Publik dunia digemparkan dengan sosok Hakan Sukur. Mantan pesepak bola ini dikabarkan bekerja sebagai supir taksi onlineUber di Amerika Serikat. Banyak orang yang tak menyangka bahwa atlet sekelas Hakan Sukur saja berani bekerja di jalanan dengan pakaian sederhana layaknya supir taksi pada umumnya.
Tentang hal ini, sebagian orang mungkin menyayangkan pekerjaan Sukur sekarang. Pasalnya, dia seharusnya menikmati segala fasilitas mewah sebagai pesepak bola berprestasi dan bukannya berakhir dengan kemiskinan. Jadi, kehidupan Hakan Sukur bisa dibilang berubah 180 derajat yaitu dari terkenal menjadi dilupakan.
Jauh sebelum hidup susah, dulu Hakan Sukur dikenal saat Piala Dunia 2002. Permainannya yang apik serta kecepatan larinya bak pesawat jet seolah menjadi kehebatan Hakan Sukur dalam mengelabui lawan-lawannya. Perjuangan Sukur ini akhirnya membuahkan hasil yaitu membawa Timnas Turki meraih Juara 3 usai mengalahkan Korea Selatan. Raihan tersebut adalah satu-satunya Timnas Turki hingga saat ini.
Tidak hanya berbuah prestasi untuk timnya, aksi individualnya pun layak untuk dipuji. Golnya yang paling dikenang adalah saat dia mencetak gol ke gawang Korea Selatan lewat aksi solo run. Uniknya, dia melakukannya di waktu saat kick off baru dimulai.
Sebagai catatan, gol Sukur ternyata resmi masuk Guiness World Record sebagai rekor gol tercepat di dunia. Mengenai rekornya, saya rasa Hakan Sukur tidak ada tandingannya dalam urusan mencetak banyak gol, bahkan Lionel Messi saja butuh bertahun-tahun untuk mencetak gol secepat kilat selama karirnya. Salut untuk Hakan Sukur, sang pesepak bola sejuta rekor!
Hakan Sukur ketika masih aktif sebagai pesepak bola / Sumber: www.cnbc.com
Seakan tak puas dengan sepak bola, Sukur mencoba peruntungannya di dunia politik. Dia mencalonkan diri sebagai Anggota Parlemen Turki dengan mewakili Justice and Development Party.Hasilnya dia lolos ke parlemen dan resmi bekerja sebagai anggota Parlemen hingga tahun 2015.
Sayangnya, karier politik Hakan Sukur tak seindah dengan karier sepak bolanya. Tuduhan sebagai pengikut Fethullah Gulen diduga menjadi penyebab karir Hakan Sukur di dunia politik harus berakhir cepat. Hal ini dibuktikan dengan Pemerintah Turki mulai menyelidiki pengikut Gulen satu per satu, termasuk Hakan Sukur yang diduga sebagai pengagum setianya selama bertahun-tahun.
"Pada awalnya saya mungkin dikenal sebagai oleh Musuh Pemerintah tetapi bukan berarti saya memusuhi dengan Negara saya Turki. Saya masih mencintai Tanah Air saya yaitu Turki. Semenjak ada Erdogan, posisi saya di Turki semakin terancam." Ungkap Hakan Sukur.
Dalam pernyataannya yang dikutip dari Tribunnews.com, Sukur mengaku tidak mengenal sama sekali tentang sosok Fethullah Gulen. Baginya, tuduhan ini adalah skenario Pemerintah Turki supaya dia dianggap sebagai dalang militer kudeta Pemerintah Turki ataupun oposisi Erdogan. Bagaimanapun, mungkin saja ini adalah bentuk kesalahpahaman belaka sehingga dia seakan difitnah dan merasa dunia politik itu sungguh kejam baginya. Pasca tuduhan ini, dia langsung mengasingkan diri ke Amerika Serikat demi kehidupan yang lebih baik.
Kondisi Hakan Sukur saat ini / Sumber: uzone.id
"Sekarang kondisi saya semakin kritis. Pemerintah Turki telah merampas hak saya yaitu hak kebebasan, kebebasan berekspresi, pemilu, dan pekerjaan. Sejujurnya, saya bukanlah pengkhianat negara apalagi teroris."
"Selama masa pengasingan, saya sempat bekerja sebagai pengusaha kafe di California dengan tenang. Namun semenjak kehadiran orang-orang mencurigakan yang diduga mata-mata Erdogan. Saya terpaksa untuk banting setir ke pekerjaan lain yaitu supir Uber dan Toko Buku."
Dilansir dari CNBCIndonesia.com, Sukur menyebut pembatasan hak-haknya membuat dia terpaksa untuk meninggalkan Turki yang dicintainya. Biar lebih aman, dia memilih untuk tinggal sekaligus bekerja di Amerika Serikat. Sembari berada di pengasingan, dia memulai hidup dengan bekerja sambilan yaitu sebagai sopir taksi online Uber dan penjual buku. Pekerjaan yang dia lakoni ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus melupakan hingar-bingar politik sejenak.
Meskipun sudah puas tinggal di Amerika Serikat, nyatanya Sukur masih mencintai Turki apa adanya dengan sepenuh hati, bahkan dia berencana kembali ke Turki sambil mengklarifikasi kasus yang sebenarnya. Setali tiga uang, permintaan maaf dari Pemerintah Turki rupanya belum terbuka olehnya. Akibatnya, dia harus merendam keinginannya untuk pulang kampung sekaligus menunggu kepastian dari Pemerintah dengan sabar. Duh, sayang sekali ya padahal tinggal sedikit lagi damainya!
Pembelajaran penting dari kisah hidup Hakan Sukur ini adalah kita harus bersyukur apa adanya. Mau nasibnya baik atau buruk, kita terima dengan lapang dada. Serendah-rendahnya pekerjaan seseorang, kita jangan remehkan pekerjaan mereka yang sering diidentikan dengan kumuh dan bau keringat. Sebaliknya, kita hargai perjuangan mereka karena mereka bekerja banting tulang demi menghidupi keluarganya. Agar tidak hidup susah di masa mendatang, marilah kita mensyukuri apa adanya tanpa saling menyalahkan satu sama lain.