Orang bilang satu gambar bisa berbicara seribu kata.Dari foto tempat-tempat indah seperti Bali atau Hawaii yang selalu buat kita ingin pergi ke sana.
Berbeda dengan gambar mengerikan tanpa sensor yang hanya akan memperparah situasi teror seperti kejadian perang di timur tengah, terkadang memang ada foto-foto mengerikan yang harus disampaikan kepada publik. Seperti foto perang dan krisis kemanusiaan. Tanpa adanya gambar langsung dari medan perang atau pusat konflik, masyarakat umum seperti kita tidak akan tahu apa yang terjadi di Afghanistan atau Palestina.
Di balik tiap foto itu, ada wartawan perang yang bertaruh nyawa untukbercerita dan memperlihatkan realita yang terjadi di tempat-tempat konflik tersebut.
Apa yang dirasakan para wartawan saat benar-benar ada di medan perang?
Berikut kita sudah telah merangkum potret kehidupan wartawan yang belum banyak diketahui.
1. Karena Panggilan Hati
Para wartawan perang melakoni profesi itu bukan semata-mata karena suka menguji adrenalin. Tapi lebih ke panggilan hati. Mereka ingin membuktikan kalau tragedi kemanusiaan itu benar-benar nyata.
2. Berhadapan langsung dan sangat beresiko
Saat turun di medan perang, mereka dihadapkan pada banyak sekali risiko berbahaya. Entah ada berapa banyak jurnalis yang terkena ledakan granat saat meliput perang
3. Mengambil momen penting bagaimanapun keadaan nya
Serangan gas air mata juga sering terjadi. Padahal mereka harus tetap bisa mengambil momen-momen penting, bagaimana pun keadaannya
4. Mengalami cidera
Belum lagi kalau sudah terjadi baku tembak antara dua pihak yang bertikai. Kemungkinan peluru nyasar juga nggak bisa dihindari
5. Di sandera dan diculik
Meskipun menurut Konvensi Jenewa, pers termasuk orang-orang yang dilindungi saat terjadi perang, tapi fakta di lapangan nggak sedikit wartawan yang ikut disandera
6. Mendapatkan pelecehan dan perbuatan tak senonoh
Apalagi kalau dia cewek, kemungkinan dilecehkan dan diculik lebih besar! Banyak lho jurnalis senior yang mengaku pernah mendapat perlakuan nggak senonoh
7. Butuh Kemanpuan Khusus
Pekerjaan ini nggak bisa dipandang sebelah mata. Butuh kemampuan khusus untuk bisa bertahan di tengah medan perang. Mereka dituntut tetap profesional meski dikepung peluru dan granat
8. Mengontrol Emosi
Belum lagi mereka juga harus bisa mengontrol emosi terlebih saat melihat teman sesama wartawannya gugur saat bertugas
9. Butuh ketahanan Fisik dan psikologis
Wartawan perang butuh ketahanan fisik dan psikologis di atas rata-rata. Ini karena mereka bisa saja dihadapkan pada kondisi ekstrem yang sering terjadi tanpa terduga
Seperti pekerja kemanusiaan, para wartawan juga membekali diri dengan pelatihan-pelatihan khusus bagaimana bisa survive dalam kondisi ekstrem.
10. Dilarang memanipulasi hasil liputan
Saat kembali dari lokasi perang, para wartawan atau fotografer perang dilarang memanipulasi sedikitpun foto atau video hasil liputannya.
Tentu saja dengan wartawan biasa yang meliput peristiwa atau kejadian umum sehari-hari.
Wartawan perang dituntut bisa mengendalikan diri, peka terhadap lingkungan sekitar, dan bisa melakukan pendekatan personal dengan pihak-pihak yang bertikai, di tengah menunaikan kewajibannya wartawan mengumpulkan data-data di medan perang.
Salut deh buat mereka yang mendedikasikan diri dan mengorbankan nyawanya demi sebuah potret nyata kejahatan kemanusiaan.