dibuatkan film tersendiri dengan judul Saving Mr. Banks (2013) yang diperankan oleh Tom Hanks sebagai Walt Disney dan Emma Thompson sebagai P. L. Travers.
2. Richard Matheson / I Am Legend
Tiga kali bukunya yang berjudul I Am Legend diangkat ke layar lebar, tiga kali pula Richard Matheson harus menelan rasa kecewa. Versi pertama yang mengambil judul The Last Man on Earth (1964) gagal memuaskannya, karena meskipun cerita film telah mengikuti pakem bukunya, namun menurutnya akting pemeran utamanya jelek dan penyutradaraan yang payah.
Versi kedua yang berjudul The Omega Man (1971) dirasakannya sangat jauh melenceng dari cerita aslinya sehingga dia pun memilih untuk tidak peduli. Versi terakhir, I Am Legend (2007) yang dibintangi oleh Will Smith juga gagal memenuhi ekspektasinya, karenaending-nya dibuat melenceng.
Matheson yang sudah berusia 81 tahun saat film tersebut dirilis menyatakan keheranannya, mengapa para insan Hollywood bersikeras membuat film dari bukunya sementara hasil akhirnya menjadi sesuatu yang sangat berbeda. Versi yang terakhir memang mempunyaiendingyang berbeda dengan versi aslinya, karena saatscreening testtidak disukai penonton, sehingga mereka membuatendingdengan versi yang berbeda.Ending original-nya sepertinya sudah banyak beredar di Youtube.
3. Winston Groom / Forrest Gump
Forrest Gump yang dirilis tahun 1994 menuai banyak pujian dan sukses memenangi banyak penghargaan, tapi hal tersebut tidak membuat Winston Groom sang penulis bahagia. Groom tidak senang mengetahui banyaknya adegan seksual dan bahasa kasar yang disingkirkan dari versi filmnya. Novel yang dikerjakannya sebagai protes atas kondisi sosial pun berakhir sebagai cerita drama dengan unsur komedi.
Kemalangan Groom belum berakhir, kompensasi keuntungan 3% yang dijanjikan pembuat film kepadanya tidak pernah diberikan dan membuatnya semakin meradang. Pembuat film berdalih pendapatan film setelah dipotong biaya produksi dan biaya-biaya promosi lainnya tidak menghasilkan keuntungan yang cukup.
Mungkin yang paling menyedihkan adalah ketika film tersebut memenangi berbagai penghargaan, namun tidak sekalipun namanya disebut dalam ucapan terima kasih dari atas panggung podium. Meskipun filmnya sukses, sekarang kita tahu kenapa film sekuel dari bukunya tidak pernah dibuat.
4. Bret Easton Ellis / American Psycho
Christian Bale dalam film American Psycho pada tahun 2000 sukses memperkenalkan pembunuh dari jenis terbaru. Patrick Bateman yang diperankannya adalah sosok yang tampan, necis, kaya, sukses, flamboyan, sangat narsistik, namun juga haus darah. Tapi siapa sangka Bret Easton Ellis sang penulis buku justru tidak menyukai filmnya.
Ellis berpendapat film tesebut tidak dapat mempertahankan ke-ambiguitas-an seperti yang ada di dalam buku. Dalam novelnya, pembaca akan dibuat bertanya-tanya apakah kekejaman Patrick Bateman benar-benar dilakukannya atau hanya imajinasi di dalam kepalanya saja. Sementara dalam versi film semuanya terang benderang meskipun padaending-nya penonton baru disuguhkan sisi ambiguitasnya.
Yang kedua, Ellis tidak menyukai filmnya disutradarai oleh seorang wanita (disutradarai oleh Mary Harron). Dia berpendapat film dari bukunya harus dibangun dengan cara pandang seorang laki-laki. Ellis juga merasa cara tangkap wanita dan laki-laki dalam menangkap esensi dari bukunya akan sangat berbeda karena Patrick Bateman seorang laki-laki narsistik sementara korbannya kebanyakan adalah wanita.
5. Stephen King / The Shining
Stephen King adalah salah satu penulis paling berbakat, sementara Stanley Kubrick adalah sutradara legendaris Hollywood, hasil kolaborasi keduanya adalah The Shining (1980) yang menyandang predikat sebagai salah satu film horor terbaik yang pernah dibuat. Tapi ada satu orang yang sangat skeptis dengan film ini, dia adalah Stephen King, sang penulis buku itu sendiri.
Awal permasalahannya ketika Kubrick menolak naskah yang dibuat oleh King untuk film tersebut dan memilih membuat film berdasarkan hasil adaptasinya sendiri. Jack Nicholson yang menjadi aktor pilihan Kubrick sebagai sang pemeran utama, juga mendapat tentangan dari King. Hasil akhirnya, meskipun banyak menuai pujian tapi Stephen King mengkritik dengan pedas karena menurutnya sangat jauh dari pakem bukunya.
6. Road Dahl / Charlie and the Chocolate Factory
Saat novel terkenalnya dibuat film, Road Dahl langsung mengernyitkan dahi ketika membaca judul filmnya, Willy Wonka and the Chocolate Factory (1971). Sementara bukunya berfokus pada karakter Charlie, filmnya malah menyorot Willy Wonka sang pemilik pabrik coklat yang eksentrik.
Dahl juga tidak suka dengan pemeran Willy Wonka, Gene Wilder, dan membandingkannya dengan komedian terkenal pada saat itu Spike Milligan sebagai aktor yang lebih pas. Kata-kata pedas pun keluar dari Dahl meskipun filmnya sukses. Karena kecewa, Dahl pun tidak memberikan hak untuk membuat film sekuel dari bukunya, Charlie and the Great Glass Elevator.
7. Truman Capote / Breakfast at Tiffany's
Breakfast at Tiffany's (1961) menjadi salah satu film sukses di zamannya yang diangkat dari buku berjudul sama karya Truman Capote. Siapa sih yang tidak jatuh hati pada karakter Holy Golightly yang diperankan Audrey Hepburn pada film tersebut. Rupanya ada satu orang yang tidak terkesan, ya Truman Capote sang penulis tampaknya lebih memilih aktris lain.
Capote merasa dikhianati ketika para kru mengaudisi dan akhirnya menjatuhkan pilihan pemeran utama kepada Audrey Hepburn. Dalam bayangannya, hanya ada satu aktris yang pantas sebagai pemeran utama, Marilyn Monroe. Capote menyatakan, Audrey merupakan temannya dan mempunyai hubungan baik dengannya, tapi untuk peran tersebut dia adalah orang yang salah, sedangkan Marilyn Monroe lebih cocok dalam bayangannya.
8. Anthony Burgess / A Clockwork Orange
Lagi-lagi sutradara kenamaan Stanley Kubrick jadi sasaran kritik penulis cerita orisinil dari buku yang diangkatnya ke film. Burgess menilai Kubrick telah salah mengintrepetasi cerita buku ke dalam filmnya. Burgess menyesalkan banyaknya adegan kekerasan dan seksual ke dalam filmnya.
Yang mengejutkan, Anthony Burgess juga akhirnya menyesali telah menulis novel tersebut. Burgess menyesali dampak dari film tersebut yang menimbulkan salah paham seolah dirinya mengagungkan kekerasan dan tindakan seksual ke dalam budaya populer. Dia menyatakan bahwa kesalahpahaman tersebut akan terus menghantuinya sampai dia mati.
9. Anne Rice / Queen of the Damned
Anne Rice adalah penulis dengan tema horor terutama yang berkaitan dengan vampir. Bukunya yang juga sukses di angkat ke layar lebar adalah The Interview with Vampire (1994) yang dibintangi oleh Tom Cruise dan Brad Pitt. Namun nasib yang berbeda harus dirasakannya ketika bukunya Queen of the Damned diadaptasi ke layar lebar.
Rice mengkritik habis film tersebut dengan menyebutnya tidak menghormati dirinya dan para fans. Rice juga mengatakan film tersebut bukanlah berdasarkan bukunya, melainkan sebuah fiksi lain yang ditulis oleh studio dengan mengatasnamakan dirinya. Lebih jauh lagi, dalam sebuah postingan Facebook miliknya dia mengajak para fans untuk tidak menonton film tersebut.
10. Ken Kesey / One Flew Over The Cuckoo's Nest
One Flew Over The Cuckoo's Nest (1975) juga salah satu film yang memenangi banyak penghargaan. Film yang bercerita tentang seorang penjahat yang terjebak di rumah sakit jiwa tersebut memenangi penghargaan Best Picture, Best Director, Best Actor, Best Actress, dan Best Screenplay, namun itu semua tidak membuat Ken Kesey terkesan.
Awalnya dia membantu dalam proses produksi, namun hanya dalam dua minggu dia pergi begitu saja dari lokasi karena adanya perbedaan sudut pandang dengan tim produksi. Untuk jangka waktu yang lama dia menyatakan bahwa dia sama sekali tidak mau menonton film tersebut. Namun istrinya menyatakan hal yang berbeda, menurutnya diam-diam Ken Kesey sangat bersyukur dengan diproduksinya film tersebut. Nah, mungkin dia gengsi atau istrinya mencoba bersikap sopan.
Buku atau film, keduanya punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Meskipun mengusung cerita yang sama, namun akan lebih bijak jika kita menikmatinya sebagai karya seni yang berbeda. Kalau kalian lebih pilih yang mana?