Pada masa kini akan sulit membantah opini yang mengatakan kalau barang dan kultur Jepang memiliki porsi besar di kehidupan banyak manusia di berbagai tempat. Sebagai negara kecil yang kalah total saat Perang Dunia Kedua 75 tahun lalu, pencapaian Jepang dalam ekonomi dan budaya dunia termasuk sesuatu yang luar biasa.
Dari puing-puing kehancuran akibat bom atom Amerika Serikat dan Sekutu, Jepang bisa bangkit. Dengan cepat dan menciptakan kondisi tidak terbayangkan, yaitu dominasi dan ekspansi produk barang serta budaya lokal mereka yang secara meyakinkan jadi pilihan bangsa lain untuk mengadopsinya. Mungkin sekarang produk barang banyak yang merupakan Made in China, namun di baliknya terdapat dominasi serta pengaruh kuat Jepang yang menciptakan trend serta ikon untuk menguasai kultur pop di seluruh dunia.
Seorang penulis bernama Matt Alt baru-baru ini menerbitkan buku karyanya berjudul Pure Invention: How Japan's Pop Culture Conquered the World. Di bukunya Alt menuliskan rangkuman sejarah budaya pop Jepang pasca Perang Dunia Kedua dengan fokus bagaimana Jepang secara teknis berhasil menguasai dunia melalui jajaran ekspor produk dan budaya. Jepang memang kalah perang dan jadi pesakitan di bawah kendali Amerika Serikat bahkan hingga hari ini; namun mereka tidak tertekan dan malah mampu menciptakan berbagai hal yang ikonik untuk kultur pop dunia. Ikon-ikon ini membentuk citra Jepang sebagai pionir hal-hal keren dan di adopsi berbagai negara; bahkan jadi inspirasi untuk ditiru. Seperti misalnya beberapa ikon pop kultur yang berawal dari Jepang ini.
1. Mesin karaoke.
Foto: Gate20.Com
Siapa doyan nyanyi karaoke? Mulai dari box karaoke di lapak karaoke (KTV) hingga mesin karaoke rumahan menunjukkan kalau karaoke memfasilitasi manusia yang suka menyanyi. Benar, kan?
Teknologi dan mesin karaoke bukanlah barang baru karena berasal dari era 60 sampai 70-an. Dan ya, teknologi ini merupakan rintisan Jepang.
Berusaha bangkit pasca kalah perang, Jepang bisa menciptakan teknologi dan sarana hiburan seperti karaoke. Saat ini karaoke merupakan bagian kultur hiburan menyenangkan untuk berbagai bangsa di berbagai negara. Mesin karaoke rumahan menjamur dan stabil dalam penjualan.
Tahukah kamu pabrikan mana yang pertama kali menjual mesin karaoke rumahan? Jawabannya adalah perusahaan Jepang bernama Clarion pada tahun 1971. Kamu pasti pernah dengar nama ini, terutama jika kamu seorang audiophile alias penggemar teknologi suara/audio.
Bisnis ruang karaoke / KTV merupakan bisnis serius yang tetap hidup sehat di Jepang dan berbagai negara lain. Perkembangan karaoke sendiri juga seru, seperti adanya sistem skor/nilai saat bernyanyi untuk menentukan bagus atau tidaknya kamu bernyanyi. Game-game musik / rhythm seperti Dance Dance Revolution atau Perfect Performer: The Yellow Monkey juga pada dasarnya menggunakan filosofi karaoke saat bermain. Akan sulit membantah klaim karaoke Jepang menguasai dunia karena jika melihat penetrasi ikon pop kultur Jepang ini di berbagai negara, rasanya hal itu memang benar.
2. Walkman atau pemutar musik portable.
Foto: Tech Times
Sebelum Walkman lahir, kamu tidak bisa menikmati musik on the go tanpa ribet. Musik hanya bisa dinikmati di lokasi di mana pemutar musik (yang biasanya besar dan berat) diletakkan.
Walkman dari perusahaan raksasa Jepang Sony mengubah situasi ini. Dengan ukuran sangat kecil (untuk masa itu), menggunakan tenaga baterai dan kemampuan menukar musik melalu pita kaset menjadikan Walkman sebuah fenomena budaya yang berdampak luas ke seluruh dunia.
Bahkan menurut buku Matt Alt tadi, mendiang Steve Jobs dari Apple langsung membongkar Walkman begitu memilikinya demi mengetahui seperti apa komponen Walkman itu. Sejarah kemudian menunjukkan kalau Steve dan Apple menciptakan pemutar musik portable seperti Walkman namun dalam format digital, iPod, yang jadi legenda setelah Walkman-nya Sony.
Pada masa kini, pemutar musik portable ada di dalam perangkat telepon pintar yang kamu gunakan sehari-hari. Namun semua itu mungkin tidak akan pernah terjadi jika ikon pop kultur Jepang seperti Walkman tidak lahir dan menginspirasi dunia.
3. Mainan, animasi, dan video game.
Foto: Family Traveller
Bagian ini tidak terbantahkan. Dominasi Jepang sangat terasa dan berlangsung lebih dari empat dekade. Ikon pop kultur mainan Jepang seperti Hello Kitty atau Nintendo dan anime Akira merupakan sedikit contoh bagaimana Jepang menguasai bagian budaya pop audio visual secara meyakinkan di berbagai segmen pasar; mulai dari kelompok bocah hingga golongan senja.
Mainan seperti Gundam memiliki basis fans di mana-mana, mulai di dalam negeri Jepang sendiri hingga ke negara kita Indonesia. Video game? Wah, ini jelas banget. Mulai dari Nintendo pada era 80-an hingga PlayStation pada 2020, video game Jepang membentuk citra ikonik di kultur pop Indonesia. Nintendo dan PlayStation adalah kata pengganti untuk Video Game bahkan hingga hari ini.
Anime juga sama saja. Mulai dari era TVRI kita sudah disuguhi anime (walau berupa adaptasi) seperti The Adventure of Gigi yang memiliki judul asli Minky Momo dan Saber Rider and the Star Sheriff alias Bismarck. Penetrasi anime sebagai ikon pop kultur semakin masif begitu internet masuk dan jadi bagian kehidupan harian. Sehingga akses menonton anime kini tidak ada batasnya lagi; mulai dari bajakan hingga resmi lewat layanan streaming semua ada dan memudahkan anime meraih serta mempertahankan status sebagai produk kultur pop Jepang yang jadi bagian kultur pop dunia.
Ikon-ikon pop kultur Jepang tidak hanya mereka saja (seperti yang ditulis Matt Alt lewat bukunya Pure Invention: How Japan's Pop Culture Conquered the World) sehingga sepertinya aman untuk mengatakan walaupun kalah perang, sesungguhnya Jepang memenangi esensi perang yang terjadi 75 tahun lalu: yaitu penguasaan dunia dengan nilai-nilai kultur mereka di berbagai lokasi, negara, dan bangsa. Kamu setuju?