Pestisida merupakan bahan kimia untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi hama. Hama bisa bermacam-macam seperti serangga, jamur, gulma,siput, tikus, burung, mamalia, atau mikroba. Para petani biasanya menggunakan pestisida untuk melindungi tanaman mereka dari hama yang dapat merusak dan menurunkan produktivitas pertanian.
Pestisida berdasarkan pengertian dari Food and Agriculture Organization (FAO) atau Organisasi Pangan dan Pertanian yang dilansir dari wikipedia.org, zat atau campuran zat yang bertujuan untuk mencegah, membunuh, atau mengendalikan hama tertentu, termasuk vektor penyakit bagi hewan yang tidak diinginkan yang bisa menyebabkan kerusakan selama produksi, pemrosesan, penyimpanan, transportasi, atau pemasaran bahan pertanian. Dalam hal ini termasuk hasil hutan, perikanan, dan peternakan. Mencakup zat pengendali pertumbuhan tanaman, merontokkan daun, mencegah buah rontok, mengeringkan tanaman, dan lainnya sebagai pengendali hama juga memitigasi efek dari keberadaannya sebelum ataupun setelah panen.
Penyebaran pestisida menggunakan pesawat terbang. (foto: pixabay/amissphotos)
Namun, ada beberapa alternatif untuk mengendalikan hama seperti modifikasi metode budidaya, rekayasa genetika, penggunaan pengendalian hama biologis, metode penghalangan perkembang biakan serangga, menggunakan kompos, pelepasan predator bagi hama target, dan sterilisasi (perlakuan panas pada tanah) memakai uap untuk membunuh hama. Modifikasi praktik budidaya itu seperti rotasi tanaman, menanam di lahan yang tidak bisa ditumbuhi hama, polikultur (pertanaman campuran), menggunakan tanaman jebakan untuk memikat hama, atau menanam pada musim yang tidak banyak muncul hama.
Alternatif ini memiliki efektivitas sama dengan pestisida kimia. Buktinya seperti Swedia telah berkurang setengah dari pestisida berbahaya yang digunakan tapi tidak mengurangi produksi hasil pertanian. Indonesia mengurangi penggunaan pestisida sebesar 65% oleh petani sawah, hanya mengalami penurunan 15% hasil produksi. Di Florida, Amerika Serikat, penanaman jagung dengan menggunakan kompos sampah kebun rasio C/N (karbon terhadap nitrogen) yang tinggi mampu membuat parasit nematoda (cacing gelang) berkurang dan hasil produksi meningkat.
Selain di bidang pertanian, pestisida juga digunakan pada peternakan, pengawetan makanan seperti mencegah jamur tumbuh pada bahan pertanian atau membasmi tikus pemakan hasil pertanian, juga transportasi seperti memusnahkan gulma di pinggir jalan. Dalam rumah tangga, obat nyamuk semprot juga termasuk pestisida. Menggunakan pestisida sembarangan atau tanpa mengikuti aturan bisa membahayakan kesehatan dan lingkungan.
Petugas menyempotkan pestisida di sekitar rumah penduduk. (foto: pixabay/ernestoeslava)
World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan United Nations Environment Programme (UNEP) atau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dilansir dari wikipedia.org, memperkirakan sebanyak 3 juta pekerja pertanian keracunan pestisida setiap tahun dengan 18 ribu di antaranya meninggal dunia. Diperkirakan 25 juta orang mengalami keracunan pestisida ringan setiap tahun. Kasus bunuh diri paling popular ketiga di dunia adalah dengan meracuni diri menggunakan pestisida. Wanita hamil yang janinnya berusia 8 minggu dan tinggal di sekitar area penyemprotan pestisida dikofol dan endosulfan berisiko melahirkan anak autis. Berdasarkan Konvensi Stockholm tentang Polutan Organik Persisten bahwa dari 12 senyawa kimia organik berbahaya, 9 di antaranya adalah pestisida.
Petani menggunakan pestisida untuk melindungi tanaman sayuran dari hama (foto: pixabay/silviarita)
Dilansir dari wikipedia.org mengenai dampak pestisida bagi lingkungan, lebih dari 90% insektisida dan 95% herbisida menyebar ke wilayah yang bukan target semprot. Angin membawa partikel pestisida ke tempat lain sehingga mencemari lingkungan seperti polusi air, kontaminasi tanah, mengurangi keanekaragaman hayati, satwa di sekitarnya pun terancam bahaya. Ada pula istilah distilasi global, yaitu proses pestisida yang menguap mengalir dari tempat lebih panas ke tempat yang lebih dingin seperti puncak gunung dan kutub. Angin bisa membawa pestisida ini dan terkondensasi (pengembunan) kembali ke tanah menjadi hujan atau salju.
Dampak kesehatan dan lingkungan akibat pestisida di Amerika Serikat mencapai kerugian biaya sebesar US $9.6 miliar. Tambah pula, proses registrasi zat ataupun pembelian pestisida baru memerlukan waktu beberapa tahun dan lebih dari 70 jenis uji lapangan yang memakan biaya hingga US $5070 juta per satu produk.
Berbagai jenis pestisida secara umum, di antaranya:
Insektisida, jenis pestisida untuk membasmi hama serangga seperti wereng, semut, nyamuk, rayap, kecoak.
Herbisida, merupakan pestisida untuk membasmi hama bentuk tumbuhan seperti eceng gondok, alang-alang, rumput teki.
Nematisida, pestisida yang berfungsi untuk membasmi hama seperti cacing.
Rodentisida, jenis pestisida untuk memusnahkan hama berupa hewan pengerat, contoh: tikus.
Fungisida, pestisida yang digunakan untuk melenyapkan hama berupa jamur.
Pestisida berdasarkan mekanisme biologi dan metode penerapannya kebanyakan dengan meracuni hama. Tanaman menyerap pestisida sistemik yang bergerak di dalamnya dan meracuni hama penghisap nutrisi tanaman tersebut. Insektisida dan fungisida bergerak lewat xylem (pembuluh kayu). Insektisida sistemik bisa berbahaya bagi serangga, bukan targetnya seperti lebah dan polinator (penyerbuk) yang perannya menguntungkan bagi tanaman. Pestisida berdasarkan kemampuan terurainya atau biodegradable dan persisten dapat berlangsung beberapa detik hingga bertahun-tahun. Diklorodifeniletana (DDT) butuh waktu bertahun-tahun agar terurai di alam, juga akan terakumulasi pada rantai makanan.
Lebah yang menguntungkan bagi tanaman, mati akibat terkena pestisida. (foto: pixabay/NiklasPntk)
Jenis pestisida organofosfat berpengaruh terhadap sistem saraf dengan mengganggu enzim yang mengatur asetilkolin atau zat penghantar sinyal saraf. Organofosfat sangat berbahaya, beracun untuk manusia dan serangga bahkan pernah digunakan sebagai senjata pada Perang Dunia II. Karbamat, seperti organofosfat tapi berefek reversible dan bisa disembuhkan. Organoklorin, bekerja mengganggu keseimbangan ion kalium-natrium pada jaringan saraf, sangat persisten dan telah dilarang penggunaannya di banyak negara karena membahayakan kesehatan dan lingkungan. Piretroid, dikembangkan untuk versi sintetik senyawa alami piretrin pada bunga krisan, senyawa ini berbahaya bagi sistem saraf. Sulfonilurea, pestisida yang membunuh tanaman, bekerja menghambat enzim asetolaktat sintase. Biopestisida, dikembangkan dari bahan alami seperti hewan, bakteri, tumbuhan dan bahan tambang mineral.
Lebih rinci, bahaya pestisida bagi kesehatan antara lain:
1. Pernapasan.
Sering menghirup pestisida apalagi dalam jumlah banyak bisa membuat seseorang terkena gangguan pernapasan seperti asma.
2. Kanker.
Bahaya pestisida pada tubuh manusia dapat menyebabkan tumor dan berisiko terkena penyakit kanker. Berhati-hatilah, jangan sering terkena paparan pestisida karena efek yang ditimbulkannya seperti kanker kulit, ginjal, limfoma, payudara, otal, paru-paru, hati, prostat, dan kanker darah.
Para pekerja pertanian adalah mereka yang rawan terkena kanker akibat paparan pestisida.
3. Organ rusak.
Jika terkena pestisida, seseorang dapat mengalami kerusakan organ vital pada tubuh seperti paru-paru, jantung atau pun otak. Hal itu bisa terjadi karena sifat racun yang terkandung di dalamnya.
4. Parkinson.
Jika terpapar pestisida dalam jangka panjang dapat berisiko terkena penyakit Parkinson. Kandungan racun dalam pestisida mampu merusak sistem saraf. Semakin sering terpapar, risikonya pun akan semakin tinggi. Jadi, berhati-hatilah, guys.
5. Janin dan kehamilan.
Jangan sampai ibu hamil terkena paparan pestisida. Mengapa? Karena kandungan zat kimianya yang mampu merusak saraf itu dapat mengganggu perkembangan janin. Hindari paparan pestisida terutama pada trisemester pertama, masa itu ketika saraf-saraf janin sedang berkembang.
6. Mengganggu kesuburan.
Pestisida dapat mengganggu sistem reproduksi seseorang, terutama bagi pria. Terkena paparan pestisida dalam waktu lama bisa menurunkan kesuburan atau menganggu kualitas dan kuantitas sperma. Wanita juga perlu waspada, jika terkena akan berisiko melahirkan bayi prematur.
7. Pubertas dini.
Bahaya pestisida lainnya dapat menimbulkan terjadinya pubertas dini terutama untuk anak laki-laki. Zat kimia pada pestisida memicu hormon testosteron yang tidak normal atau berlebihan.
Terkena paparan pestisida secara langsung dapat menyebabkan mual, muntah, iritasi mata, sakit kepala, sesak napas, iritasi kulit, nyeri otot, pusing, lelah, ujung jari dan bibir membiru, kejang, mengi (bengek), sering buang air kecil, lumpuh dan kesemutan. Bahkan, jika terkena paparan pestisida dalam dosis tinggi bisa mengakibatkan kematian. Jika terhirup lewat saluran pernapasan, pestisida dapat menyebabkan pilek, sakit tenggorokan, batuk, sulit bahkan gagal bernapas. Sedangkan jika pestisida masuk melalui saluran pencernaan dapat menyebabkan mual, diare, muntah, nyeri perut, dan denyut jantung tidak teratur. Ada beberapa faktor yang menentukan tingkat bahaya pestisida pada tubuh manusia, antara lain: dosis yang terkonsumsi, genetik, usia, jalur paparan, kondisi kesehatan, durasi paparan, dan lingkungan.
Petani menyemprotkan pestisida pada tanaman padi. (foto: pixabay/wuzefe)
Jika ada orang yang keracunan insektisida, segera telepon petugas medis untuk penanganan tepat. Untuk pertolongan pertama, jangan berusaha menyuruh korban muntah kecuali itu diminta oleh petugas medis. Segera bilas dengan air bersih selama 15 menit jika insektisida mengenai mata atau kulit. Lepaskan pakaian yang terkena insektisida, jika terhirup gasnya, bawa korban ke tempat terbuka untuk mendapatkan udara segar. Ketahui kandungan insektisida penyebab keracunan, bila tertelan ingatlah kapan awal kejadian dan berapa banyak, informasi itu dapat membantu tim medis untuk penanganan lebih lanjut.
Untuk mencegah terjadinya keracunan insektisida atau pestisida umumnya, ada beberapa cara:
1. Gunakan produk insektisida sesuai petunjuk yang tertera di kemasan.
2. Hindari makan dan merokok jika sedang menggunakan insektisida.
3. Pakai alat khusus kalau harus mengaduk insektisida.
4. Jangan pakai insektisida yang wadahnya bocor.
5. Pakai masker untuk melindungi hidung dan mulut, kenakan baju tertutup ketika menggunakan racun serangga.
6. Tidak menyemprotkan racun serangga saat cuaca panas.
7. Bersihkan tubuh pakai sabun kalau terkena racun serangga.
8. Jangan dekat sumber air kalau belum bersihkan diri dari penggunaan insektisida.
9. Jauhi produk insektisida dari makanan.
10. Tidak menyimpan racun serangga di wadah bekas makanan.
11. Kubur wadah bekas insektisida, jangan di buang ke sungai.
Dilansir dari lagizi.com, sekitar 40% kasus kematian di dunia penyebabnya adalah pencemaran lingkungan termasuk dari tanaman yang dikonsumsi. Saat ini, sebanyak 80 ribu jenis pestisida dan bahan kimia lain telah digunakan dan 10% memiliki sifat karsinogenik yang bisa menyebabkan kanker. Laporan dari sebuah penelitian, pestisida menjadi penyebab sekitar 1.4 juta kasus kanker di dunia.
Cuci bersih buah-buahan dan sayuran sebelum mengonsumsinya agar aman dari sisa pestisida. (foto: pixabay/silviarita)
Cara menghilangkan pestisida pada makanan yang akan kita konsumsi, antara lain:
1. Mencuci bersih buah dan sayuran dengan air mengalir, jangan hanya merendamnya. Sebelum mengolah atau memakannya, cuci buah dan sayuran sambil digosok hingga bersih dan tak ada sisa pestisida yang menempel.
Sayuran yang biasanya masih menyisakan pestisida antara lain: bayam, seledri, selada, kankung, kol, paprika,kentang, buncis, tomat, cabai, bawang, kacang panjang. Sedangkan contoh buah-buahan yang sering terpapar pestisida seperti: stroberi, anggur, apel, pir, jambu biji, blueberry, dan belimbing.
Sayuran yang sedikit terpapar pestisida seperti daun singkong, daun papaya, daun melinjo, daun kemangi dan bunga pepaya. Tanaman-tanaman ini biasanya tidak banyak diserang hama sehingga jarang dilakukan penyemprotan pestisida.
Buah lokal yang tidak terlalu banyak paparan pestisida adalah papaya, nanas, duku, pisang, rambutan, salak, melon, durian, semangka dan mangga.
2. Cuci sayuran dan buah dengan sabun food grade atau air cuka. Terutama jika masih zat lilin alami menempel di kulitnya atau minyak yang menyerap partikel pestisida. Lalu, bilas dengan bersih sampai tak ada sisa sabun di buah dan sayur tersebut. Untuk cuka, campurkan air dengan perbandingan 1:3 kemudian bilas buah dan sayur di air mengalir.
3. Cuci buah dan sayuran dengan campuran air dan baking soda, cara ini lebih efektif dibanding hanya mencucinya dengan air.
4. Rendam buah dan sayuran dengan air panas. Dengan cara ini dapat menurunkan residu pestisida 38-97%.
5. Rebus sayuran agar aman dari sisa pestisida.
6. Mengupas kulit buah-buahan sebelum dimakan. Tapi hal ini juga bisa menurunkan kandungan nutrisi pada buah yang akan kita makan.
7. Buang lapisan paling luar dari sayuran berlapis seperti kol, selada, dan sawi karena bagian tersebut yang mendapat banyak paparan pestisida.