Laga terakhir Portugal di Grup B melawan Iran yang berkesudahan 1-1, diwarnai aksi marah-marah Cristiano Ronaldo. Hal itu bermula karena kekesalannya terhadap Mortez Pouraliganji, yang mengganggu pergerakan CR7 dengan cara membenturkan badan.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ronaldo langsung membalas dengan sebuah sikutan kepada bek Iran itu.
Wasit langsung menghentikan jalannya laga dan berlari untuk menonton kejadian ulang di video asisten wasit. Setelah berdiskusi, wasit Enrique Caceres memutuskan memberikan kartu kuning kepada superstar Real Madrid itu.
Tak disangka setelah menerima kartu kuning, Ronaldo malah marah-marah kepada Mortez Pouraliganji. Pecinta bola hanya bisa geleng-geleng kepala dengan reaksi yang tak biasa dari seorang CR7. Masih untung dia tidak dikeluarkan wasit, eh malah marah-marah nggak jelas.
Pelatih Portugal, Fernando Santos pun menjelaskan alasannya. "Saya mengerti, itu normal, pemain terbaik dunia mengalami hal tersebut saat mereka punya kesempatan tapi tidak bisa direalisasikan. Hal itu sangat menyakitkan, jauh lebih menyakitkan bagi mereka daripada pemain lain," tutur Santos, dilansir Brilio.net dari skysports.com (26/6).
Media-media sepakbola juga meyakini kemarahan Ronaldo disebabkan karena dia kembali bertemu mantan pelatihnya yang kini jadi arsitek Timnas Iran, Carlos Queiroz.
Carlos Queiroz adalah asisten Sir Alex Ferguson sewaktu CR7 masih di Manchester United. Sesama orang Portugal hubungan keduanya sudah seperti ayah dan anak. Namun hubungan keduanya mulai retak, saat Queiroz menukangi Timnas Portugal pada Piala Dunia 2010.
Ronaldo tidak suka dengan strategi yang diterapkannya. Dia hanya bisa cetak 1 gol untuk Seleccao sas Quinas dalam 16 bulan jelang Piala Dunia 2010.
Kekesalan Ronaldo semakin memuncak saat timnya kalah dari Spanyol di babak 16 besar. Saat wartawan menanyai hal itu pasca berakhirnya pertandingan, Ronaldo hanya menjawab ketus "tanya Queiroz". Setelah itu hubungan keduanya renggang.