Tamak berasal dari bahasa Arab yang berarti loba atau rakus. Dalam artian umum tamak dapat diartikan sebagai keinginan untuk memperoleh harta yang banyak. Yakni sikap tak pernah merasa puas dengan yang sudah dicapai.
Tamak adalah sifat yang merusak amal dan kebaikan diri yang sangat tidak sesuai dengan kehidupan orang beriman. Ketamakan yang merusak amal itu akan berakibat dengan kehinaan. Karena pada hakikatnya tamak adalah tanda kelemahan iman seseorang. Islam mendidik umatnya agar tidak tamak terhadap keduniaan.
Larangan untuk tidak bersikap tamak terungkap dalam firman Allah:
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. (QS. Al Hadid: 20)
Adapun nilai negatif dari sikap tamak adalah sebagai berikut:
1. Tidak pandai bersyukur.
Sikap tamak merupakan salah satu karakter dasar orang kufur nikmat. Dalam usahanya mengumpulkan harta tidak akan pernah puas, seperti sabda Rasulullah SAW:
Seandainya anak keturunan Adam diberi satu lembah penuh dengan emas niscaya dia masih akan menginginkan yang kedua. Jika diberi lembah emas yang kedua maka dia menginginkan lembah emas ketiga. Tidak akan pernah menyumbat rongga anak Adam selain tanah, dan Allah menerima taubat bagi siapa pun mau bertaubat. (HR. Bukhari)
2. Terlalu cinta harta.
Sikap tamak membahayakan kehidupan manusia karena terlalu cinta dunia dan tidak pernah mengenal kata puas. Semangat mengumpulkan harta bagi orang yang tamak bisa menjadi sebab lalai dari ketaatan kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dikirimkan pada seekor kambing itu lebih berbahaya daripada tamaknya seseorang pada harta dan kedudukan dalam membahayakan agamanya.
3. Menghalalkan segala cara.
Dampak buruk dari sifat tamak yaitu bisa membuat seseorang melakukan segala cara yang diharamkan demi mendapatkan harta yang diinginkan, seperti korupsi, suap, curang, riba, mengurani timbangan, berbohong, menipu, merampok, bisa pula nekat melakukan ritual-ritual syirik, dan lain-lain.
4. Menimbulkan permusuhan dan perpecahan.
Pelaku tamak akan menempatkan banyaknya harta sebagai ukuran keberhasilan. Oleh karena tujuan utama bersifat materi maka ketika tidak terpenuhi harta yang diinginkan akan memicu perilaku yang menyebabkan renggangnya hubungan antar sesama yang pada gilirannya menimbulkan perpecahan masyarakat.
5. Menimbulkan penyesalan diri.
Dalam pengalaman hidup manusia, suatu saat akan mengalami penyesalan yang hebat mana kala selama hidupnya banyak melakukan kegiatan yang melanggar ajaran agama. Mereka akan mengerti bahwa menumpuk harta itu bisa menimbulkan dampak yang kurang baik. Hal ini digambarkan Allah:
Hai orang-orang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (Q.S. Al Munafiqun: 9)