1. Home
  2. ยป
  3. Creator
5 Oktober 2019 17:20

2 Film Indonesia ini ceritakan perjuangan seseorang membuat karya

Belum lama ini dunia perfilman Indonesia dihebohkan dengan kabar lolosnya dua film karya anak bangsa di gelaran Academy Awards. Rizki Wijaya

Belum lama ini dunia perfilman Indonesia dihebohkan dengan kabar lolosnya dua film karya anak bangsa di gelaran Piala Oscar atau populer disebut Academy Awards. Kedua film tersebut adalah Brush With Danger dan Bali: Beats of Paradise.

Kedua judul film tersebut merupakan karya dari Livi Zheng, seorang sutradara muda yang telah lama tinggal di Amerika Serikat. Tak perlu menunggu lama, kabar itu langsung viral di Tanah Air dan menjadi film Indonesia yang kontroversial.


Joko Anwar, sutradara Gundala ikut berkomentar mengenai kabar tersebut. Joko Anwar menilai jika film Indonesia karya Livi baru sebatas lolos administrasi, bukan seleksi berdasar kualitas. Terlepas dari kontroversinya, Livi Zheng memiliki sebuah tekad yang besar untuk mewujudkan suatu karya.

Nah, di bawah ini ada dua film Indonesia yang bercerita tentang perjuangan dalam membuat sebuah karya film.

1. Demi Ucok (film Indonesia produksi 2012).

Demi Ucok adalah film Indonesia yang diproduksi secara independen oleh Kepompong Gendut dan Royal Cinema Multimedia pada tahun 2012. Film ini disutradarai oleh Sammaria Simanjuntak. Selain menjadi sutradara, Sammaria juga menulis skenario dan memproduseri sendiri project ini.

Demi Ucok dibintangi oleh Geraldine Sianturi, Lina Marpaung, Saira Jihan, dan Sunny Soon. Film tersebut mendapat apresiasi positif ketika diputar di Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Desember 2012. Sebuah festival film bertaraf international yang digelar satu tahun sekali di Kota Yogyakarta.

Demi Ucok menceritakan tentang seorang perempuan bernama Gloria Sinaga (Geraldine Sianturi) yang bercita-cita menjadi seorang sutradara film. Demi mengejar cita-citanya, Gloria bertekad memproduksi film pertamanya.

Namun keinginan Gloria untuk mewujudkan film pertamanya ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Glo sama sekali tak punya uang untuk mendanai projectnya. Selain itu, ambisinya tak mendapat persetujuan dari ibunya, yaitu Mak Gondut (Lina Marpaung).

Sang ibu lebih menginginkan Gloria untuk menikah dan berkeluarga daripada menjadi sutradara film. Masalah yang dihadapi Gloria semakin sulit ketika Mak Gondut divonis dokter menderita penyakit serius yang membuat hidupnya kurang lebih tinggal satu tahun lagi.

Hambatan demi hambatan yang dihadapinya tak membuat Gloria putus asa. Ia mencari cara agar project film pertamanya tetap terlaksana. Gloria tak ingin seperti ibunya yang setelah menikah melupakan impiannya dan hidupnya membosankan.

Pada akhirnya, Gloria berusaha berdamai dengan ibunya. Mak Gondut pun luluh setelah melihat tekad Glo dalam mewujudkan cita-citanya. Sebagai seorang ibu, Mak Gondut tak ingin mematahkan semangat sang anak dalam mengejar keinginan besarnya.

Mak Gondut kemudian memberikan sebuah solusi kepada Glo. Ia rela memberikan dana sebesar Rp1 miliar dari uang asuransinya untuk produksi film anaknya. Namun dengan sebuah syarat, Glo harus mau dinikahkan dengan laki-laki pilihan sang ibu.

Demi Ucok merupakan film Indonesia yang unik. Lewat filmnya, Sammaria Simanjuntak membuktikan bahwa tidak selalu harus menampilkan actor populer untuk membuat film yang berkualitas.

Seluruhaktor dan aktris yang terlibat di film ini tampil gemilang. Pemeran Mak Gondut, Lina Marpaung bahkan mendapatkan empat penghargaan di 3 ajang berbeda sebagai aktris pendatang baru terbaik, aktris pendatang baru terfavorit (Indonesian Movie Awards 2013), pemeran pendukung wanita terbaik (Festival Film Indonesia 2012), dan pendatang baru wanita terbaik (Piala Maya 2013).

Selain empat penghargaan itu, Lina Marpaung juga mendapat 13 nominasi di tiga ajang penghargaan tersebut. Sementara tiga aktor lainnya tampil tak kalah bagusnya dengan Lina. Sepanjang film kamu bakal disuguhi humor satire yang manis untuk dinikmati.

Film Indonesia ini juga punya banyak pesan moral, namun sama sekali tak menggurui. Salah satu pesan moral tersebut yaitu meskipun orang tua memiliki pemikiran yang berseberangan dengan anaknya, pada akhirnya akan mendukung keinginan sang anak jika anak tersebut memperlihatkan tekad yang kuat dan konsisten untuk mewujudkan cita-citanya.

2. Catatan Akhir Sekolah (film Indonesia produksi 2005).

Catatan Akhir Sekolah merupakan film Indonesia yang diproduksi oleh Rexinema. Film ini disutradarai oleh salah satu sutradara terbaik di Negara Kesatuan Republik Indonesia, Hanung Bramantyo.

Catatan Akhir Sekolah juga menjadi salah satu film awal dalam karir penyutradaraan Hanung Bramantyo yang kemudian melambungkan namanya. Film ini diproduseri oleh Erwin Arnada dan ditulis skenarionya oleh Salman Aristo.

Sementara itu, jajaranaktor dan aktrisnya diisi oleh nama-nama yang saat ini akrab di telinga para penikmat film Indonesia. Seperti Vino G. Bastian, Ramon Y. Tungka, Marcel Chandrawinata, Joanna Alexandra, Eva Anindita, Henidar Amroe, dan Christian Sugiono.

Film ini bercerita tentang tiga siswa SMA, yaitu Arian (Vino Bastian), Agni (Ramon Y. Tungka), dan Alde (Marcel Chandrawinata) yang bertekad membuat sebuah film dokumenter tentang sekolahnya. Rencananya, film tersebut diputar di pentas seni akhir tahun ajaran baru.

Namun proses pembuatan film dokumenter itu menemui hambatan karena tidak semua teman-teman mereka dan siswa-siswi di sekolah tersebut bersedia untuk terlibat di dalamnya. Sementara film itu harus melibatkan semua siswa-siswi di sekolah karena bercerita tentang perilaku sehari-hari para siswa di sekolah.

Akhirnya, ketiga sahabat itu sering kali melakukan pengambilan gambar secara diam-diam agar tak diketahui oleh teman-temannya. Tidak sedikit pula di antara teman-temannya yang bersedia membantu proses pembuatan film dan bersedia diambil gambarnya.

Lewat film Indonesia ini, Vino Bastian membuktikan diri sebagai aktor muda potensial di Indonesia. Begitu pula dengan Ramon Y. Tungka dan Marcel Chandrawinata. Film ini juga mengingatkan masa-masa momen indah di SMA, seperti naksir seseorang, berantem, punya guru favorit, ikut ekstrakurikuler, dan jajan di kantin.

Salah satu pesan moral dari Catatan Akhir Sekolah adalah seberat apapun hal yang dikerjakan, apabila dilakukan bersama-sama dengan rekan yang dipercaya, maka akan lebih mudah dan hasilnya maksimal.

Itulah dua film Indonesia yang berkisah mengenai perjuangan seseorang untuk membuat sebuah karya sinema. Jika kamu bermimpi untuk membuat sebuah film, maka tak ada salahnya menonton dua film Indonesia di atas untuk memotivasi dirimu.

(brl/red)

Source:

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags