Kondisi memperihatinkan dialami Fauzi Murtala. Pemuda berusia 26 tahun ini sudah setahun dipasung oleh keluarganya di dekat rawa Desa Tanjoeng Geulumpang, Kecamatan Baktiya, Kabupaten Aceh Utara. Ia dipasung lantaran mengalami gangguan jiwa.
Fauzi dipasung dengan seutas rantai tua dan digembok pada sebuah kayu balok yang jaraknya sekitar satu meter dari arah rumahnya. Lokasi Fauzi dipasung sangat memperihatinkan. Fauzi hanya dipasung di sebuah bangunan menyerupai kandang tanpa dinding dan malamnya tanpa kelambu.
Akmal Daud, selaku Wakil Ketua Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) Kabupaten Aceh Utara bersama rekannya, Abdul Rafar mengunjungi langsung lokasi pemasungan itu sekaligus membawa se alakadar bantuan sembako, Selasa (16/1/2018).
Tiba di rumah keluarga Fauzi, sekitar pukul 12.50 WIB, Akmal Daud dan rekannya disambut baik dan menyerahkan langsung bantuan sembako sumbangan dari hamba Allah itu ke pihak keluarga. Selanjutnya mereka berjalan menuju ke lokasi pemasungan Fauzi.
Raut wajah Akmal Daud tampak terkulai lesu saat melihat anak ke tiga dari lima bersaudara itu dipasung di lokasi yang tidak memungkinkan.
"Hari ini Fauzi minum susu dan makan roti ya. Lihat sini, biar saya buat minumnya," ujar Akmal Daud sambil membuka susu kaleng dan roti untuk diberikan kepada Fauzi.
Saat itu, ayah Fauzi, yakni Jali Tam dan ibunya Rohamah yang didampingi warga setempat berdiri di dekat Fauzi menemani tamu dari IPSM itu.
Mereka kemudian secara bersama-sama mencoba membuka gembok pada rantai yang melilit kaki sebelah kiri Fauzi. Namun sayangnya, gembok itu sulit dibuka lantaran sudah berkarat. Beberapa anak kunci yang dicolok ke gembok berwarna kuning itu tidak masuk sama sekali.
Ayah Fauzi, Jali Tam terlihat tidak banyak bicara waktu itu. Hanya ibunya yang menceritakan kondisi Fauzi hingga dipasung di dekat rawa.
"Sebelum lebaran tahun lalu kami pasung. Kalau tidak salah, kurang lebih sudah setahun," kata Rohamah yang didampingi adik Fauzi, yakni Rohana.
Rohamah menceritakan, anaknya itu dipasung karena tidak memiliki biaya untuk berobat. Sebelumnya, kata Rohamah, Fauzi sempat dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Banda Aceh.
"Sudah saya bawa ke Banda Aceh dulu untuk berobat. Kondisi (gangguan jiwa) seperti ini sudah 4 tahun yang lalu. Kami tidak memiliki biaya untuk mengobatinya. Jangankan untuk itu, biaya kebutuhan hari-hari saja susah," kata Rohamah.
Rohamah menambahkan, sebelum gangguan jiwa ini dialami, Fauzi sebelumnya tergolong anak rajin bekerja. Ia, ujar Rohamah, bahkan dulunya sempat merantau mencari rezeki ke Banda Aceh dan Idi, Aceh Timur.
"Kalau malam, kadang-kadang Fauzi ini memanggil meminta mi instan. Kami antar ke sini," ujarnya lagi.
Akmal Daud mengaku sangat perihatin dengan kondisi yang dialami Fauzi. Akmal mengatakan, semestinya Fauzi tidak harus dipasung di hutan dekat rawa.
"Kasihan kan kalau malam-malam digigit sama nyamuk. Salah-salah, ular pun ada kalau di dekat rawa, apalagi tanpa kelambu, masya Allah. Kalau kita biarkan kondisi begini, semua kita berdosa. Makanya ini harus ada jalan keluarnya," ucap Akmal Daud.
Akmal mengatakan, Fauzi akan dibawa berobat supaya tidak lagi terbiarkan dalam pasungan di pinggir rawa itu.
"Besok (Senin) kemungkinan akan dijenguk oleh pihak Puskesmas Baktiya. Selanjutnya ya dirujuk ke rumah sakit. Kalau tidak di Lhokseumawe, tentunya ya ke Banda. Intinya Fauzi harus diobati dan mendapat hidup yang layak," ujar Akmal.
Kepala Desa Tanjoeng Geulumpang, Syamaun Yusuf, mengatakan, sepengetahuannya, Fauzi sebelumnya sempat dibawa ke RSJ Banda Aceh.
"Namun saat itu, saat dia (Fauzi) sudah sehat, tiba-tiba melarikan diri dari rumah sakit itu hingga pulang lagi ke rumahnya," kata Syamaun Yusuf.