Danau Toba yang terletak di Provinsi Sumatra Utara ini merupakan salah satu danau kebanggaan Indonesia. Bagaimana tidak, dengan luas yang mencapai 1,145 kilometer persegi, Danau Toba tampak seperti sebuah lautan yang berada di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Danau yang dikelilingi Hutan Pinus, air terjun, dan pemandian air hangat yang berada di dalam hutannya ini juga menambah daya tarik wisatawan ke Danau Toba.
Dengan banyaknya tempat yang menjadi daya tarik ini menjadikan Danau Toba ramai dikunjungi wisatawan. Namun ternyata sebelum menjadi danau, Danau Toba dahulu kala merupakan sebuah gunung berapi raksasa. Gunung berapi purba yang sudah meletus sekitar 74 ribu tahun yang lalu.
Letusan Gunung Toba Purba kala itu merupakan letusan gunung berapi terbesar dan paling mematikan yang tercatat dalam sejarah. Dilansir dalam laman Kompas.com (12/02), menjelaskan bahwa letusan Toba kala itu membuat perubahan cuaca besar-besaran di muka Bumi.
Letusan Gunung Toba memiliki kekuatan VEI 8, ini merupakan angka yang sangat besar. Bahkan letusan ini hampir memusnahkan kehidupan di muka Bumi. Getaran akibat letusannya serta puing-puing tubuh Gunung Toba yang hancur juga menjadi salah satu penyebab kehidupan di sekitar Gunung Toba Purba lenyap.
Bukan hanya itu saja, abu vulkanik yang dihasilkan saat meletus bahkan sampai menutupi langit sebagian besar muka Bumi dan inilah yang hampir memusnahkan kehidupan di muka Bumi. Abu vulkanik yang tebal menyebabkan penurunan suhu bumi secara besar-besaran dan Bumi mengalami kegelapan total selama kurang lebih selama 6 tahun.
Banyak penelitian yang dilakukan ahli geologi atau mahasiswa untuk menguak misteri kekuatan letusan Gunung Toba terdahulu di sekitar Danau Toba. Walaupun banyak yang sedang meneliti tentang besar kekuatan dan dampak letusan itu saat ini, tidak menutup kemungkinan akan ada hasil penelitian baru yang menghasilkan fakta yang berbeda dengan hasil penelitian yang kita tahu untuk sekarang.
Menanggapi hipotesis yang telah dipaparkan di atas, tim peneliti dari Universitas Arizona yang meneliti dampak dari letusan Gunung Toba melakukan pengeboran di Danau Malawi, Afrika Timur mengemukakan pendapat lain. Peneliti yang mencoba mengebor dan meneliti arang dan vegetasi lingkungan akibat letusan itu menyimpulkan bahwa letusan Toba Purba tidak menimbulkan dampak ekstrem di seluruh belahan dunia seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Seperti yang dilansir dari laman nationalgeographic (13/02) dan dalam Journal of Human Evolution, Chad L. Yost sebagai salah satu peneliti memaparkan bahwa jika jika dampak letusan Gunung Toba Purba berdampak luas pada dunia, maka seharusnya banyak arang yang hanyut ke danau akibat vegetasi yang terbakar. Namun ia tidak menemukan peningkatan arang di luar angka normal pada sedimen yang diendapkan setelah letusan.