Film itu hendaknya adalah pembuktian kreativitas seorang sutradara, bukan malah menyisipkan pesan terselubung yang dapat menimbulkan perdebatan panjang. Lima film berikut adalah hasil produksi sineas Hollywood yang boleh dibilang sangat layak ditonton, namun kesalahan mereka memasukan berbagai isu sensitif berbuntut panjang. Beberapa negara di dunia kompak melarang penayangannya, tak terkecuali Indonesia.
Berikut lima film yang dimaksud:
1.The Year of Living Dangerously (1982). Film ini mengangkat pembrontakan PKI
Aktor tenar Hollywood saat itu, Mel Gibson harus kecele karena gagal menghibur fansnya di Indonesia setelah pemerintah Orde Baru melarang keras penayangan filmnya di bioskop-bioskop. Bahkan saat proses pembuatan film pun pemerintah tak memberikan izin untuk mengmbil setting di Indonesia, makanya mereka menggarapnya di Filipina.
Film 'The Year of Living Dangerously' menceritakan kisah seorang wartawan ABC asal Australia, Guy Hamilton yang diperankan oleh Mel yang dipercaya untuk meliput situasi terkini di Jakarta pada tahun 1965 yang bertepatan dengan pemberontakan G30S.
Film terlarang ini juga menggambarkan kemiskinan yang melanda NKRI dengan sangat jelas di layar. Tapi letak keberatan pemerintah bukan di sisi itu, melainkan adanya adegan penembakan yang dilakukan pasukan tentara berbaret merah.
2. Schindlers List (1993). Film yang secara gambalang mengangkat kisah NAZI
Sudah tahu film yang mengangkat kisah Nazi sangat kontroversial, sutradara Steven Spielberg masih ngeyel. Akhirnya film buatannya yang berjudul Schindlers List tahun 1993 dipastikan tidak akan tayang di banyak negara, termasuk Indonesia. Lembaga Sensor Film menganggap film ini terlalu sensitif, selain itu dapat berpotensi membuat kegaduhan di tengah masyarakat luas.
Sang sutradara belakangan melakukan pembelaan dengan menyayangkan negara yang melarang filmnya itu, padahal menurutnya itu hanyalah bentuk ungkapan rasa solidaritas demi kemanusiaan.
3. Balibo (2009). Film ini ceritakan konflik di Timor Leste
Film yang menceritakan tentang terbunuhnya lima wartawan Australia di Timor Timur tahun 1975. Dengan alasan pembelokan sejarah, pemerintah dengan keras melarang film Balibo beredar di Indonesia. Padahal waktu itu film ini sudah siap diputar dalam event Jakarta International Film Festival (Jiffest) Selasa, 1 Desember 2009 silam.
Seminggu pasca pelarangannya di tanah air, Kepolisian Australia (AFP) merespon cepat dengan berniat peninjauan kembali kasus kematian para wartawan mereka. Menurut AFP, Gary Cunningham, Malcolm Rennie, Greg Shackleton, Tony Stewart, dan Brian Peters gugur karena sengaja dihabisi militer Indonesia agar tak menyiarkan invasi yang mereka lakukan.
4. Noah (2014). Film yang menceritakan kisah Nabi Nuh
Film yang bertemakan agama memang kadang dianggap terlalu sensitif, makanya tak jarang bisa menyulu emosi suatau kaum. Film Noah yang dibintangi oleh Russel Crowe dan Emma Watson ini contohnya. Mengambil tema tentang kehidupan Noah yang dalam kepercayaan umat Muslim dikenal dengan nama Nabi Nuh as, sutradara Darren Aronofsky dianggap menampilkan padangan yang tidak sesuai fakta aslinya.
Setelah diselidiki, tokoh utama Noah digambarkan sebagi orang yang suka marah, pembunuh, bahkan cucunya sendiri yang masih bayi pun tak luput dari rencana jahatnya. Lembaga Sensor Film (LSF) yang merasa bertanggung jawab atas perfilman di tanah air pun bergerak cepat agar tak sampai menimbulkan perdebatan yang panjang dengan melarang film itu masuk ke bioskop-bioskop senatero Indonesia.
5. Fifty Shades of Grey (2015), film ini dianggap terlalu vulgar
Fifty Shades of Grey merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama yang diprodukis oleh United International Pictures (UIP). Diungkapkan bahwa pelarangan tersebut terjadi sebab film yang dibintangi oleh Jamie Dornandan Dakota Johnson ini tidak sesuai dengan kriteria sensor LSF Indonesia.
Negeri tetangga, Malaysia juga mengikuti langkah yang kita ambil. Asal kalian tahu jika film ini memang menampilkan fantasi bercinta yang kelebawat batas. Lihat saja di adegan yang menggunakan sadomachochism (misal pecut dan borgol).
Demikianlah lima film buatan Hollywood yang gagal tayang di tanah air karena dinilai terlalu berbahaya jika menjadi konsumsi publik kita. Maju terus Lembaga Sensor Indonesia!