Saat mendengar kata skizofrenia, kebanyakan orang merasa asing dengan istilah tersebut. Padahal sebenarnya hampir setiap orang pernah melihat atau memiliki pengalaman sendiri dengan skizofrenia.
Apakah kamu pernah berinteraksi dengan orang yang seolah-olah berbicara dengan orang lain tapi tidak ada siapa-siapa? Apakah kamu pernah berinteraksi dengan orang yang merasa dikejar-kejar sesuatu tapi sebenarnya tidak ada siapa pun yang mengejarnya? Apakah kamu pernah berinteraksi dengan orang yang merasa dirinya diperlakukan tidak semestinya oleh siapa pun (bahkan oleh orang yang tidak dikenalnya) padahal tidak? Bila kamu menjawab ya pada salah satu pertanyaan tersebut berarti mungkin kamu pernah melihat orang dengan skizofrenia (ODS), baik di kehidupan nyata atau mungkin dunia maya, seperti film.
Pada umumnya orang yang biasa disebut gila di jalanan atau yang berada di rumah sakit jiwa kemungkinan besar didiagnosis menderita skizofrenia. Kata gila sering kali merujuk ke kondisi skizofrenia.
Apa itu Skizofrenia?
Skiofrenia merupakan gangguan psikotis yang ditandai oleh munculnya delusi, halusinasi, ketidakteraturan, dan cara bicara yang tidak koheren, perilaku yang tidak sesuai, dan gangguan kognitif (Wade & Tavris, 2007).
Di Indonesia, skizofrenia termasuk gangguan jiwa berat yang terbanyak penderitanya. Data Riskesdas 2013 yang dilansir dari jpnn.com (19 Juli 2018) menunjukkan bahwa prevelensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekira 400 ribu orang.
Gejala-gejala Skizofrenia.
Skizofrenia adalah kanker dari penyakit mental; sukar untuk dipahami, kompleks, dan memiliki berbagai variasi bentuk (Wade & Tavris, 2007). Gangguan tersebut melibatkan gejala-gejala berikut:
1. Delusi yang ganjil.
Beberapa orang yang menderita skizofrenia memiliki delusi indentitas, meyakini bahwa mereka adalah orang-orang terkenal dan terpandang. Beberapa memiliki delusi paranoid, dengan menganggap peristiwa-peristiwa yang tidak dimaksudkan untuk menyakiti mereka.
2. Halusinasi.
Halusinasi yang umum terjadi pada para penderita skizofrenia adalah mendengar suara-suara; hal ini dapat dikatakan sebagai tanda dari penyakit ini. Beberapa penderita skizofrenia menjadi sangat tersiksa oleh suara-suara tersebut.
3. Pembicaraan yang tidak terorganisir dan tidak koheren.
Terdiri dari kumpulan ide dan simbol yang tidak masuk akal yang dihubungkan oleh kata-kata rima yang tidak bermakna, atau dengan asosiasi yang tidak berkaitan yang disebut sebagaiword salads.
4. Perilaku yang tidak terorganisasi dan tidak sesuai.
Memiliki rentang mulai dari kebodohan masa anak-anak hingga pemberontakan yang kasar dan tidak dapat diprediksi.
5. Penyakit pada kemampuan kognitif.
Mereka yang menderita skizofrenia memiliki kemampuan yang jauh lebih rendah dibandingkan mereka yang sehat pada berbagai domain kognitif, terutama pembelajaran verbal dan pemanggilan kembali kata-kata dan cerita, bahasa, persepsi, memori kerja, seleksi atensi, dan pemecahan masalah.
Penyebab Skizofrenia.
Semua jenis gangguan yang memiliki banyak variasi dan gejala akan menyulitkan mereka yang berusaha untuk menemukan penyebab dari gangguan tersebut. Teori psikodinamika dan teori belajar awal memiliki pandangan yang menyatakan bahwa skizofrenia disebutkan karena seseorang mengalami tahapan perkembangan yang tidak menentu, dingin, dan mengalami penolakan oleh bu, atau apabila seseorang hidup di suatu lingkungan yang sulit untuk diprediksi, namun pandangan ini tidak mendapatkan dukungan.
Pada saat ini, para peneliti meyakini bahwa skizofrenia disebabkan oleh masalah genetik yang menyebabkan abnormalitas yang rumit pada otak. Seperti yang terjadi pada umumnya, gen harus berinteraksi dengan penyebab-penyebab stres tertentu yang terdapat di lingkungan selama berlangsungnya tahap perkembangan pranatal, kelahiran, atau remaja.