Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya menawarkan wisata alam dan sensasi wisata kuliner saja. Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ada banyak obyek wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi.
Meski tidak seperti Bali yang sangat kental unsur kebudayaan dan tradisinya, unsur kebudayaan dan sejarah yang ada di Yogyakarta selalu dapat memberikan nuansa magis setiap kita berkunjung ke propinsi kecil ini.
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pusat dari kebudayaan Jawa pada zaman dahulu memiliki beragam pilihan objek wisata sejarah dan budaya yang sangat populer di kalangan wisatawan asing dan lokal.
Bila sedang liburan ke jogjadan kebetulan berada di sekitaran Jalan Malioboro atau bahkan sedang menginap di area tengah kota, tidak perlu bingung dan pergi jauh untuk mencari objek wisata yang menarik. Di dalam area Benteng Keraton Yogyakarta, ada 3 objek wisata sejarah (heritage) dengan cerita sejarah yang panjang dan tentunya menarik untuk dikunjungi.
1. Keraton Yogyakarta.
Yep, semua pasti sudah mengenal Keraton Yogyakarta. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan Istana Raja dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, sekaligus rumah tempat tinggal Sultan dan keluarganya. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di masa sekarang memang sudah menjadi salah satu ikon wisata Yogyakarta, bahkan Indonesia.
Lokasi Keraton Yogyakarta berada di jantung Kota Yogya dan persis di tengah-tengah area Jeron Benteng. Bila ditilik dari segi tata ruangnya, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini secara keseluruhan merupakan contoh arsitektur istana Jawa dengan tata ruang yang terbaik.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan Kerajaan yang memiliki sejarah panjang serta pengaruh besar terhadap perkembangan kebudayaan Jawa dan kelahiran Negara Republik Indonesia. Cikal bakal keberadaan Keraton Yogyakarta adalah Kerajaan Mataram (Kerajaan Islam yang ada di Jawa, pada abad ke-16).
Sebagian kompleks Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah museum yang menyimpan berbagai koleksi milik sultan-sultan Keraton Jogja sejak zaman dahulu. Koleksi-koleksi yang disimpan dan dipamerkan meliputi berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka Keraton, dan gamelan beserta peralatan-peralatan musik lainnya.
2. Tamansari.
"Tempat mandinya Sultan", begitu kalau kata pemandu-pemandu yang ada di Kampung Wisata Tamansari. Ya, Tamansari yang sekarang sudah menjelma menjadi kampung wisata ini dulunya adalah taman pemandian dan rekreasi yang berada di dalam kompleks keraton. Dikenal juga dengan nama Istana Air Tamansari, kolam pemandian Tamansari ini adalah peninggalan dari Sultan Jogja yang pertama (Sultan HB I).
Istana Air Tamansari dulu merupakan tempat rekreasi bagi Raja (Sultan) Ngayogyakarta Hadiningrat beserta para keluarganya dan seluruh kerabat kerajaan. Ada banyak lorong dan ruangan-ruangan tersembunyi di area bawah tanah Tamansari sehingga dulu juga sering dimanfaatkan sebagai tempat persembunyian bagi kerabat kerajaan ketika ada serangan dari musuh.
Wajib menyiapkan kamera bila sedang berkunjung ke Tamansari ini. Keindahan arsitektur bangunan dan pencahayaan yang ada di lorong-lorong bawah tanah Tamansari sangat mengundang kita untuk berfoto ria.
3. Museum Sonobudoyo.
Sama seperti Istana Air Tamansari, Museum Sonobudoyo juga terletak di dalam area Jeron Benteng Keraton Yogyakarta.Museum ini terdiri dari 2 unit. Museum Sonobudoyo Unit I terletak di Jalan Pangurakan No. 6 (seberang utara Alun-Alun Utara). Sedang Museum Sonobudoyo Unit II terletak di Ndalem Condrokiranan, Wijilan (sebelah timur Alun-Alun Utara).
Dalam bahasa jawa (Ha Na Ca Ra Ka), "Sono" berarti tempat. Sonobudoyo memiliki arti "tempat budaya". Museum dengan label museum Sejarah dan Kebudayaan Jawa ini memang menyimpan berbagai koleksi tentang budaya dan sejarah Jawa, dan termasuk yang memiliki koleksi budaya dan sejarah Jawa paling lengkap setelah Museum Nasional di Jakarta.
Setiap hari Senin hingga Jumat pada pukul 20.0022.00 WIB, Museum Sonobudoyo secara rutin menampilkan pagelaran wayang kulit trasdisional dalam bentuk asli (menggunakan bahasa Jawa dan diiringi dengan gamelan musik tradisional Jawa) yang telah dipersingkat untuk kebutuhan atraksi wisata.