Masih ingat dengan film Children of Heaven? Jalan cerita pada film asal Iran ini sebenarnya sangat sederhana, hanya berkisahkan tentang sepasang sepatu yang hilang. Tapi justru karena kesederhanaannya itu, film ini mendapat sambutan yang sangat membludak dari para penikmat layar kaca di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Sampai-sampai film dengan judul asli bahasa PersiaBachecha- Ye aseman, mampu menyabet beberapa penghargaan international.
Sebut saja Fajr Film Festival, Montreal World Film Festival, Warsawa International Film Festival, Singapore International Film Festival, dan bahkan pernah dinominasikan di penghargaan bergengsi Oscar tahun 1999.
Film ini pertama kali tayang di Indonesia tanggal 1 Juli 2000. Children of Heaven berkisah tentang kakak-beradik bernama Ali dan Zahra yang terlahir dari keluarga miskin.
Mereka harus saling bergantian memakai sepatu tiap ke sekolah dikarenakan sepatu Zahra hilang oleh Ali ketika ia sedang menghutang sayuran di pasar.
Sepatu Zahra sebenarnya sudah sangat butut dan jebol. Tapi karena orangtua mereka belum punya uang, akhirnya mereka memutuskan untuk mensol sepatu Zahra agar dapat digunakan lagi.
Saat itu Ali disuruh mengambil sepatu tersebut di tukang sol. Tapi Ali malah kehilangan sepatu Zahra yang ia letakkan di luar, tepatnya di dekat ranjang sayuran. Padahal seorang pemulung telah mengambilnya karena berpikir sepatu itu sudah tidak dipakai (mungkin saking bututnya).
Ali pun mencarinya kemana-mana tapi tidak ketemu jua. Sampai akhirnya dia terpaksa bilang pada Zahra bahwa sepatunya hilang. Zahra pun sedih karena itu adalah sepatu dia satu-satunya untuk ke sekolah besok.
Ali tak tega melihat adiknya menangis dan ia merasa bersalah sekali. Akhirnya ia pun memutuskan untuk meminjamkan sepatunya untuk dipakai Zahra ke sekolah. Padahal Ali juga hanya punya satu sepasang sepatu, itupun sudah agak butut.
Mereka pun akhirnya harus saling bergantian memakai sepatu tersebut. Zahra yang masuk sekolah di pagi hari harus berlari cepat saat pulang sekolah agar Ali dapat segera memakai sepatu saat Ali hendak berangkat sekolah di siang harinya, selisih waktu sekolah antara mereka tidak terlalu banyak sehingga mereka harus saling berlari agar tepat waktu.
Karena hal itu, Ali jadi sering terlambat datang ke sekolah sehingga ia kerap dimarahi oleh salah satu gurunya. Padahal segitu ia sudah berlari sangat cepat.
Sampai akhirnya Ali mengikuti perlombaan lari jarak jauh di sekolahnya dan berharap mendapat juara ketiga. Kenapa ketiga?
Karena hadiah juara ketiga itu adalah sepasang sepatu olahraga. Tapi sayang, Ali malah jadi juara pertama pada perlombaan itu. Bukannya senang, tapi Ali justru sedih karena tidak mampu menepati janjinya kepada Zahra untuk jadi juara ketiga.
Walau ceritanya sangat sederhana, namun film ini sangat sarat akan pesan moralnya. Kehidupan anak-anak miskin di Iran begitu tergambar jelas dalam film karya Majid Majidi ini.
Selain itu, film yang juga tayang di AS dan beberapa negara Asia Timur lainnya ini juga selalu berhasil membuat siapapun yang menontonnya menitikkan air mata.
Banyak nilai yang dapat kita ambil dari film ini, betapa penuh dengan nilai tanggung jawab atas kesalahan yang sudah diperbuat, tidak mengeluh pada tiap keadaan, gigih dalam mencapai tujuan, dan juga mengajarkan harmonisasi antar umat beragama. Sungguh, film yang sangat bermartabat.
Yuk, kita nostagia!