Akhir-akhir ini sedang ramai diperbincangkan mengenai ibu kota baru untuk Indonesia, yakni wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara dan Penajam Paser Utara. Mendengar kata Kutai Kertanegara tentu sejarahnya langsung melekat di benak kita. Mari kita bahas satu per satu sejarah dari Kutai Kertanegara dari dahulu hingga kini.
1. Kerajaan Hindu tertua di Indonesia.
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua yang pernah ada di Indonesia. Dibuktikan dari ditemukannya 7 buah prasasti yang ditulis di atas yupa. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sansekerta dengan menggunakan huruf Pallawa.
Kerajaan pertama yang berdiri di Kota Muara Kaman ini bernama Kerajaan Kutai Martadipura dan dipimpin oleh Raja Mulawarman. Kemudian pada awal abad ke-13 muncullah kerajaan baru yaitu Kerajaan Kutai Kartanegara di Tepian Batu atau Kutai Lama yang dipimpin oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti. Karena adanya dua kerajaan di kawasan Sungai Mahakam, maka pada abad ke-16 terjadilah peperangan di antara kedua kerajaan tersebut, dan berakhir dengan kemenangan Kerajaan Kuta Kartanegara di bawah pimpinan Raja Aji Pengeran Sinum Panji Mendapa menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura. Raja pun kemudian menamai kerajaannya menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
2. Agama Islam diterima di Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Pada abad ke-17, agama Islam diterima dengan baik oleh Kerajaan Kutai Kartanegara, sehingga banyak nama-nama Islam yang mulai digunakan saat itu. Sebutan untuk raja pun diganti menjadi Sultan. Sultan yang pertama kali menggunakan nama Islam dalam kepemimpinannya adalah Sultan Aji Muhammad Idris.
3. Perpindahan ibu kota Kerajaan Kutai Kartanegara.
Kutai Kartanegara mengalami dua kali perpindahan ibu kota kerajaannya, yaitupada tahun 1732 ibu kota dipindah dari Kutai Lama ke Pemarangan yang sekarang dikenal dengan Desa Jembayan. Dan pada tahun 1782, ibu kota dipindah dari Pemarangan ke Tepian Pandan yang kini dikenal dengan sebutan Tenggarong.
4. Kesultanan Kutai Kartanegara kalah dan takluk pada Belanda.
Armada t'Hooft milik Belanda datang dengan persenjataan yang lengkap ke Tenggarong dan kemudian mulai melakukan penyerangan ke istana Sultan Kutai. Akibatnya, Sultan A.M Salehuddin diungsikan ke Kota Bangun. Pertempuran tersebut kemudian dilanjutkan oleh Panglima Perang Kerajaan Kutai, Awang Long bersama pasukannya untuk mempertahankan kehormatan Kerajaan Kutai Kartanegara. Namun sayangnya, Awang Long gugur dalam pertempuran tersebut dan Kesultanan Kutai Kartanegara kalah dan takluk kepada Belanda.
5. Perekonomian Kerajaan Kutai Kartanegara yang berkembang pesat.
Sejak awal abad ke-20, perekonomian Kutai Kartanegara di bawah kepemimpinan Sultan Aji Muhammad Parikesit berkembang pesat sebagai hasil pendirian perusahaan Borneo-Sumatra Trade Co. Dana yang dimiliki saat itu cukup fantastis sehingga pada tahun 1936, Sultan A.M Parikesit mendirikan istana baru yang megah dan kokoh yang terbuat dari bahan beton.
6. Kesultanan Kutai Kartanegara berubah status menjadi Daerah Swapraja.
Pada tahun 1945, setelah merdeka, Kesultanan Kutai Kartanegara berubah statusnya menjadi Daerah Swapraja masuk ke dalam Federasi Kalimantan Timur bersama daerah kesultanan lainnya. Pada tahun 1949, bergabung dalam Republik Indonesia Serikat.
7. Daerah Swapraja Kutai diubah menjadi Daerah Istimewa Kutai.
Pada tahun 1955 berdasarkan UU Darurat No. 3 tahun 1953, Daerah Swapraja Kutai diubah menjadi Daerah Istimewa Kutai yang merupakan daerah otonom/daerah istimewa tingkat kabupaten.
8. Daerah Istimewa Kutai diganti menjadi Kabupaten Kutai.
Pada tahun 1959, berdasarkan UU No. 27 tahun 1959, status Daerah Istimewa Kutai yang dipimpin oleh Sultan A.M Parikesit dihapuskan dan daerah ini kemudian dibagi menjadi 3 bagian, yaituKotamadya Balikpapan dengan ibu kota Balikpapan,Kotamadya Samarinda dengan ibu kota Samarinda, danKabupaten Kutai dengan ibu kota Tenggarong.
Pada tanggal 21 Januari 1960, Sultan A.M Parikesit menyerahkan kekuasaannya kepada Aji Raden Padmo selaku Bupati Kutai, Kapten Soedjono selaku Walikota Samarinda, dan A.R.S. Muhammad selaku walikota Balikpapan. Semenjak itu, berakhirlah pula kekuasaan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
9. Kabupaten Kutai diganti menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara.
Pada tahun 1999, berdasarkan UU No. 47 Tahun 1999 wilayah Kabupaten Kutai dimekarkan menjadi 4 daerah otonom, yaituKabupaten Kutai dengan Ibu kota Tenggarong,Kabupaten Kutai Barat dengan Ibu kota Sendawar,Kabupaten Kutai Timur dengan Ibu kota Sangatta, danKota Bontang dengan Ibu kota Bontang.
Untuk membedakan Kabupaten Kutai sebagai daerah hasil pemekaran, nama kabupaten ini diganti menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Peraturan Pemerintah RI No. 8 Tahun 2002 tentang Perubahan Nama Kabupaten Kutai Menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara.
Sebutan untuk Kabupaten Kutai Kartanegara ini merupakan usulan dari Presiden RI Abdurrahman Wahid ketika membuka Munas I Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) di Tenggarong pada tahun 2000.