Sembelit atau susah buang air besar yang dalam bahasa medis disebut dengan kontisipasi merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika frekuensi buang air besar berkurang. Sebenarnya, tidak ada patokan mengenai berapa normalnya buang air besar dalam sehari maupun seminggu. Pasalnya, frekuensi buang air besar bisa berbeda-beda pada setiap individu. Namun, sembelit terjadi ketika frekuensi buang air besar seseorang menjadi berkurang akibat tinja yang mengeras sehingga sulit dikeluarkan.
Pada dasarnya sembelit terjadi akibat kurangnya asupan serat di dalam tubuh. Namun beberapa faktor di bawah ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kontipasi.
1.Kebiasaan menunda Buang Air Besar (BAB).
Banyak sekali anak-anak hingga orang dewasa yang malas atau menunda-nunda pergi ke toilet untuk buang air besar ketika mulai ada hasrat buang air besar. Alasannya bisa karena malas, takut, malu, tidak memiliki privasi untuk menggunakan toilet, dan alasan-alasan lainnya. Padahal, kebiasaan menunda buang air besar ketika ada desakan untuk melakukannya dapat meningkatkan risiko terjadinya kontipasi. Oleh sebab itu apabila kamu merasa ingin buang air besar, segeralah pergi ke toilet.
2.Kehamilan.
Sebagian wanita hamil mengalami kontipasi selama masa kehamilannya, khususnya pada masa-masa awal kehamilan. Kondisi ini disebabkan karena tubuh wanita hamil memproduksi lebih banyak hormon progesteron yang dapat menyebabkan otot kendur. Hal ini tentunya akan menyulitkan otot di usus untuk berkontraksi sehingga pada akhirnya ibu hamil mengalami susah buang air besar.
3.Pengaruh gaya hidup.
Kontipasi juga dapat disebabkan akibat pola makan yang tidak sehat, seperti kurangnya asupan serat dan kurang mengonsumsi cairan. Selain itu, terlalu sering mengonsumsi produk olahan susu juga dapat menyebabkan kontipasi atau susah buang air besar. Selain pola makan, malas berolahraga atau kurang aktif menggerakan tubuh juga dapat meningkatkan risiko kontipasi. Maka dari itu, perbanyak konsumsi makanan yang mengandung serat seperti buah dan sayuran, serta biasakan diri untuk melakukan kegiatan olahraga secara teratur.
4. Pengaruh obat-obatan.
Selain gaya hidup yang tidak sehat, susah buang air besar juga dapat terjadi akibat efek samping dari obat-obatan tertentu. Obat-obatan tersebut bisa berupa suplemen zat besi, suplemen kalsium, obat antidepresan, antiepilepsi, antipsikotik, obat pereda nyeri golongan narkotik (seperti morfin dan kodein), dan obat-obatan diuretik. Selain itu, obat-obatan yang dikonsumsi untuk mengatasi gangguan pencernaan (seperti antasida dan anti diare), serta kebiasaan menggunakan obat laksatif juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya konstipasi.