Uni Soviet adalah negara komunis terbesar di dunia yang pernah merasakan persaingan hangat dengan Amerika Serikat di era Perang Dingin. Hal ini terbukti ketika pemimpin Uni Soviet Josef Stalin mulai menguasai ideologi dunia dengan menerapkan strategi komunisme atau sistem politik satu partai ke berbagai negara dari seluruh dunia demi memperkuat aliansi Blok Timur. Berkat kebijakan Stalin, sebagian negara seperti Kuba dan Vietnam ikut menganut sistem komunisme sebagai bentuk pemerintahannya secara resmi. Seiring berjalannya waktu, Uni Soviet akhirnya dilanda perpecahan pada sebagian wilayahnya dikarenakan mereka lebih memilih kemerdekaan ketimbang bertahan lama dengan Uni Soviet.
Lupakan dulu soal pembubaran Uni Soviet yang terasa sungguh menyakitkan. Film dari pecahan negara Uni Soviet justru tidak kalah seru untuk ditonton selama virus Corona melanda. Pada awalnya tema pada film pecahan negara Uni Soviet lebih mengacu pada bentuk propaganda militer, namun sekarang setiap film bebas berkreasi dalam menentukan jalan cerita sendiri tanpa harus mengantongi izin pemerintah. Sebagai contoh, film The Chekist asal Rusia menjadi pembuka jalan industri perfilman negara alumni Uni Soviet yang siap mengguncang dunia Internasional lewat temanya berbau perang saudara di Rusia. Jadi, kemajuan film pecahan Uni Soviet yang semakin pesat sudah memberikan kesempatan pada setiap warganya untuk setia menjunjung tinggi kebebasan berekspresi.
Jika kamu masih penasaran dengan film-film khas negara pecahan Uni Soviet terbaru. Yuk, simak daftar tujuh filmnya berikut ini dilansir dari berbagai sumber.
1. Hot Bread (Uzbekistan).
Foto: filmfreeway.com
Film garapan Umid Khamdamov ini berkisah tentang perjuangan seorang gadis remaja bernama Zulfiya (Zarina Ergasheva) yang nekat merantau ke kota lain demi bertemu sang ibu (Lola Eltoeva). Usaha beraninya tersebut sempat mendapat tentangan dari sang nenek (Munavva Abdullayeva). Dia menganggap Zulfiya tidak mengerti apa-apa soal kerasnya kehidupan perkotaan sehingga Zulfiya terancam susah kembali pulang ke pedesaan seumur hidup. Seolah tak peduli sama omongan neneknya, Zulfiya mencari berbagai cara agar sampai ke kota dengan selamat sampai tujuan, yaitu tinggal menyelinap masuk ke dalam truk pengangkut barang.
Di tengah perjalanan, Zulfiya mendapat kabar buruk bahwa ibunya mengalami penyakit komplikasi serangan jantung dan sesak napas akibat terlalu lama bekerja tanpa sempat beristirahat. Seakan merasa sedih, Zulfiya mengaku khilaf dan berjanji untuk meminta maaf pada ibunya apabila sudah sehat kembali seperti semula. Tak disangka, ibu Zulfiya bangkit dari tempat tidurnya lalu memeluk Zulfiya sekuat tenaga sambil berlinang air mata.
Fakta menariknya adalah Hot Bread pernah dinominasikan di ajang 92th Academy Awards pada kategori Best Foreign Language Film namun malah gagal masuk nominasi akibat kalah saing sama film pemenang piala Oscar dari Negeri Ginseng yaitu Parasite.Tetap semangat bagiHot Breaddalam memenangkan Piala Oscar tahun depan!
2. The Plague At The Karatas Village (Kazakhstan).
Foto: www.imdb.com
The Plague At The Karatas Village arahan Adilkhan Yerzhanov ini memang layak ditunggu-tunggu oleh penonton karena membahas tentang kepedulian tinggi terhadap kesehatan sejak dini. Ceritanya bermula ketika seorang Walikota Nursultan (Aibek Kudabayev) ditugaskan oleh pemerintah Kazakhstan untuk menyelidiki fenomena penyebaran wabah pes di Desa Karatas. Apabila misinya tercapai, dia bakal diberi jabatan menggiurkan sebagai pemimpin Kazakhtan tanpa melalui proses pemilu.
Alih-alih disambut masyarakat setempat, aksi mulia sang walikota rupanya ditentang oleh para petinggi desa. Mereka menyebut kehadiran walikota di desanya seperti menghalangi tradisi budaya mereka yang sudah dilestarikan selama bertahun-tahun. Mereka mengaku lebih kebal sama penyakit mana pun ketimbang mempelajari penyakit hingga ke akar-akarnya. Demi menutupi rasa malunya, pembuatan vaksin anti-influenza dan pengobatan tradisional adalah jalan satu-satunya bagi mereka untuk terus bertahan hidup meski berpeluang terkena penyakit misterius.
Saat berpetualang mencari keberadaan wabah pes, sang walikota malah disekap oleh penduduk Desa Karatas dengan diikat tangannya. Bukan hanya itu, dia dikubur hidup-hidup di atas kuburan sambil berteriak kencang. Saking kagetnya, dia telah menyadari bahwa penduduk Desa Karatas enggan bekerja sama dengannya yang berujung terjadi perang saudara secara sadis.
3. Heavenly Nomadic (Krygysztan).
Foto: www.asiapacificscreenawards.com
Berlatar belakang di pegunungan dataran tinggi, seluruh keluarga Tabyldy (Tabyldy Aktanov) dari generasi berbeda hidup dalam keterbatasan ekonomi. Walaupun berstatus keluarga miskin, mereka tetap mencari sumber penghasilan demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Seperti misalnya Shaiyr (Taalaikan Abazova) bekerja keras sebagai penjual susu kuda keliling serta putra satu-satunya Shaiyr yaitu Ulan (Myrza Subanbekov) sedang menempuh kuliah arsitektur sekaligus bekerja sambilan di Kota Bishkek.
Di sisi lain, Shaiyr sedang mengenang kematian suaminya yang meninggal dunia akibat tenggelam di tepi sungai saat menyelamatkan anak kuda. Pasca kepergian suaminya, Shaiyr memutuskan untuk bertahan di kampung halamannya sekaligus menjaga erat keluarganya dengan tenang. Semenjak kedatangan ahli meteorologi Ermek (Jenish Kangeldiev) selaku sahabat ayahnya, Shaiyr mulai berubah pikiran lalu dia bersedia kerja di luar kota sebagai pemerah susu sapi asalkan setia ditemani oleh Ermek hingga maut memisahkan.
Hal unik yang hanya ditemukan pada Heavenly Nomadicadalah hadirnya burung Sutak yang diklaim bisa berkicau sepanjang malam. Kelebihan Sutak ini mampu mencuri perhatian Umsunai (Jibek Baktybekova) yang berharap keberadaan Sutak dapat mendatangkan rezeki luar biasa khusus keluarganya. Agar permintaannya cepat terkabul, Umsunai cukup meletakkan sepiring susu kuda di luar jendela dan berdoa sesuai keinginan masing-masing sambil merapatkan kedua tangan. Anehnya, nasib Umsunai malah tidak ada perubahan drastis sama sekali sehingga dia menyalahkan Sutak yang dituding membawa berita harapan palsu.
4. Homeward (Ukraina).
Foto: www.hollywoodreporter.com
Film bergenre drama religi asal Ukraina ini menyajikan hubungan harmonis antara ayah dan anaknya yang pastinya bikin kamu meneteskan air mata. Hal ini bermula ketika Mustafa (Akhtem Seitablaev), bapak rumah tangga asal suku Tatar Krimea terus memikirkan bagaimana caranya membahagiakan anak semata wayangnya, yaitu Alim (Remzi Bilyalov) agar tidak terjerumus ke arah pergaulan bebas. Mustafa sempat mengingatkan Alim untuk tidak mengangkat telepon dari Olesya (Daria Barihashvili). Seakan privasinya terganggu, Alim malah menarik tangan ayahnya secara paksa sampai-sampai mobilnya menghantam tiang listrik.
Saking kesalnya, Alim langsung turun dari mobilnya lalu melarikan diri dari kejaran sang ayah. Belum sempat pergi jauh, Mustafa segera menghentikan aksi Alim dengan cara menutup mulutnya hingga tak sadarkan diri. Bukan hanya itu saja, Mustafa nekat mencari keberadaan Olesya sambil marah-marah karena dia dianggap telah memengaruhi Alim supaya berani melanggar adat sopan santun dengan cara membuka pakaian saat pergi berenang. Untungnya, aksi dendam Mustafa mulai dihentikan oleh salah satu warga dengan mengacungkan sekop. Seakan enggan bertengkar lebih lanjut, Mustafa memilih pulang ke rumah dan mengajak Alim untuk membuat rencana balas dendam pada semua orang yang telah menyakiti perasaan hatinya.
Adegan sedih padaHomewardmulai terjadi saat Mustafa tiba-tiba terkena serangan jantung usai mengejar maling tas. Sadar karena umurnya mendekati ajal, Mustafa segera berpesan pada Alim agar berubah menjadi orang yang lebih baik dan bersedia mendapatkan harta warisan apabila dia telah dipanggil ke surga. Tak disangka, Mustafa secara mengejutkan sembuh dari serangan jantung setelah memeluk erat Alim. Sebagai permintaan maaf, Mustafa mentraktir Alim untuk pergi ke pantai.
5. Fortress of War (Rusia dan Belarusia).
Foto: www.asiapacificscreenawards.com
Bagi para pencinta film bertema sejarah dunia kamu wajib menonton Fortress of War. Film ini mengisahkan seputar musisi Sasha Akimov (Aleksey Kopashov) yang ditugaskan untuk mengawasi pergerakan tentara Nazi di mana mereka berambisi memperluas wilayah kekuasannya sebagai bagian dari Operasi Barbarossa. Agar misinya berjalan lancar, dia rela bekerja sampingan sebagai tentara divisi merah Uni Soviet demi menambah pengalaman jam terbang di medan perang.
Pertempuran dalam melawan tentara Nazi nyatanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Buktinya saja Sasha pernah terdampar di barak tentara saat hendak menyelamatkan saudaranya yang berakhir tewas mengenaskan akibat terkena efek ledakan dua tank Panzer III. Meskipun kehilangan sang adik, Sasha tetap pantang menyerah dalam menghadapi suatu keadaan. Dia berhasil mencapai gerbang Kholm berkat aksi solidaritas oleh anggota Fomin setelah berhasil menghentikan perlawanan para musuh-musuhnya lewat senjata bazooka.
Nasib Sasha dan kawan-kawannya dalam memenangkan Operasi Barbarossa harus tertunda sejenak. Kedatangan tentara Nazi yang selalu datang dari atas helikopter seolah menjadi penghalang besar mereka. Dengan dibekali persenjataan canggih, mereka sukses menguasai benteng pertahanan militer yang dikenal sebagai Brest Fortress. Strategi ranjau darat serta pengiriman intelijen profesional adalah kunci utama tentara Nazi mudah menyusup tempat pertahanan utama tentara divisi merah Uni Soviet tersebut tanpa pertumpahan darah.
Sembari merayakan kemenangan bersejarah, mereka nekat menggelar tradisi minum bir sambil menari dansa. Sementara tentara divisi merah Uni Soviet merasa tidak berdaya dan mereka resmi mengibarkan bendera putih sebagai tanda penyerahan kekuasaan. Walaupun menerima kekalahan perang, tentara divisi merah Uni Soviet telah berjuang habis-habisan dalam membendung serangan tentara Nazi dengan mengutamakan kerja sama antar tim.
6. Tangerines (Georgia dan Estonia).
Foto: filmmakermagazine.com
Tangerines berkisah tentang dua petani lansia Abkhazia keturunan Estonia yaitu Ivo (Lembit Ulfsak) dan temannya Margus (Elmo Nganen) yang memilih bertahan di kampung halamannya karena masih banyak urusan yang harus diselesaikan. Ivo sedang menunggu hasil panen jeruk, sedangkan Margus sibuk sama pembuatan peti kayu yang rencananya digunakan untuk menampung banyaknya jeruk sebagai perbekalan di perjalanan. Sikap keras kepala mereka membuat tentara perbatasan Abkhazia berusaha menggeledah keberadaannya untuk dijebloskan ke dalam kamp tahanan, namun mereka berhasil menyelamatkan diri ke rumah Margus.
Ketika sedang asyik bersembunyi, mereka kedatangan dua tentara bayaran Chechnya yang meminta perlindungan pada Ivo agar diberikan persediaan makanan demi terhindar dari serangan brutal tentara Abkhazia. Sayangnya, mereka sudah terlanjur dikepung oleh tentara Georgia dan dua tentara bayaran Chechnya. Seolah posisinya merasa terjebak, mereka terpaksa baku tembak sama tentara Georgia yang mengakibatkan luka parah pada kedua korban tak bersalah yaitu Ahmed (Giorgi Nakashidze) dan Nika (Mikheil Meskhi). Sembari menahan rasa sakit, Ivo rela merawat mereka di rumahnya hingga kembali pulih total.
Tak selamanya kehidupan berakhir happy ending,Margus dan Nika malah terkena tembakan misterius oleh tentara Rusia dari jarak jauh. Dalam hal ini, mereka sebenarnya mengincar penduduk Georgia untuk dijadikan sebagai target operasi militer sekaligus mendukung kampanye pembersihan etnis Georgia di tanah Rusia. Akibat terjadi kesalahpahaman, Ahmed mulai melancarkan aksi balas dendam pada tentara Rusia dengan cara menembaki mereka semua sampai tewas. Aksi nekat Ahmed sukses dicegah oleh Ivo yang merasa Ahmed sebaiknya mengikhlaskan kepergian Margus dan Nika. Sejak kepergian dua sahabat tercinta, Ivo dan Ahmed selalu mendengarkan kaset lagu romantis milik Nika sebagai bentuk penghormatan sakral.
7. Nabat (Azerbaijan).
Foto: www.yarat.az
Bagi kamu yang merasa kangen sama belaian kasih Ibu, Nabat sangat direkomendasikan untuk ditonton saat lagi berada dalam tanah perantauan. Sebagai pembuka cerita, Nabat (Fatemah Motamed-Aria) sedang berjualan susu sapi segar sambil berjalan kaki ke berbagai pelosok kota. Tujuannya tersebut tidak hanya memperbaiki ekonomi keluarga kecilnya, tetapi untuk mengumpulkan biaya pengobatan suaminya yang sedang berjuang dalam melawan penyakit kanker paru-paru. Maka dari itu, Nabat adalah gambaran wanita mandiri yang berani bekerja serabutan demi menegakkan kesetaraan gender.
Perjalanan Nabat dalam mencari nafkah baru benar-benar terhenti ketika dia mengalami serangan jantung pada musim dingin. Anehnya, dia meninggal dalam keadaan duduk di luar teras rumahnya sambil tersenyum. Kematian Nabat yang terbilang mengejutkan seolah pertanda bahwa perjuangan seorang ibu tidak boleh diremehkan dalam hal sekecil apa pun.