Film berbasis video game harusnya seru. Ya wajar, kan? Bermain video game membawa keseruan dan kesenangan dengan tampilan visual, suara serta gameplay dan cerita di balik game itu sendiri. Semuanya kesatuan yang memberikan perasaan seru dan bahagia. Bermain game balapan mobil bersama teman-teman di depan televisi (atau di rumah masing-masing lewat koneksi online internet), berburu monster di dalam video game bareng pemain lain menciptakan perasaan seru dan menyenangkan untuk jiwa. Sehingga saat semua aspek dan perasaan tadi dipindahkan ke dalam pita seluloid film bioskop, seharusnya hal-hal tersebut terbawa ke dalam film.
Sayangnya tidak semua film berbasis video game berhasil mengadaptasi game sumber inspirasinya. Walau bukan genre yang laris dibuat produser Hollywood, film berbasis video game selalu ditunggu oleh fans. Bahkan jika masih dalam format gosip sekalipun (seperti film Unchartedyang belum juga mulai syuting). Makanya tidak heran saat Nintendo mengumumkan akan membuat kembali film Mario Bros, media dan fans Nintendo bersorak gembira.
Sceenshot film Super Mario Bros 1993 (Sumber gambar: Pinterest)
Tapi jangan senang dulu! Atau justru harusnya senang? Karena film baru Mario Bros nanti bukan film live action seperti Detective Pikachu-nya Ryan Reynolds kemarin. Filmnya akan berbentuk animasi. Sehingga secara teori, ini adalah suksesor (atau remake) film live action Mario Bros tahun 1993.
Film Mario Bros 1993 (kalau mau jujur) sangat buruk! Sama sekali tidak membawa spirit dari game-nya. Entah salah di bagian make-up, skenario, sinematografi, atau malah salah keseluruhan aspek. Saya tidak akan menyarankan/melarang kamu menonton film itu; hanya jangan salahkan saya jika setelah menontonnya kamu akan berkata eh buset filmnya jelek amat yak! karena itulah komentar saya saat pertama melihatnya.
https://www.youtube.com/watch?v=hnWShw6EeSc
Namun tidak fair jika menilai film live action Mario Bros tahun 1993 tersebut sebagai total failure atau film gagal total. Sebagai film berbasis video game perdana di dunia, Super Mario Bros (dibintangi mendiang Bob Hoskins, Dennis Hopper serta John Leguizamo dan Samantha Mathis) itu lumayan berhasil menangkap esensi dari game. Karena kalau dipikir-pikir lagi, memang bakal sulit mengaplikasikan gameplay Super Mario Bros ke film live action. Gimana membuat badan Hoskins (yang berperan sebagai Mario) membesar saat dia mengonsumsi jamur? Atau membuatnya bisa melempar bola api setelah makan setangkai bunga seperti di dalam game? Agak konyol kalau dipikir kembali walau semua dapat dengan mudah dilakukan dengan CGI komputer. Tapi saat itu baru tahun 1993 dan teknologi komputer belum seperti sekarang ini.
(Sumber gambar: Amazon)
Dengan modal US $48 juta dan pendapatan hanya US $20,9 juta jelas film bioskop live action Super Mario Bros merupakan film gagal secara finansial. Flop. Rugi. Sehingga wajar kalau pihak Nintendo kapok dan ogah membuat film live action lagi. Dan itu berlangsung bertahun-tahun. Sampai akhirnya Shigeru Miyamoto, kreator Mario dan pejabat senior Nintendo Jepang, mengumumkan kalau Nintendo akan kembali membuat film Super Mario Bros (dan film-film lain dari IP mereka) dan dalam jadwal rilis untuk tahun 2022.
Film Super Mario Bros terbaru nanti akan berbentuk animasi di mana Nintendo bekerja sama dengan studio animasi Amerika Serikat Illumination (populer dengan karya mereka seperti Despicable Me, Minions,dan juga The Secret Life of Pets).
Shigeru Miyamoto & Mario (Sumber gambar: Go Nintendo)
Shigeru Miyamoto juga menjelaskan soal planning Nintendo mengekspansi IP video game Nintendo ke format-format lain; termasuk game smartphone dan bahkan theme park alias taman bermain seperti Disneyland.
Awalnya saya menolak rencana dan ide melebarkan cakupan Nintendo ke medium lain seperti film. Sekarang saya terlibat di dalam produksi film di mana IP Nintendo digunakan. Alasan perubahan itu karena belakangan Nintendo merilis banyak IP lama lewat aplikasi Virtual Console sebut Miyamoto. Virtual Console sendiri merupakan program aplikasi buatan Nintendo yang memungkinkan gamers memiliki dan memainkan game-game jadul Nintendo di konsol lebih baru seperti Wii, Wii U dan 3DS (konsol hybrid Switch belum mendapatkan fitur ini).
Miyamoto menjelaskan kalau aset terbesar dan utama dari Nintendo adalah video game dan IP mereka namun melihat pergerakan zaman dia merasa kalau ekspansi ke media lain dapat meningkatkan awareness pada IP Nintendo yang sudah mulai terlupakan.
(Sumber gambar: Forbes)
https://www.youtube.com/watch?v=UDz9WDCefX8
Pada dasarnya bukan saya ingin membuat film game Nintendo tapi saya mulai berpikir sebaiknya IP Nintendo dikembangkan ke media lain seperti film agar tetap dan semakin dikenal generasi yang sebelumnya tidak tahu. Membuat film berdasarkan IP game Nintendo dapat meluaskan cakupan dan pengenalan publik akan game-game Nintendo, kata Shigeru Miyamoto soal perubahan arah Nintendo dalam marketing video game mereka.
Alasan yang masuk akal dari sudut pandang bisnis. Dan mari berharap kalau film-film dari IP Nintendo nanti tidak bernasib sama seperti film live action Super Mario Bros sebelumnya.