Rumusan masalah dalam sebuah skripsi ibarat jantung dalam tubuh manusia. Posisinya sangat penting karena rumusan masalah merupakan benang merah penelitian yang dilakukan. Bahkan alur logika mahasiswa sebagai peneliti terlihat melalui kaitan antara rumusan masalah, tujuan penelitian, hasil penelitian dan judul penelitian.
Namun sayangnya, kebanyakan mahasiswa yang sedang menyusun skripsi atau mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah Metodologi Penelitian kesulitan ketika diminta merumuskan masalah penelitian. Rata-rata mereka kesulitan untuk menerjemahkan fenomena yang akan mereka jadikan masalah penelitian. Mulai dari bagaimana menyusun bentuk pertanyaan penelitian yang baik, kaitan dengan teori yang akan digunakan untuk analisis, sampai pada kesesuaian dengan metodologi penelitian yang dipilih.
Untuk itulah, tulisan ini akan menguraikan lima langkah sederhana yang dapat dilakukan seorang mahasiswa yang sedang skripsi guna menyusun rumusan masalah penelitian.
1. Tentukan terlebih dahulu metode penelitian yang kiranya sesuai dengan minat dan kemampuan peneliti.
Secara garis besar, ada dua metode penelitian yang dapat digunakan untuk menganalisis fenomena komunikasi, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Bila peneliti lebih menyukai penelitian yang terkait dengan angka (kuanti), perhitungan statistik serta fenomena yang sifatnya obyektif, metode kuantitatif lebih sesuai. Namun sebaliknya, bila peneliti termasuk individu yang memiliki minat terhadap fenomena yang bersifat subyektif, atau bahkan bersifat kritis dalam mengamati fenomena di masyarakat, ada baiknya mengunakan metode kualitatif.
Langkah pertama ini berguna bagi mahasiswa untuk mengenali lebih dalam latar belakang, alasan penggunaan, sampai pada teknis pelaksanaan metode yang mereka pilih. Dalam sistematika penulisan skripsi, mahasiswa akan terbantu ketika menyelesaikan penyusunan bagian metodologi penelitian.
2. Setelah menentukan metode penelitian yang akan digunakan, carilah teori-teori yang sesuai dengan metode penelitian yang dipillih.
Dalam sejumlah buku teks Teori Komunikasi, salah satunya dari Griffin yang berjudul A First Look At Communication Theory, terdapat peta teori yang membagi sejumlah teori berdasarkan konteks komunikasi, pendekatan dan metode penelitian yang digunakan. Terdapat empat konteks komunikasi mulai dari komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok dan organisasi, komunikasi massa dan media serta budaya. Pada setiap konteks komunikasi, kita dapat menemukan sejumlah teori dan pengelompokannya. Misalnya, bila kita tertarik menggunakan metode penelitian kualitatif, kita bisa melihat pada masing-masing konteks, teori mana yang menggunakan metode kualitatif.
Bagi mahasiswa, langkah ini berguna ketika mereka menyelesaikan penyusunan bagian Tinjauan Teori. Kebanyakan mahasiswa akan kesulitan ketika diminta menjelaskan teori ataupun konsep yang akan mereka gunakan untuk dapat menjawab perumusan masalah terkait latar belakang masalah yang mereka ajukan. Hal ini dikarenakan mereka tidak memahami posisi sebuah teori dikaitkan dengan pendekatan dan metode penelitiannya. Akibatnya, ketika diuji dalam sidang skripsi dan dipertanyakan kaitan antara teori, metode dan fenomena penelitian yang diambil, mahasiswa sering kali kebinggungan.
3. Setelah melihat peta teori dan memilih sejumlah teori yang sesuai dengan minat dan kemampuan peneliti, langkah selanjutnya adalah mencari state of the art dari teori tersebut.
Secara sederhana, state of the art diartikan sebagai hal mutakhir dari sebuah teori. Artinya dengan mengetahui state of the art sebuah teori, peneliti bisa memahami perkembangan dari sebuah teori, mulai dari munculnya teori tersebut sampai dengan penelitian terakhir yang dilakukan para peneliti terkait teori tersebut.
Mengapa seorang peneliti penting mengenal state of the art teori yang akan digunakan? Kegunaan utamanya adalah mencegah adanya duplikasi maupun replikasi penelitian. Di samping itu, agar dapat memunculkan kebaruan dari penelitian yang akan dilakukan.
Salah satu pertanyaan yang sering kali ditanyakan oleh penguji dalam sidang skripsi adalah di mana posisi penelitian yang dilakukan. Artinya mahasiswa diminta untuk dapat menjelaskan kebaruan apa yang ditawarkan melalui penelitiannya. Apakah hasil penelitiannya mengunakan variable atau konsep baru yang belum banyak dilakukan penelitian-penelitian sebelumnya. Atau penelitiannya mencoba melihat sisi lain dari hasil temuan penelitian-penelitian sebelumnya.
Langkah ketiga ini penting untuk dilakukan mahasiswa sebagai peneliti agar mereka dapat mengetahui penelitian sejenis yang sudah dilakukan, serta mencari peluang permasalahan yang dapat dijadikan penelitian. Di samping itu, dengan mengetahui state of the art sebuah teori, membantu mahasiswa menyusun sejumlah penelitian terdahulu yang dijadikan acuan penelitiannya. Pada umumnya, skripsi menghendaki mahasiswa mencantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan/ acuan penelitiannya.
4. Kreatif melihat fenomena di sekitar dan menghubungkannya dengan potensi permasalahan yang telah diperoleh pada langkah sebelumnya.
Pada saat mengaitkan fenomena dengan masalah penelitian, mahasiswa sudah memiliki sejumlah acuan dan rujukan dari penelitian penelitian sejenis. Hal ini membantu mereka ketika menyusun rumusan masalah dan menghindarkan adanya replikasi maupun duplikasi penelitian.
Kreativitas mengamati fenomena di masyarakat mesti dilatih secara terus menerus. Ada beberapa individu yang memang diberikan kelebihan untuk cepat dan tanggap menangkap fenomena di masyarakat dan melihat potensi peluang dijadikan masalah penelitian. Namun, bila kita tidak termasuk individu yang cepat dan tanggap menangkap fenomena, kita bisa mulai membiasakan rajin mengamati berbagai fenomena, trending topic dari berbagai media sosial dalam keseharian. Sehingga lama kelamaan intuisi kecepatan tanggap tersebut akan muncul dalam diri kita.
Langkah keempat ini penting dilakukan bagi mahasiswa sebagai peneliti. Gunanya agar mereka bisa memunculkan kebaruan-kebaruan yang bersifat unik dalam penelitian.
5. Langkah terakhir adalah menyusun rumusan masalah penelitian.
rumusan masalah haruslah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Sebuah rumusan masalah yang baik mestilah mengandung konsep yang dapat dioperasionalisasikan dan jelas batasan masalahnya.
Bila mahasiswa sebagai peneliti sudah melakukan langkah 1 sampai 4 dengan baik, maka sejumlah kesalahan yang sering dilakukan terkait dengan rumusan masalah tidak akan terulang. Beberapa kesalahan yang sering kali dilakukan peneliti terkait rumusan masalah yaitu:
- Identifkasi masalah atau perumusan masalah yang diajukan hanya menunjuk pada kasus permasalahan, tanpa suatu konseptualisasi permasalahan.
- Identifikasi masalah hanya menunjuk pada sekumpulan masalah yang menjadi indikator dari suatu konsep permasalahan.
- Permasalahan yang diajukan kurang merujuk pada teori/ penelitian yang terkait. Antara lain adanya kontroversi antar teori atau temuan temuan studi terdahulu, masalah konseptual dan teoritik yang belum terjawab oleh penelitian, ataupun faktor faktor yang belum dijelaskan oleh suatu teori atau studi terkait.