Biasanya produk yang punya backing atau latar belakang nama besar memiliki potensi laris manis di pasaran. Ambil contoh misalnya Marvel Comics atau KFC. Jika ada buku komik superheroes dirilis Marvel Comics, maka hampir pasti buku itu akan menarik minat fans Marvel untuk membeli dan membacanya. Atau ada paket makanan baru dari KFC, maka penggemar ayam goreng Kentucky asal Amerika Serikat ini sangat mungkin akan pergi ke gerai KFC terdekat untuk membeli dan mencicipi paket baru tadi. Hal-hal ini terjadi karena seperti ada garansi kalau produk Marvel Comics maupun KFC akan memiliki kualitas bagus, karena itulah yang terjadi selama ini untuk produk sebelumnya. Tapi percayakah kamu kalau kondisi seperti ini tidak selalu terjadi?
Terkadang ada produk yang sebelum diluncurkan sudah menyandang gelar produk kelas AAA alias meyakinkan serta berkualitas tinggi. Biasanya hal itu karena ada nama besar di belakang produknya. Walau memiliki semua faktor pendukung kesuksesan, beberapa produk video game ini terbukti tidak meroket di pasaran. Ada banyak faktor yang memengaruhi, seperti model permainan yang tidak menarik atau karena tidak sesuai harapan saat resmi masuk pasar. Sedikit disayangkan karena jika dilihat secara keseluruhan kualitas, judul-judul game kelas AAA ini sebenarnya tidak terlalu jelek. Namun penjualan seret serta reviews kurang bersinar menempatkannya di kategori game flop atau tidak laris seperti harapan semula.
1. Shenmue III. Developer: Ys Net. Publisher: Deep Silver. Tahun rilis: 2019. Platform: PlayStation 4, PC Windows.
Foto: WCCFTech
Salah satu IP/intellectual property/judul video game yang sangat berpengaruh awal-awal tahun 2000-an adalah Shenmue. Identik dengan Sega Dreamcast dan cara bermain FREE (Full Reactive Eyes Entertainment, yang merupakan cikal bakal genre 'Sandbox' seperti game-game Grand Theft Auto alias GTA) menjadikan Shenmue legendaris di kalangan gamers, terutama buat mereka yang mengikuti perkembangan dunia video games sejak akhir 90-an.
Sempat vakum bertahun-tahun pasca Shenmue II, pengumuman produksi Shenmue III dilakukan di event Sony saat acara E3 di Amerika Serikat. Dunia gaming langsung heboh dan berbagai pembicaraan serta spekulasi merebak di internet. Saat Shenmue III akhirnya benar-benar muncul di pasaran, terjadilah polarisasi yang pasti tidak diinginkan Yu Suzuki sebagai kreator Shenmue. Beberapa kelompok memuji Shenmue III yang memberikan rasa nostalgia kuat dari era Shenmue sebelumnya, namun tidak sedikit yang justru kecewa karena Shenmue III terlalu kuat bergantung di faktor nostalgia tadi (seperti gameplay repetitif/berulang, grafis yang kurang modern, maupun feel yang dirasa membosankan secara keseluruhan). Dengan indikator penjualan dua minggu pertama di Jepang yang menunjukkan angka kurang dari 20,000 kopi maka kini spekulasinya adalah fans mungkin tidak akan pernah melihat Shenmue IV dibuat.
2. Duke Nukem Forever. Developer: 3D Realms. Publisher: 2K Games. Tahun rilis: 2011. Platform: PlayStation 3, Xbox 360, PC Windows, Mac OS X.
Foto: Steam
Seperti Shenmue, merek Duke Nukem juga ikonik di kalangan gamer lama. Game dengan genre campursari ini (original game Duke Nukem menggunakan genre 2D platforming ala Super Contra-nya Konami sebelum kemudian memakai genre First Person Shooter / FPS dan 3rd Person Shooter) sukses sejak pertama rilis di IBM-PC tahun 1991 dalam format MS-DOS. Itu adalah era di mana sistem operasi Windows belum lahir. Duke Nukem sendiri adalah nama karakter utamanya dan terus jadi karakter utama hingga game terkini (terakhir?) berjudul Duke Nukem Forever tahun 2011. Desain karakter ini nyentrik dan memiliki tipikal jagoan film aksi era 90-an seperti Arnold Schwarzenegger.
Duke Nukem Forever sendiri sejak awal memiliki banyak masalah dan penundaan selama hampir 15 tahun sebelumnya akhirnya dirilis tahun 2011. Sayangnya, entah karena hype-nya sudah hilang atau memang game-nya sendiri nggak menarik, Duke Nukem Forever tidak mencapai kondisi hits di pasar setelah dinanti begitu lama oleh fans. Hingga kini belum ada lagi game baru Duke Nukem diumumkan dan mungkin tidak akan ada lagi dalam waktu dekat.
3. Mighty No.9. Developer: Comcept. Publisher: Deep Silver. Tahun rilis: 2016. Platform: PlayStation 3, Xbox 360, PlayStation 4, Xbox One, PC Windows, Wii U, Mac OS X, Linux.
Foto: Steam
Kamu penggemar game action platformer buatan Capcom berjudul Megaman (atau Rockman untuk versi Jepang)? Game ini populer sejak era Nintendo lama / NES / Famicom dan belakangan berhenti dibuat sehingga sering muncul desakan fans agar Capcom membuat game Megaman baru. Saat desainer Megaman, Keiji Inafune, keluar dari Capcom dan membentuk perusahaannya sendiri, Comcept, dia melihat kesempatan untuk menciptakan game Megaman baru. Tapi tentu bukan Megaman sebagai karakter karena itu milik Capcom sehingga dia menciptakan game Mighty No.9 yang disebutnya sebagai penerus spiritual Megaman.
Awalnya fans Megaman bergembira dengan situasi itu dan ramai-ramai mendukung Inafune lewat jalur pendanaan massal Kickstarter. Tapi progres lambat dan hasil akhir yang terasa biasa-biasa saja membuat Mighty No.9 mendapat reaksi tidak sebaik harapan. Berbagai media gaming memberikan skor rata-rata dan cenderung rendah untuk Mighty No.9. Begitu pula pendapat fans lewat media sosial internet. Sehingga alih-alih memberikan karya keren selevel Megaman, Keiji Inafune malah memberikan produk asal jadi dan mengakibatkan kekecewaan.
4. Marvels Avengers. Developer: Crystal Dynamics. Publisher: Square Enix. Tahun rilis: 2020. Platform: PlayStation 4, Xbox One, PC Windows, Google Stadia, PlayStation 5 & Xbox Series X|S (2021).
Foto: Medium
Mungkin ini game kelas AAA yang secara mengejutkan malah jadi mengecewakan banyak penggemar video game yang sudah menanti-nanti. Bagaimana tidak, hampir seluruh elemen di game ini seharusnya menggaransikan kesuksesan. Mulai dari judul Marvels Avengers saja. Zaman sekarang siapa yang belum pernah mendengar nama ini? Sejak sukses Marvel Cinematic Universe, yang tidak tahu/baca komik Marvel Comics sekalipun pasti tahu soal Avengers; kumpulan superheroes Marvel. Developer game ini adalah Crystal Dynamics yang tentu dikenal lewat karya-karya monumental mereka seperti Gex, Pandemonium, Soul Reaver, ataupun Tomb Raider. Publisher-nya Square Enix; jelas bukan nama kaleng-kaleng di industri video game.
Sehingga saat game bergenre action adventure dengan elemen role playing game/RPG ini terhitung flop dan tidak menghasilkan keuntungan signifikan, publik heran dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Ada banyak pendapat (termasuk gameplay membosankan) soal Marvels Avengers, tapi buat saya sepertinya masalah mendasar game ini adalah tampilan superheroes yang sama sekali tidak menggunakan tampilan aktor/aktris Marvel Cinematic Universe. Menurut saya orang jadi kecewa karena tidak melihat tampilan Chris Hemsworth di karakter Thor, Chris Evans sebagai Captain America atau Robert Downey Jr. dengan kostum Iron Man di game Marvels Avengers. Faktor tidak esensial agar game sukses, tapi saya termasuk yang jadi tidak berselera memainkan game ini hanya gara-gara faktor tadi. Faktanya penjualan Marvels Avengers seret dan mungkin inilah satu-satunya kerugian Square Enix dari game tahun 2020; kontras dengan kesuksesan game mereka lainnya yaitu Final Fantasy VII Remake yang sukses baik di penjualan maupun reviews.
Judul dan reputasi pada akhirnya tidak selalu menjamin kesuksesan di industri video game yang selalu dinamis dan berubah cepat. Menurut kamu, game apa lagi yang sebenarnya berkelas tinggi alias AAA tapi ujung-ujungnya malah gatot alias gagal total di pasaran?