Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dollar AS terus melonjak dari hari ke hari, yang awalnya hanya Rp 13 ribuan kini nyaris menembus angka Rp 15 ribu. Peristiwa ini dimulai sejak 2 bulan belakangan yaitu di Bulan Juli dan Agustus.
Anjloknya nilai tukar Rupiah tentu menjadi salah satu musibah besar, terutama bagi perekonomian di Indonesia. Bila tidak segera ditindaklanjuti, krisis pun diperkirakan akan kembali menimpa negeri ini seperti halnya yang terjadi pada tahun 1998 yang lalu. Lantas apa yang menyebabkan nilai Rupiah terus merosot dari hari ke hari? Berikut alasannya.
1. Perekonomian AS yang berkembang pesat
Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 menjadi tamparan keras bagi Amerika. Akibatnya, The Fed mengeluarkan rencana yang berisi stimulus ekonomi di tahun 2013 yang bertujuan untuk menstabilkan perekonomian AS. Akhirnya perekonomian AS kembali bertumbuh bahkan berkembang sangat pesat hingga saat ini. Hal ini dapat dibuktikan lewat menguatnya Dollar AS, sehingga suplai uang Dollar dapat ditekan dengan baik.
2. Kenaikan suku bunga Bank Sentral AS
Meningkatnya suku bunga The Fed menyebabkan pemodal asing yang ada di Indonesia menarik sejumlah modalnya untuk kemudian ditanam ke Amerika demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Bila tidak diimbangi dengan kenaikan suku bunga bank di Indonesia maka bukan tidak mungkin bila pemodal asing menarik seluruh modal yang ada di negeri ini untuk dialihkan ke Amerika. Kondisi inilah yang hingga sekarang masih sangat dijaga oleh pemerintah.
3. Adanya perang dagang antara AS dan China
Meningkatnya perdagangan di Amerika juga diikuti dengan meningkatnya perdagangan yang ada di China. Pengaruh ini diduga menjadi pengaruh eksternal yang menyebabkan nilai tukar Rupiah terus merosot hingga ke angka Rp 15 ribu.
4. Meningkatnya impor tidak sebanding dengan ekspor
Permintaan barang-barang impor yang bernilai tinggi diduga menjadi penyebab melemahnya Rupiah terhadap Dollar AS. Misalnya meningkatnya permintaan mobil Ferrari atau tas Hermes atau barang-barang mewah lainnya. Jalan satu-satunya untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah adalah dengan membatasi impor barang-barang konsumsi dan menggalakkan ekspor.
5. Krisis ekonomi Argentina dan Turki
Selama 4 bulan terakhir, nilai tukar Peso (mata uang Argentina) merosot tajam hingga membawa Argentina pada krisis ekonomi yang sangat parah. Kondisi ini menjadikan Peso sebagai mata uang yang memiliki performa paling buruk di dunia. Begitu juga dengan Turki yang mengalami inflasi sebesar 18% pada bulan kemarin. Buruknya performa nilai tukar mata uang pada kedua negara ini berimbas ke Indonesia dan (mungkin) negara-negara lain di masa mendatang.
Apapun rencana yang dilakukan oleh pemerintah dan menteri keuangan dalam menstabilkan mata uang Rupiah mudah-mudahan berhasil, sehingga nilai tukar Rupiah segera stabil bukan semakin merosot.