Setiap diri kita pasti pernah mengalami kehilangan. Mulai dari rumah, pekerjaan, barang kesayangan, uang, masa muda bahkan orang yang kita cintai. Seperti halnya kita kehilangan teman saat kita pindah sekolah dan kehilangan mainan saat kita tidak sengaja merusaknya atau memang karena hilang. Rasa kehilangan yang kita alami, menyadarkan kita akan betapa berharganya sesuatu ketika kita masih memilikinya. Terkadang kita akan menyesali jika baru merasakan kehilangan tersebut. Dari sini kita perlu mengingat bahwa apa yang kita miliki saat ini harus disyukuri dan dinikmati dengan baik dan benar.
Dalam setiap perjalanan hidup, tidak henti-hentinya kita akan kehilangan. Hal-hal yang tidak dapat diraba, seperti mimpi, masa muda, kesehatan dan kemandirian juga ikut kabur atau berakhir. Kehilangan adalah hukum alam, di mana kita harus paham bahwa apa yang kita miliki adalah titipan, tidak bisa bertahan selamanya. Kita juga belajar bahwa kita tidak bisa terus-terusan menjaga sesuatu selamanya. Dan disinilah kita akan mengerti mengenai keikhlasan.
Tapi sebagai manusia, tentu saja kehilangan adalah hal yang meyedihkan. Sehingga kita melakukan berbagai hal untuk menjaga diri kita agar baik-baik saja. Jika kita merasa sedang mengalami kehilangan, itu karena kita sedang menjalani kehidupan yang baik. Kita mengalami kehilangan tidak peduli apakah itu sesuatu yang besar tau kecil, kehilangan yang permanen seperti kematian atau yang bersifat sementara seperti berpisah dengan orang tua karena belajar di tempat yang jauh.
Ada 5 tahap yang menjelaskan bagaimana kita merespon semua rasa kehilangan dalam kehidupan.
1. Penolakan.
foto: pexels.com/ Inzmam Khan
Ketika kita menghadapi kehilangan, hal yang pertama terjadi adalah penolakan atau penyangkalan dalam diri. Kita tidak akan percaya dengan kehilangan yang sedang terjadi. Bisa jadi kita bertanya-tanya apakah ini benar-benar terjadi atau kenapa ini bisa terjadi. Contohnya ketika kita kehilangan smartphone, yang pertama kita lakukan biasanya dengan berkata, Aku tidak percaya aku meninggalkan hp ku entah di mana atau Ini pasti bercanda kan? Mungkin ada teman yang iseng.
2. Kemarahan.
foto: pexels.com/ Moose photo
Fase kedua adalah kemarahan. Setelah kita menolak apa yang sedang terjadi, tentu saja kita menjadi marah dan menyalahkan apapun. Bisa saja kita menyalahkan diri sendiri ataupun kondisi yang ada. Contohnya kita akan berkata, Aduh siapa oang yang berani-beraninya mengambil hp ku? atau Ah, harusnya aku lebih berhati-hati dan teliti!
3. Kompromi.
foto: pexels.com/ Juan Pablo Arenas
Fase berikutnya adalah berkompromi. Di tahap ini kita sudah mulai tenang dengan kehilangan yang kita alami. Namun kita berpikir bahwa ada hal-hal yang seharusnya bisa menjadi kompromi agar kehilangan ini tidak terjadi. Contohnya dengan berkata,Ah, aku berjanji kalau aku menemukan hp ku aku akan lebih berhati-hati deh atau Apakah bisa hanya hp ku saja yang hilang tapi semua data dan kontaknya tidak?
4. Kesedihan/ depresi.
foto: pexels.com/ pixabay
Fase yang keempat adalah kesedihan. Tentu saja saat kehilangan yang paling terasa dibanding tahap yang lain adalah kesedihan. Kita merasa apa yang terjadi benar-benar buruk sehingga tidak bersemangat untuk melakukan sesuatu. Jika kehilangan itu besar, kita bahkan merasa dunia begitu kejam dan hampa. Dari contoh kehilangan smartphone tadi, kita mungkin akan berkata Sedih sekali, sekarang aku harus membeli hp yang baru atau Bagaimana mungkin aku bisa membeli hp dengan data yang tidak ternilai harganya.
5. Penerimaan.
foto: pexels.com/ Tirachard
Tahap terakhir yang seharusnya kita jalani adalah penerimaan. Karena kita sudah paham bahwa apa yang kita miliki adalah sementara, tidak bertahan selamanya. Rasa marah dan sedih akan apa yang terjadi perlu kita hadapi dan ganti dengan rasa penerimaan. Membuka lembar baru agar tidak terbelenggu dengan rasa yang hanya melukai hati. Contohnya, kita akan berkata Baiklah, tidak apa-apa saat ini hp ku hilang, aku akan membelinya dengan tipe yang lebih bagus.
Setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda terhadap kehilangan. Tidak semuanya mengikuti 5 fase tersebut secara berurutan. Ada pula orang yang lebih cepat sampai pada fase penerimaan, ada pula orang yang lebih lama berada di fase penolakan. Tapi ingatlah bahwa kehilangan adalah salah satu pelajaran hidup yang akan selalu terjadi. Kehilangan itu bukan hanya hilang dengan arti sesungguhnya, bisa jadi berarti kepergian, rusak, berakhir, dan lain sebagainya. Kita harus berani menghadapinya dan ikhlas dengan apa yang kita miliki.