Sejak kemunculan pertamanya pada 1959, Barbie menjadi mainan paling populer hingga saat ini, khususnya di kalangan anak perempuan. Mainan ini diciptakan seorang ibu serta pebisnis Ruth Handler atas keresahannya pada mainan figur perempuan yang hanya terbatas pada profesi ibu rumah tangga dan pengasuh, berbeda dengan mainan figur anak laki-laki yang punya profesi jauh lebih beragam.
Aspirasi Ruth atas wanita independen yang tertuang dalam Barbie kian menjadikannya ikonik setelah bermacam-macam profesi (editor fesyen hingga astronot) serta karakter (warna kulit putih dan hitam hingga bentuk tubuh realistis) dicicipinya selama lebih enam dekade.
Ketenaran Barbie pun tak luput dari perusahaan besar sekelas Sony Pictures yang berniat memproduksi film komedi live-action dari kisah mainan model ini pada 2014, sebelum akhirnya tersendat dan berpindah tangan ke Warner Bros. pada 2018. Sebagai proyek film sekaligus live-action paling pertama, ada beberapa hal menarik di belakang film Barbie ini yang mungkin bisa membuatnya berbeda dari cerita animasi sebelum-sebelumnya. Apa sajakah itu?
1. Pemilihan aktris yang unik dan andal.
Ide pembuatan film Barbie ini muncul berbarengan dengan pemilihan aktris/komika Amy Schumer (Trainwreck) sebagai pemeran utama. Amy direncanakan bermain sebagai Barbie tidak sempurna yang merasa dirinya tidak cocok berada di sekitar Barbie lainnya.
Rencana memainkan Amy sayangnya batal, nama Anne Hathaway sempat muncul, dan akhirnya Margot Robbie menggantikan peran tersebut. Tentunya kehebatan peran Margot Robbie (hingga stunt yang pernah dilakukannya sendiri) dalam I, Tonya dan Birds of Prey menjadi prospek yang bagus untuk film ini, terlebih rencana memilih Amy Schumer sebelumnya menyembulkan kesan bahwa film ini mengarah ke sesuatu yang berbeda dari film adaptasi mainan seperti The Lego Movie atau Transformers.
2. Penulis naskah yang terlalu dalam untuk film sekelas Barbie.
Siapa yang tak lupa dengan adegan emosional antara Adam Driver dan Scarlett Johansson dalam film Marriage Story yang memenangkan berbagai penghargaan, termasuk Oscar. Kelihaian Noah Baumbach dalam menulis naskah yang menekan pengembangan karakter hingga batasnya terlihat cukup berlainan dengan kesan mainan Barbie yang manis dan disukai anak-anak.
Haltersebut menjadi nilai plus dan diharapkan memberi nuansa lain dalam film Barbie mendatang. Noah sebelumnya juga pernah menulis naskah untuk film animasi Fantastic Mr. Fox yang pernah bersanding dengan Up dan Coraline dalam nominasi Academy Award pada 2010 lalu.
3. Sutradara dengan rekam jejak bagus untuk film dengan pemeran utama wanita.
Selain ditunjuknya Noah sebagai screenwriter, kehadiran Greta Gerwig di atas kursi sutradara juga menjadi kejutan menarik yang membuat produksi film Barbie ini makin sulit ditebak. Seperti halnya Noah, film besutan Greta juga memberi tokoh-tokohnya pendekatan yang intim dan tidak dangkal. Apalagi, kedua film arahannya, Lady Bird dan Little Women berfokus pada pemeran utama wanita serta hubungannya dengan ibunya, saudari-saudarinya, dan sahabat perempuannya.
Vokalnya Greta dalam penokohan wanita yang kuat sekaligus rapuh di saat bersamaan juga terlihat dalam perannya sebagai penari yang hidupnya kacau di film Frances Ha dan feminis yang menderita kanker serviks dalam film 20th Century Women. Melihat film-film Greta yang lalu, tentu akan sangat menarik untuk menikmati tontonan Barbie lewat sentuhan style-nya yang khas tersebut.
Itu dia tiga alasan utama yang memungkinkan film live-action Barbie yang diprediksi tayang pada musim panas 2021 nanti menjadi suguhan yang bisa menjadi berbeda dan jauh dari ekspektasi kita. Tentunya hal-hal tersebut tidak menjamin cerita dan penokohan yang rumit atau malah mungkin sederhana jadinya, namun orang-orang di balik film Barbie ini sudah cukup menjadi angin segar untuk film adaptasi mainan yang sudah menemani masa kecil banyak generasi tersebut.