Cinta, kata dengan segudang makna yang mungkin tak semua orang dapat mengonversikannya melalui lisan. Ia hadir dengan berjuta rasa, rasa yang kebanyakan orang mendambakannya. Tapi, di lain sisi tak sedikit orang yang ingin menafikannya.
Lantas, sebenarnya cinta itu apa? Berikut 4 perspektif tentang cinta yang bakal mengubah cara pandangmu dalam memahami cinta itu sendiri.
1. Bagaimana pendapat sains tentang cinta?
Foto: unsplash.com
Sains mengungkapkan bahwa cinta adalah reaksi kimia yang dihasilkan dari senyawa yang disebut edorfin, dopamine, oksitosin dan feromon.Senyawa dopamine memberikan respon tersipu-sipu atau malu ketika berpandangan dengan orang yang dicintai. Endorfin bersifat adiktif, berefek euforia atau merasakan kebahagiaan yang berlebihan. Zat inilah yang membuat orang merasa tetap berenergi meskipun tidak makan dan tidak tidur demi bertemu sang pujaan hati. Sedangkan senyawa oksitosin berperan dalam membuat rasa cinta itu rukun dan mesra di antara keduanya. Selanjutnya efek dari senyawa feromon terhadap tubuh manusia dapatlah disamakan dengan efek narkoba yang memberikan rasa nyaman dan bahagia.
Zat-zat yang diproduksi dalam proses jatuh cinta tidak akan bertahan selamanya. Setelah beberapa bulan hingga satu tahun, produksi dopamin, endorfin dan oksitosin akan berangsur-angsur kembali normal sehingga rasa-rasa yang berjuta tadi juga perlahan akan menghilang. Logika akan kembali mengambil alih pemikiran. Pada masa inilah yang namanya cinta sesungguhnya diuji.
2. Cinta menurut ahli psikologi.
Foto: unsplash.com
Sternberg dan Barners yang merupakan ahli psikologi mengatakan bahwa cinta pada dasarnya adalah unik karena keadaan yang dirasakan oleh individu dan juga keadaan yang dipikirkan oleh individu akan sangat kompleks ketika merasakan cinta.Jadi, berbeda orang, berbeda juga persepsi dan pandangan mengenai cinta.
Lebih lanjut, Sternberg juga mengungkapkan tiga komponen penting dalam cinta, yaitupassionatau hasrat,commitmentatau komitmen danintimacyatau keintiman. Tiga komponen cinta tersebut dapat saling memengaruhi dan juga melengkapi satu sama lain, di mana cinta yang terjadi antara dua orang bisa saja terdiri dari satu komponen, atau ketiga komponen sekaligus.
Pada intinya, Ilmu Psikologi memandang cinta sebagai sikap, perilaku, emosi, dan juga proses kognitif sekaligus. Hal ini disebabkan karena munculnya cinta juga dipengaruhi oleh multifaktor alias banyak faktor seperti proses kognitif di dalam pikiran seseorang, proses afeksi yang menyebabkan seseorang tertarik dengan orang lain, dan sebagainya.
3.Bagaimanamenurut pandangan sufi?
Foto: unsplash.com
Seorang sufi, Harits Al Muhasibi mengatakan, "Cinta itu rasa kecenderungan terhadap sesuatu secara total, lalu engkau lebih mementingkan cinta itu daripada dirimu, jiwamu, atau hartamu. Kemudian, kesetiaanmu padanya baik ketika berada di tempat sunyi atau terbuka. Lalu, pada saatnya ia juga bisa memberitahu kepadamu tentang keteledoran cinta." Jadi, mencintailah dengan cara yang bijak agar nantinya cinta tak menjadikanmu seorang yang bodoh.
4. Kalau pendapat yang satu ini, gimana?
Foto: DevianArt
"Cinta ini kadang-kadang tak ada logika."
Nah, kalau kalimat yang satu ini pasti sudah sering kali terdengar di telinga kamu. Yap, itu adalah salah satu lirik lagu dari penyanyi Agnez Mo. Nyatanya, terkadang cinta memang tak memandang kata yang disebut logika.
Jadi, menurut kamu, cinta itu apa?