Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat membuat negara menjadi lebih maju karena pintar dan cepatnya mereka menyerap pembelajaran. Sebagian besar pembelajaran berasal dari orang tua. Orang tua menjadi panutan bagi anak-anak mereka.
Anak-anak belajar rasa kasih sayang, kejujuran, sportivitas, kesopanan, rasa hormat, dan sejumlah nilai baik lain. Tetapi, tidak hanya nilai baik saja yang diserap sang anak dari orang tua, melainkan nilai buruk pun dapat mereka serap. Banyak orang tua yang tak menyadari, tidak peka, dan berperilaku buruk sehingga memengaruhi perkembangan moral sang anak yang secara tidak langsung dapat membentuk perilaku sang anak yang cenderung buruk.
Seperti yang dilansir dari detikHealth pada 10 Maret 2019 lalu, viral sebuah video di media sosial yang berisikan anak kecil tampak menirukan suara-suara yang diduga dihasilkan orang tuanya saat bercinta. Yang menjadi kontroversi dan semakin miris adalah wanita yang diduga ibunyalah yang merekam, meminta anaknya mengulangi suara dan mengunggah video tersebut ke media sosial (Kamaliah, 2019).
Hal tersebut bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan, dan jangan dianggap remeh. Pasalnya, anak adalah peniru yang handal dan dapat dengan mudah menyimpan semua apa yang mereka lihat atau pelajari. Anak-anak kerap meniru suatu hal yang mereka pelajari berdasarkan dari mengamati orang lain atau dalam dunia psikologi kerap disebut observational learning.
Tokoh psikologi, Albert Bandura mengemukakan observational learning adalah pembelajaran yang melibatkan keterampilan, strategi, dan kepercayaan dengan cara mengamati orang lain. Apa yang dipelajari biasanya bukan salinan yang tepat dari apa yang dimodelkan melainkan bentuk umum atau strategi yang sering diterapkan oleh pengamat dalam cara-cara kreatif (Santrock, 2011). Kapasitas untuk mempelajari pola perilaku dengan pengamatan menghilangkan proses belajar yang membosankan. Observational learning membutuhkan waktu yang sedikit untuk dipelajari, maka dari itu anak-anak mudah menyerap suatu pembelajaran yang mereka amati.
Bagaimana sih proses observational learning dalam pembentukan perilaku anak?
1. Proses memperhatikan.
Belajar melalui modelling, sang anak perlu memperhatikan dan mempersepsi perilaku model secara tepat. Tingkat keberhasilan belajar itu ditentukan oleh karakteristik model maupun karakteristik anak itu sendiri.
2. Proses retensi.
Informasi yang diperoleh sang anak harus disimpan dalam ingatan. Retensi ini dapat dilakukan dengan cara menyimpan informasi secara imaginal atau mengkodekan peristiwa model ke dalam simbol-simbol verbal yang mudah dipergunakan. Materi yang bermakna bagi pengamat dan menambah pengalaman sebelumnya akan lebih mudah diingat. Cara lain untuk mengingat adalah dengan membayangkan perilaku model atau dengan mempraktikkannya.
3. Proses produksi.
Pada tahap tertentu, gambaran simbolik tentang perilaku model mungkin perlu diterjemahkan ke dalam tindakan yang efektif. Sang anak memerlukan gambaran kognitif yang akurat tentang perilaku model.
4. Proses motivasi.
Apakah orang mempraktikkan apa yang sudah dipelajarinya atau tidak, tergantung pada motivasinya. Anak akan cenderung mengadopsi perilaku model jika perilaku tersebut: (a) secara internal pengamat memberikan penilaian yang positif; (b) pengamat melihat bahwa perilaku tersebut bermanfaat bagi model itu sendiri, dan (c) menghasilkan imbalan eksternal. Antisipasi terhadap akibat yang positif dan negatif menentukan aspek-aspek yang mana dari perilaku model itu yang diamati atau diabaikan oleh anak (Abdullah, 2019).
Orang tua ataupun anggota keluarga lainnya merupakan forum pendidikan yang pertama dan utama dalam sejarah hidup sang anak yang menjadi dasar penting dalam pembentukan karakter anak itu sendiri (Hyoscyamina, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa betapa meruginya suatu keluarga, jika anak-anak mereka menanamkan nilai yang buruk dan menunjukan karakter buruk yang disebabkan oleh hasil pembelajaran yang anak tiru dari keluarganya sendiri.
Maka dari itu, sebagai orang tua seharusnya lebih waspada ketika melakukan sesuatu karena orang tua adalah contoh atau panutan bagi seorang anak. Apa pun yang dilakukan oleh orang tua akan sangat mudah ditiru oleh anaknya, terutama anak di bawah umur yang belum mengerti apa-apa. Lakukanlah hal yang positif agar sang anak memiliki karakter yang baik.
Yuk, mulai belajar jadi orang tua yang cerdas!