Sobat Brilio tentu sudah tahu berita tentang kematian seorang Jakmania (sebutan pendukung tim sepak bola Persija)yang dikeroyok massa oleh oknum bobotoh hingga tewas pada hari Minggu(23/9). Menurut pemberitaan yang beredar, Jakmania yang bernama Haringga Sirila tersebut dikeroyok oleh gerombolan suporter Persib Bandung. Kejadian tersebut terjadi di Stadiun Gelora Bandung Lautan Api, menjelang laga Persija dan Persib Bandung. Jika kita lihat dari vidio yang beredar, Jakmania dibunuh secara sadis oleh oknum Bobotoh bahkan ada anak di bawah umur yang ikut membantu dalam pengeroyokkan tersebut. Apakah pantas seorang anak di bawah umur melakukan hal tersebut ?
Kejadian ini memang bukan pertama kalinya terjadi. Bahkan hampir setiap tahun menelan korban.
Kenapa suporter sepak bola terkadang bertindak anarkis, ya?
Psikolog dan sosiolog sudah mempelajari fenomena anarkisme suporter sepak bola ini selama bertahun-tahun. Ahli - ahli tersebut mengidentifikasi dari sisi psikologis seputar kefanatikan suporter olahraga terhadap tim favorit mereka dan tindakan anarkis yang terkadang mereka lakukan. Berikut penjelasan selengkapnya, seperti Brilio.net kutip dari portalWashington Post.
Anarkis oleh pendukung tim sepak bola seperti yang di Indonesia juga terjadi di seluruh dunia.Bahkan, tidak hanya terjadi pada cabang olahraga sepak bola saja.Menurut sosiolog dari Kent State University, Jerry Lewis, jenis kekerasan pun berbeda-beda. Ada anarkisme antara suporter kub sepak bola yang berlawanan, ada pula vandalisme atau pelampiasan dalam bentukmerusaksuatu objek atau barang.
Tindakan anarkis ataukekerasanini biasanya terjadi kerena kekecewaan terhadap tim sepak bola favorit mereka mengalami kekalahan atau menjelang pertandingan melawan tim musuh bebuyutan.Namun, tidak jarang juga anarkisme dan vandalisme dilakukan suporter sebagai perayaan atas kemenangan tim favorit mereka.
Kenapa supporter sepak bola bisa menjadi sangat fanatik ?
Menurut Daniel Wann, guru besar psikologi di Murray State University, manusia adalah makhluk sosial. Maka tidak heran jika kita semua akan mencari tempat yang paling cocok dengan diri kita, tempat di mana kita merasa nyaman dan saling memiliki satu sama lain.
Untuk menemukan tempat tersebut, orang-orang biasanya memisah-misahkan diri menjadi sejumlah kategori berdasarkan pekerjaan, etnis, jenis kelamin, dan beragam kategori lainnya. Namun tidak seperti etnis ataujenis kelamin, karena orang-orang sudah terlahir dengan kedua hal itu, 'fandom' olahraga bisa dipilih sesuai keinginan masing-masing. Pilihan juga banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, seperti keluarga dan orang terdekat, selama pertumbuhan seseorang.
Kategori-kategori tersebut memberikan kenyamanan dan sensasi saling memiliki, sehingga menimbulkan manfaat kepada seseorang dari sisi psikologis. Dalam sebuah penelitian terhadap para mahasiswa, ahli menemukanbahwa mereka yang menjadi suporter fanatik terhadap tim sepak bola atau olahraga lain memiliki kecenderungan untuk tidak merasa kesepian atau terasingkan, serta memilikikepercayaan diri yang tinggi. Hal-hal inilah yang mendukung rasa fanatik dalam diri seorang suporter sepak bola.
Apa yang terjadi saat tim favoritnya menang atau kalah ?
Akibat ikatan yang kuat tersebut, suporter sepak bola jadi ketergantungan terhadap tim favoritnya. Hal tersebut dapat berdampak pada psikologis dan bahkan fisiksuporter. Untuk mengukur dampaknya, penelitian dilakukan terhadap mahasiswa yang mendukung tim-tim basket pada tahun 1990.
Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa suporter dari tim yang menang menjadi percaya diri dalam melakukan tugas-tugas yang tidak ada hubungannya dengan olahraga, seperti memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan logika. Sementara itu, suporter tim yang kalah mengalami penurunan kepercayaan diri dalam beraktivitas.
Bahkan, kekalahan dan kemenangan ini memengaruhi cara berpikir suporter terhadap diri mereka sendiri. Penelitian menunjukkan, suporter tim yang kalah menjadi merasa jelek dan tidak percaya diri dengan penampilannya. Ternyata, dampaknya tidak hanya memengaruhi psikologis, tetapi juga fisik ya, sobat Brilio. Menurut penelitian, kadar testosteron suporter juga akan meningkat ketika tim favorit mereka menang, dan akan menurun jika timnya mengalami kekalahan.
Dari mana tindakan anarkisme ini datang?
Jason Lanter, profesor psikologi dari Kutztown University, sudah mempelajari kebiasaan psikologis suporter atau fans fanatik selama lebih dari satu dekade. Menurutnya, ada yang disebut dengan teori penularan. Teori ini menjelaskan bahwa orang melakukan hal-hal tertentu ketika sedang berada di tengah gerombolan banyak orang. Hal-hal tersebut tidak akan mereka lakukan saat sedang sendiri. Orang memang cenderung merasa anonim dan membuat keputusan buruk ketika berada di tengah gerombolan banyak orang.
Di tengah keramaian, orang sering kali kehilangan kesadaran diri dan merasa aman. Namun, ada faktor-faktor lain yang bisa menimbulkan reaksi dan sikap negatif, misalnya seperti alkohol. Sementara itu, ada juga ahli yang berpendapat bahwa tindakan anarkisme dan agresif menjadi pelampiasan dari suporter sepak bola akibat ketegangan yang mereka rasakan sebelum, selama, dan setelah pertandingan.
Anarkisme dan vandalisme dalam konteks apapun adalah hal yang tidak boleh dilakukan oleh siapa pun dan dalam hal apa pun. Tidak ada salahnya menjadi suporter atau fans fanatik sepak bola dan cabang olahraga lainnya. Namun, batasilah diri. Jangan sampai kekalahan atau kemenangan tim favorit memengaruhi kita secara negatif dan menimbulkan kebencian. Tidak ada sebuah pertandingan yang senilai dengan nyawa manusia.