Saat kamu melewati Statsiun Bandung pintu selatan, kamu bakal ngeliat sebuah tugu lokomotif. Karena bentuknya yang unik, membuat wisatawan sering kali berswafoto di lokasi ini.
Manager Humas PT KAI Daop 2 Bandung, Joni Martinus mengungkapkan kalau lokomotif ini bukan asli, tapi replika dari lokomotif uap buatan Pabrik Hartman Jerman. Lokomotif aslinya sendiri memang pernah digunakan sebagai salah satu moda transportasi di daerah Jawa Barat di tahun 1920-an.
Wih udah lama banget ya, penasaran akan sejarah dari lokomotif yang sempat mewarnai sejarah transportasi di tanah Jawa? Yuk kita telusuri apa saja fakta dari lokomotif seri Treamlok (alat ukur tidak standar) C (roda kemudi diameter 600 mm) atau biasa di sebut TC 10 ini.
1. Didatangkan pada tahun 1915.
Perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) mendatangkan 15 lokomotif ini ke Indonesia secara bertahap. 6 unit pada tahun 1915, kemudian 4 unit di tahun 1920 dan terakhir 5 unit di tahun 1922. 12 unit dipergunakan di Jawa Barat dan 3 unit lainya dioperasionalkan di Jawa Timur.
2. Mampu melaju hingga 25 Km/jam.
Meski memiliki bobot hingga 12,7 ton, namun lokomotif uap berbahan bakar kayu jati ini mampu melaju hingga 25 Km/jam. Lokomotif TC 10 ini juga sudah dilengkapi oleh kotak pasir (sand box). Fungsinya buat nyemprotin pasir ke atas jalan rel biar roda KA tidak slip saat melaju.
3. Melayani angkutan di Cikampek dan Karawang.
Menurut Joni, lokomotif uap ini pada awalnya melayani relasi Cilamaya-Cikampek sejauh 28 Km, untuk relnya sendiri selesai dibangun pada tahun 1909. Namun seiring dengan selesainya sejumlah pembangunan rel lainnya dengan gauge (lebar) 600 mm, maka loko uap ini pun mulai melayani relasi lainnya seperti Cikampek-Wadas (16 Km), Karawang-Rengasdengklok (21 Km) dan Karawang-Wadas (15 Km).
Selain di Jawa Barat, lokomotif ini juga dioperasikan di wilayah Jawa Timur, tepatnya relasi Rambipuji-Balung-Puger (sepanjang 28 Km) dan Balung-Ambulu (12 Km).
4. Dijadikan monumen.
Seiring dengan perkembangan zaman, lokomotif uap ini kalah bersaing dengan moda angkutan darat lainnya. Sehingga pada tahun 1972 lokomotif dengan rel gauge 600 mm ini berhenti beroperasi.
Namun, karena dinilai memiliki nilai sejarah maka lokomotif uap ini dijadikan monumen. Salah satunya yang ada di statsiun Bandung dengan nama monumen Purwa Aswa Purba. Monumen ini diresmikan oleh Direktur utama Perumka (sekarang bernama PT KAI), Anwar Supriyadi pada tanggal 28 September 1992. Monumen ini juga sekaligus menggantikan monumen sebelumnya yang biasa disebut dengan monumen lampu.
Nah, jika kamu penasaran ingin melihat lokomotif uap seri TC 10 ini kamu juga bisa mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) atau ke Balai Yasa Manggarai Jakarta.