Langit biru nan jernih ditambah putihnya awan memang menyegarkan mata. Namun, ketika musim kemarau berganti, benda seperti kapas ini biasanya berubah kelabu karena telah jenuh menampung uap air.
Kalau kita perhatikan, bentuk-bentuk awan tersebut berubah-ubah. Hal yang paling mudah kita ketahui ketika akan turun hujan deras adalah ditandai dengan awan yang sangat gelap menutupi langit.
Disebut musim hujan karena pada periode ini hujan akan sering kali terjadi. Mulai dari hujan ringan sampai lebat. Tetapi, hujan sendiri merupakan tahapan dalam siklus hidrologi di mana akan terjadi berulang-ulang. Jadi saat musim kemarau atau bahkan di waktu-waktu yang tidak terduga, hujan bisa saja terjadi.
Berhubung sudah memasuki musim baru, sebaiknya kita bersiaga agar tetap bisa beraktivitas walaupun turun hujan. Bentuk awan ini perlu diperhatikan agar kita mengetahui seberapa deras dan lamanya hujan akan berlangsung.
Nah, berikut ini 6 jenis gumpalan uap air yang berpotensi menurunkan hujan.
1. Awan Stratus (St).
foto: materi4belajar.blogspot.com
Awan ini berada di ketinggian 2000 m dengan lapisan tipis namun melebar ke segala arah dan berlapis-lapis berwana putih keabu-abuan. Bentuknya tipis teratur sehinga cahaya matahari masih bisa menembusnya.
Biasanya kita akan sering menjumpai awan ini seperti kabut di puncak gunung maupun dataran tinggi. Gumpalan air ini selalu muncul ketika cuaca sangat panas, namun tiba-tiba gerimis atau hujan ringan skala lokal.
2. Awan Nimbostratus (Ni-St).
foto: tomew.files.wordpress.com
Nibostratus merupakan hasil dari penebalan awan stratus dengan ketinggian mulai dari 600 m sampai 3000 m. Memiliki bentuk yang tidak beraturan serta tepi yang compang-camping dengan penyebarannya yang luas, awan ini berwarna putih keabu-abuan.
Karena awan ini tebal dan meluas, maka sinar matahari susah ditembus, sehingga permukaan Bumi terlihat mendung. Oleh karena itu, awan ini sering meyebabkan hujan gerimis dalam jangka waktu yang lama.
3. Awan Altostratus (A-St).
foto: pengertianku.net
Ketika kita melihat awan berwarna biru keabuan berbentuk tipis melebar dan menutupi hampir seluruh permukaan langit, maka kita sedang memandang awan altostratus. Hampir mirip dengan awan stratus, awan ini tipis dan cahaya matahari masih dapat menerobos sampai permukaan bumi. Namun, awan ini terbentuk di ketinggian yang lebih tinggi, yaitu 2000 m - 7000 m. Apabila awan cukup tebal atau terkumpul dalam jumlah banyak, maka biasanya hujan ringan akan terjadi.
4. Awan Stratokumulus (St-Cu).
foto: enjiner.com
Pada ketinggian 2000 m kita juga dapat menjumpai awan stratokumulus, terutama di daerah pantai. Bentuknya seperti bola yang menggulung-gulung dengan lapisan yang tipis dan meluas. Warnanya putih di permukaan atas dan kelabu di bagian bawahnya. Jika awan ini sudah jenuh akan kapasitas air, maka dapat menimbulkan hujan lokal. Selain itu, awan ini juga mengandung butiran air yang sangat dingin hingga menjadi kristal es saat musim dingin.
5. Awan Altokumulus (A-Cu).
foto: wanita.me
Awan Altokumulus berbentuk gumpalan-gumpalan kecil seperti kapas berjumlah banyak berwarna putih dan menyebar hingga dapat menutupi sebagian besar permukaan langit. Berada di ketinggian sedang, yaitu 2000 m 7000 m sehingga akan lebih mudah dilihat ketika kita sedang berada di pegunungan. Terjadinya hujan deras dengan kilat dan petir biasnya disebabkan oleh awan ini.
6. Awan Kumulonimbus (Cu-Ni).
foto: enjiner.com
Awan berbentuk besar dan tebal seperti gunung dan menara ini cukup mengkhawatirkan penerbangan, apalagi ia berada di ketinggian rendah, yaitu 2000 m. Perkembangannya meninggi hingga 1000 kaki dan melebar di bagian atasnya hingga 3500 kaki berwarna kelabu gelap.
Ketika awan ini muncul biasanya ditandai dengan angin ribut, hujan badai dan petir. Selain itu, berkaitan erat dengan tornado. Awannya sangat tebal hingga menutupi pancaran sinar matahari.