Benar berarti jujur dalam melakukan hal apa pun dan kepada siapa pun, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Dalam Islam, kejujuran merupakan suatu hal yang sangat diutamakan untuk lekat dengan sifat umat Islam. Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya sifat ini pada diri Rasulullah SAW yang juga merupakan panutan umat Islam di seluruh dunia.
Selain itu, kejujuran atau kebenaran memiliki banyak manfaat bagi orang yang memegang prinsip tersebut karena dengan menanamkan sifat kejujuran atau benar dalam diri, maka akan membawa seseorang menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan di sekitarnya maupun dengan dirinya sendiri. Sebaliknya apabila seorang tidak jujur dan tidak benar dalam perbuatan maupun perkataannya, maka itu akan mendatangkan kegelisahan dan ketidakharmonisan dalam menjalani kehidupan dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT di dalam Alquran yang artinya:
Dan andaikata mereka itu bersikap benar terhadap Allah, pastilah hal itu amat baik untuk mereka sendiri (QS.Muhammad : 21).
Berikut uraian penjelasan hadis Nabi mengenai anjuran berperilaku jujur (benar) dalam kehidupan.
1. Kebenaran membawa ke surga, dusta membawake neraka.
Dari Ibnu Masud r.a dari Nabi SAW bersabda, Sesungguhnya kebenaran baik yang berupa ucapan atau perbuatan itu menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke syurga dan sesungguhnya seorang itu niscaya melakukan kebenaran sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang ahli melakukan kebenaran. Dan sesungguhnya berdusta itu menunjukkan kepada kecurangan dan sesungguhnya kecurangan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya seseorang itu niscaya berdusta sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang ahli berdusta"(Muttafaqalaih).
Hadis tersebut menjelaskan bahwa apabila seseorang melakukan suatu perbuatan atau ucapan, maka lakukanlah dengan benar atau jujur, maka dengan kejujuran itu ia akan memperoleh hikmah surga dan dikenal sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Sebalikanya seseorang yang suka melakukan dusta atau kebohongan atau curang dalam melakukan apa pun, maka dengan sifat dusta itu ia akan mendapatkan neraka sebagai balasannya dan dikenal sebagai seorang yang suka berdusta di sisi Allah.
2. Jujur menenangkan hati, dusta menggelisahkan hati.
Dari Abu Muhammad, yaitu Alhasan bin Ali bin Abu Thalib Radiallahuanhuma, katanya Saya menghafal sadra dari Rasulullah SAW yaitu tinggalkanlah apa-apa yang menyangsikan hatimu yakni jangan terus dilakukan dan berpindahlah kepada apa-apa yang tidak menyangsikan hatimu yakni yang hatimu tenang jika melakukannya. Maka sesungguhnya bersikap benar itu adalah ketenangan dan berdusta itu menyebabkan timbulnya kesangsian"(Riwayat Imam Tirmidzi)
Hadis ini menerangkan bahwa apabila kita melakukan sesuatu, jika sesuatu itu membawa kepada kebaikan dan mengarahkan kita untuk jujur dan benar, maka lakukanlah karena hal itu akan membawa ketenangan pada hati. Sebaliknya apabila kita melakukan sesuatu, jika sesuatu itu membawa pada keburukan dan mengarahkan kita untuk berdusta atau tidak jujur, maka tinggalkanlah karena hal tersebut akan menimbulkan kegelisahan pada hati.
3. Perilaku jujur atau benar dapat menjadi sebab doa segera terkabul.
Dari Abu Tsabit, dalam suatu riwayat lain disebutkan Abu Said dan dalam riwayat lain pula disebutkan Abulwalid, yaitu Sahl Bin Hanif r.a dan dia pernah menyaksikan peperangan badar, bahwasanya Nabi SAW bersabda. Barang siapa yang memohonkan kepada Allah Taala supaya dimatikan syahid dan permohonannya itu dengan secara yang sebenar-benarnya, maka Allah akan menyampaikan orang itu ke tingkat orang-orang yang mati syahid, sekalipun ia mati di atas tempat tidurnya (Riwayat Muslim).
Hadis ini menerangkan bahwa apabila seseorang berdoa kepada Allah dan ingin permohonannya segera dikabulkan Allah, maka hendaklah ia bermohon dengan cara yang baik dan berdoa pula untuk hal yang baik-baik atau yang benar. Jadi, secara tidak langsung, hadis ini juga mengandung makna bahwa apabila seseorang berperilaku jujur atau benar dalam tindakan dan ucapannya, maka Allah akan sangat mudah dan ringan dalam mengabulkan setiap doa-doanya.
4. Jujur atau berlaku benar, maka akan mendatangkan keberkahan.
Dari Abu Khalid yaitu Hakim Bin Hizam r.a ia masuk islam di zaman pembebasan Mekkah, sedang ayahnya adalah termasuk golongan pembesar-pembesar Quraisy, baik di masa jahiliyah ataupun di masa Islam, katanya: Rasulullah s.a.w bersabda : Dua orang yang berjual-beli itu dengan kebebasan yakni boleh melanjutkan jual belinya atau mengurungkannya selama keduanya itu belum berpisah. Apabila keduanya itu bersikap benar dan menerangkan cacat-cacatnya, maka diberi berkahlah jual beli keduanya, tetapi jikalau keduannya itu menyembunyikan cacat-cacatnya dan sama-sama berdusta, maka dileburlah keberkahan jual beli keduannya itu (Muttafaqalaih).
Hadis ini mengandung makna bahwa suatu hal yang dilakukan secara jujur atau benar dan tidak disertai dengan dusta di dalamnya maka akan mendapatkan keberkahan. Dalam hal tersebut yang di sini dicontohkan dalam hal jual beli, tetapi pada dasarnya keberkahan itu diperlukan dalam segala hal bukan hanya dalam jual beli saja. Oleh sebab itu kejujuran dan kebenaran memang harus dilaksanakan guna mendapatkan keberkahan. Selain itu keberkahan juga akan mendatangkan kebahagian bagi kehidupan kita.