Masyarakat adat Nenets di wilayah tundra Arktik yang jauh, telah menjalani kehidupan nomaden selama ribuan tahun. Mereka adalah manusia penggiring Reindeer yang telah melintasi beberapa medan paling keras di bumi, di mana suhu musim dingin menurun hingga minus 25 derajat Fahrenheit. Tapi di sekolah asrama dekat kota tambang batubara Vorkuta, di barat laut Rusia, anak-anak Nenets muda meninggalkan komunitas mereka untuk gaya hidup yang lebih konvensional. Dari musim gugur ke musim semi, mereka menetap di sekolah dua lantai untuk mengambil pelajaran reguler seperti rekan-rekan mereka di tempat lain di Rusia.
Cerita ini mulai tersingkap ke penjuru dunia ketika fotografer Jepang, Ikuru Kuwajima menjelajahi Desa Vorkuta di Rusia. Dia menemukan sesuatu yang tak terduga, sekolah asrama untuk anak-anak Nenets nomaden. The Nenets adalah kelompok pribumi penggembala Reindeer atau rusa kutub yang menjelajahi daerah kutub Rusia. Sekolah itu didirikan agar anak-anak Nenets bisa berkenalan dengan bahasa dan budaya Rusia, sebagai jembatan antara dunia tradisional Nenet dan dunia modern.
Pada awal setiap tahun sekolah, anak-anak Nenets yang berusia 3 hingga 13 tahun diambil dengan helikopter dari rumah mereka di Tundra untuk menghabiskan 9 bulan di sekolah asrama. Mereka menghabiskan musim panas bersama keluarga mereka. Menjalani kehidupan yang sebagian besar nomadendengan rusa kutub dan gembala rusa sebagai bagian penting dari budaya Nenets, sebelum akhirnya mereka menghabiskan tahun yang panjang di sekolah.
Seperti halnya hewan gembala lainnya, masyarakat Nenets juga gemar mengadakan pacuan Reindeer di daerah tundra mereka, di mana semua orang akan berkumpul untuk menyaksikan acara penting yang menarik ini. Seringkalinya suhu dingin yang menusuk mendadak hangat karena adrenalin yang meningkat menyaksikan reindeer berpacu menembus hamparan putih daerah Arktik karena suhu yang sangat rendah. Acara perlombaan seperti ini tidak hanya sebagai hiburan bagi masyarakat Nenets dari anak-anak hingga orang dewasa, namun juga menjadi ajang untuk menampilkan reindeer terbaik yang mereka miliki. Reindeer dan orang-orang Nenets adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Di sekolah, anak-anak tundra Nenets masih dengan jelas mengingat kehidupan mereka di Tundra. Secara fisik mereka tinggal di asrama, tetapi secara mental mereka masih kembali di rumah Tundra mereka. Seringkali anak-anak Nenets yang merindukan rumah mereka di Tundra dan melarikan diri dari asrama, menempuh perjalanan di tengah badai salju yang pekat selama berjam-jam. Tak jarang pula mereka ditemukan dalam keadaan sudah tak bernyawa ketika menghadang badai salju yang menghalangi perjalanan mereka. Nyatanya tarikan rumah dari tradisi leluhur mereka tetap yang terkuat.
Keluarga anak-anak Tundra memiliki gaya hidup nomaden dan bepergian dengan rusa mereka di sekitar Tundra. Jadi jika anak-anak bersama orang tua mereka, akan sangat sulit untuk mendapatkan pendidikan dasar sekalipun. Hidup mereka sangat terisolasi dari dunia luar. Suku Nenets juga memiliki bahasa Nenets mereka sendiri dan jika tidak, mereka tidak akan belajar bahasa Rusia, yang menurut orang tua mereka semakin penting bagi anak-anak mereka untuk belajar.
Itu sebabnya ada sekolah asrama pribumi untuk menjadi tuan rumah bagi anak-anak. Mengingat bahwa anak-anak ini akan membentuk inti dari masyarakat Nenets di wilayah ini di masa depan. Sekolah adalah titik balik utama tidak hanya untuk anak-anak tetapi juga komunitas Nenets lokal secara keseluruhan. Meskipun sekolah memberi mereka pilihan yang berbeda untuk masa depan, banyak lulusan lebih memilih untuk kembali ke gaya hidup tradisional di kawasan Tundra. Layaknya nenek moyang mereka, reindeer, tundra dan salju tetap menjadi panggilan sejati para kaum Nenets.