Sebagai negaradengan nilai-nilai tradisional yang masih terjaga dan terawat baik, Jepang merupakan sebuah negara menarik serta unik. Robot yang bisa dikendarai seperti tank mungkin akan lahir pertama dari negara ini, namun pakaian tradisional seperti kimono masih dapat ditemukan serta dipakai orang Jepang dalam berbagai kesempatan.
Perpaduan keren antara unsur modern serta tradisional di Jepang selalu menarik untuk diikuti. Sehingga tidak terlalu mengherankan melihat gelombang turis dan pariwisata Jepang selalu bagus dan laris, walau belakangan sepertinya terganggu gara-gara pengaruh virus COVID-19 atau Coronavirus yang menghantam semua lini usaha di banyak negara, termasuk Jepang.Salah satu tradisi budaya lama yang masih berjalan dengan baik di Jepang adalah kegiatan menonton/menikmati mekarnya bunga atau disebut sebagai 'Hanami'.
(Sumber gambar: Favy-Jp.Com)
Tradisi Hanami punya sejarah panjang dalam budaya bangsa Jepang. Bisa dilihat sejak era Nara (719-794 Masehi) di mana pada masa itu orang-orang menikmati pemandangan mekarnya bunga di pohon plum (atau Ume dalam bahasa Jepang) menjelang musim semi. Jepang merupakan negara dengan empat musim cuaca dan musim semi (antara bulan Maret hingga Mei) dianggap sebagai musim paling nyaman dan indah untuk mereka. Kebiasaan tersebut sedikit berubah mulai era Heian (794-1185 Masehi) di mana pemandangan mekarnya bunga Sakura mulai jadi kebiasaan baru orang Jepang dan istilah Hanami jadi lekat dengan kebiasaan tersebut.
Kaisar Saga dari era Heian memulai kebiasaan Hanami yang terus dijalankan warga Jepang hingga era Reiwa seperti sekarang. Kebiasaan tersebut adalah dengan menggelar alas duduk di bawah pohon Sakura, serta menikmati minuman Sake dan penganan seperti kue Dango sambil melihat mekar dan berjatuhannya daun bunga Sakura dari cabang pohon.
Ilustrasi Hanami di era lama Jepang (Sumber gambar: Savvy Tokyo)
Sebelumnya merupakan kebiasaan kaum bangsawan dan elite, Hanami kemudian diadopsi kelompok kelas masyarakat lain seperti Samurai serta rakyat jelata mulai era Edo (1603-1868 Masehi).Kumpul-kumpul di bawah pohon Sakura & Ume sambil ngobrol dan makan minum pada musim semi menjadi sebuah budaya yang terus diwarisi generasi berikutnya di Jepang. Dari Hanami juga muncul istilah 'Hana Yori Dango' yang menggambarkan kalau orang suka dengan Hanami karena ada makan-makan dan minum-minumnya.
Enakan kue daripada bunga, kira-kira seperti itu. Istilah ini pernah dijadikan judul komik dan anime cewek di Jepang karya Yoko Kamio tahun 1992-2008, yang menceritakan seorang gadis biasa yang bersekolah di sekolah elite dan bertemu dengan geng empat pemuda kaya raya tukang bully,F4/Flower Four.
(Sumber gambar: Zerochan)
Seperti plot dramaTaiwan yang pernah laris di Indonesia Meteor Garden,ya.Ini karena Meteor Garden merupakan adaptasi dari komik dan anime (plus dorama) Hana Yori Dangoyang super populer di Jepang.
Tapi kebiasaan piknik santuy di bawah pohon Sakura yang sedang mekar ini sekarang terancam tidak dapat dinikmati. Penyebabnya? Apalagi kalau bukan wabah Coronavirus COVID-19 yang masih menghantui dunia. Coronavirus bahkan sudah sukses mengakibatkan diundurnya pesta olahraga sedunia Olimpiade Tokyo 2020. Dan saat ini kebiasaan budaya seperti Hanami juga terancam gagal dilakukan sepanjang mekarnya bunga Sakura di musim semi seperti sekarang.
Pemerintah Jepang bahkan sudah mengabarkan kalau mereka meng-cancel event Hanami dalam skala festival, yang sebelumnya sudah direncanakan. Ini jelas sebuah pukulan telak bukan saja untuk warga Jepang sendiri yang setiap tahun selalu menikmati Hanami, namun juga berdampak dari sisi turisme/pariwisata karena tidak jarang turis asing datang ke Jepang pada musim semi untuk menikmati suasana Hanami yang tidak hanya nyaman namun juga keren secara visual itu.
(Sumber gambar: SoraNews24)
Belum ada tanda-tanda kalau Coronavirus berhenti jadi ancaman serius manusia di berbagai negara sehingga hampir bisa dipastikan kalau pada tahun 2020 warga Jepang, untuk pertama kalinya dalam sejarah, tidak dapat menikmati Hanami seperti yang biasa mereka lakukan beratus-ratus tahun lamanya. Ini tentu tidak menyenangkan. Tapi semoga saja situasi dapat segera pulih dan Hanami dapat kembali dinikmati publik selama musim semi di sana, ya?