Sindrom Mielodisplasia atau Myelodysplastic Syndromes (MDS), yaitu kondisi sumsum tulang mengalami gangguan atau kelainan sehingga menghasilkan sel darah yang tidak normal. Sel darah tersebut tidak terbentuk dengan sempurna baik sebagian atau seluruhnya. Lama-kelamaan, sel darah abnormal akan semakin banyak dan mengurangi sel darah sehat dalam tubuh. Kondisi tersebut dapat berisiko fatal yang berujung pada leukemia (kanker darah). Sindrom Mielodisplasia bahkan termasuk dalam jenis kanker langka.
Secara normal, sumsum tulang memproduksi tiga jenis sel darah. Sel darah merah untuk mengangkat oksigen dan mengedarkannya ke seluruh bagian tubuh. Sel darah putih berperan untuk melawan infeksi. Dan trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Namun, pada orang yang mengalami sindrom MDS, sel-sel darah tersebut tidak mampu bekerja dengan normal.
Terdapat beberapa tipe sindrom mielodisplasia. Ada yang masih dalam tahap ringan dalam waktu lama, sebagiannya lagi bisa menjadi semakin parah. Siapa pun bisa terkena sindorm MDS, terutama bagi mereka yang telah berusia lanjut atau di atas 60 tahun. Sindrom MDS tidak menunjukkan gejala di awal. Namun, setelah beberapa lama gejala umum akan tampak seperti di bawah ini.
1. Tubuh sering terkena infeksi karena kekurangan sel darah putih.
2. Sulit bernapas atau merasa sesak.
3. Sering merasa kelelahan.
4. Kulit tampak pucat akibat kekurangan sel darah merah.
5. Sering mengalami memar atau berdarah, hal ini karena rendahnya jumlah trombosit dalam tubuh.
6. Muncul bintik atau bercak merah di bawah permukaan kulit akibat mengalami perdarahan (petechiae).
Perubahan genetik menjadi penyebab sumsum tulang mengalami kelainan. Belum diketahui pasti penyebab perubahan genetik, namun ada dugaan beberapa faktor inilah sebagai pemicu kondisi tersebut.
1. Usia, orang dengan usia di atas 60 tahun lebih rentan mengalami sindrom MDS.
2. Sering terkena bahan kimia, contohnya seperti pestisida, asap rokok, benzena.
3. Efek samping dari obat saat kemoterapi atau radioterapi. Atau, pernah melakukan terapi radiasi.
4. Terpapar logam berat, misalnya merkuri dan timah.
5. Adanya kelainan bawaan, contohnya seperti downs syndrome.
Segera periksa diri ke dokter jika mengalami gejala-gejala seperti di atas. Pasien perlu melakukan tes darah dan pemeriksaan sumsum tulang. Penanganan terhadap sindrom MDS dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1. Memberikan obat ke pasien dalam bentuk tablet ataupun injeksi. Pengobatan harus dilakukan untuk mencegah sel-sel darah tidak sehat tersebut semakin banyak. Selain itu, pengobatan penting untuk meredakan gejala MDS yang diderita pasien supaya tidak terjadi infeksi dan perdarahan.
2. Injeksi faktor pertumbuhan sel darah.
3. Pemberian antibiotik.
4. Tranfusi darah.
5. Terapi pengikat besi.
6. Kemoterapi kombinasi.
7. Transplantasi sumsum tulang (dianjurkan untuk penderita usia di bawah 55 tahun).
Jika sindrom MDS sampai di tahap komplikasi, beberapa kondisi ini terjadi pada penderita:
1. Tubuh mengalami anemia (kekurangan sel darah merah) dan sering merasa lelah.
2. Sering terkena infeksi.
3. Perdarahan yang terus-menerus atau berlebihan.
4. Terjadi leukemia akut.
Bagaimana mencegah risiko terjadinya sindrom MDS pada seseorang?
Beberapa tindakan penting dapat dilakukan supaya tidak terkena penyakit ini, seperti:
1. Rajin mencuci tangan. Cuci tangan hingga bersih menggunakan sabun dan air. Terutama saat ingin menyentuh makanan atau setelah memegang benda kotor. Kalau tidak ada sabun dan air, gunakan hand sanitizer.
2. Memasak bahan makanan hingga benar-benar matang. Untuk buah dan sayuran, pastikan mencucinya di air mengalir hingga benar-benar bersih dari pestisida yang menempel.
3. Menjaga jarak atau menghindari berdekatan dengan orang sakit supaya tidak tertular.
4. Menjauhi asap rokok.
5. Hindari terkena bahan kimia dan radiasi.