Menuntut ilmu merupakan bentuk ibadah yang bernilai pahala di sisi Allah SWT. Apalagi jika menyebarluaskan ilmu yang kamu miliki (transfer of knowledge), maka akan menjadi salah satu amal jariyah yang tidak pernah putus sekalipun napas telah berhenti berembus.
Seluruh makhluk hidup pada akhirnya akan mengalami fase kematian, tak terkecuali umat manusia. Namun, berbeda dengan makhluk lainnya, manusia diberi akal agar senantiasa berpikir, berkembang, dan menjadi pemimpin yang bijaksana di mana pun berada.
Ilmu dan agama adalah pedoman utama manusia dalam mencapai sifat kebijaksanaan. Dengan ilmu, manusia dapat meningkatkan derajatnya, namun jika tidak dibarengi dengan ilmu agama yang baik, maka boleh jadi ilmu itu pula yang dapat merendahkannya.
Banyak belajar tidaklah membuat manusia rugi. Sebaliknya, ilmu mampu menjaga diri dari hal-hal buruk yang kelak akan merugikan diri sendiri. Salah satu ilmu yang bisakamupelajari adalah ilmu agama. Selain sebagai bekal di akhirat, ilmu agama juga akan menyeimbangkan kebutuhan manusia di dunia.
Tidak ada salahnya mempelajari syair-syair ketuhanan dari salah satu tokoh sufi terkemuka yang telah menghabiskan separuh hidupnya untuk mencari kebenaran dari ajaran agama, yaitu Maulana Jalaluddin Rumi.
Berikut 25 quote spiritual Jalaluddin Rumi yang dapat dijadikan penyejuk jiwa sekaligus sebagai pelajaran hidup manusia. Selamat mengarungi samudera kebijaksanaan.
1. "Luka adalah tempat cahaya memasukimu."
2. "Berhentilah bersikap kecil, kaulah semesta dalam gerak bahagia."
3. "Sunyi adalah bahasa Tuhan, sementara yang lain hanya terjemahan yang buruk."
4. "Tuhan membolak-balik perasaanmu dan mengajari hal-hal yang bertolak belakang, agar kau punya dua sayap untuk terbang, bukan hanya satu."
5. "Aku mencari Tuhan dan hanya menemukan diriku. Aku mencari diriku dan hanya menemukan Tuhan."
6. "Aku telah mengunjungi kuil, gereja, dan masjid. Namun aku menemukan Tuhan di dalam hatiku."
7. "Kau adalah kebenaran dari ujung kaki hingga kepala. Apalagi yang ingin kau ketahui?"
8. "Ego adalah penghalang antara manusia dan Tuhan."
9. "Dalam doa, semua makhluk sama derajatnya."
10. "Kau adalah kekasih Tuhan, tetapi kau masih mencemaskan pendapat orang lain."
11. "Apa pun yang menyucikanmu, adalah jalan kebenaran. Aku tidak akan berusaha menjabarkannya."
12. "Tenanglah, hanya tangan Tuhan yang dapat mengangkat beban di hatimu."
13. "Lampu bisa saja berbeda, tetapi cahaya tetaplah sama."
14. "Dari kejauhan kau hanya melihat cahaya-Ku. Mendekatlah dan ketahuilah bahwa Aku adalah engkau."
15. "Jangan bersedih, semua yang hilang darimu, akan kembali dalam bentuk yang lain."
16. "Di antara puing-puing, selalu ada harapan menemukan kebaikan."
17. "Jangan sedih, karena apa yang tak datang. Beberapa hal tidak terjadi demi mencegah bencana."
18. "Ada kekuatan di dalam dirimu, yang memberimu kehidupan, carilah ia."
19. "Makin kau diam, makin kau bisa mendengar."
20. "Segala yang ada di semesta, ada dalam dirimu. Mintalah semuanya dari dirimu sendiri."
21. "Bulan tetap cemerlang saat tak menghindari malam."
22. "Saat kau merasakan kegembiraan yang damai, saat itulah kau berada di dekat kebenaran."
23. "Jangan merasa kesepian, seluruh semesta ada dalam dirimu."
24. "Satu-satunya kecantikan abadi adalah kecantikan hati."
25. "Di mana pun kau berada, jadilah jiwa di tempat itu."
Kehidupan bukan sebagai ajang berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Bukan pula sebagai tempat mencari pengakuan dari orang lain. Dunia sejatinya awal kehidupan yang abadi di akhirat. Tempat manusia memperoleh balasan atas apa yang mereka perbuat di dunia. Kekal dan tak akan mungkin manusia dikembalikan ke dunia untuk memperbaiki segala kesalahannya. Dunia dengan segala daya tarik sering kali membuat manusia lengah dan memupuk berbagai perilaku buruk yang akan merusak dirinya sendiri.
Ajaran tasawuf Jalaluddin Rumi sangat menekankan pentingnya memahami hakikat manusia. Apa dan bagaimana mereka diciptakan. Cinta yang sebagaimana dipaparkan dalam beberapa buku karya Rumi adalah cinta kepada Allah SWT. Jika hari ini kamu masih memiliki tubuh yang sempurna, harta yang banyak, keluarga yang harmonis, negara yang damai, dan pemimpin yang bijaksana, tidak lain adalah bentuk cinta Allah kepada manusia.
Lantas, apakah kamu pernah memperoleh sesuatu melebihi apa yang Allah SWT berikan kepadamu? Jika tak ada, maka apakah pantas pula mencintai makhluknya yang lain melebihi cintamu pada-Nya? Hanya kamu sendiri yang bisa menjawabnya.
Penulis: Muh. Ruslim Akbar (@muhruslimakbar)