Imunisasi menurut WHO didefinisikan sebagai sebuah langkah pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Imunisasi melindungi individu khususnya anak-anak dari berbagai masalah kesehatan.
Namun mengutip laman BBC News pada Rabu (15/7), PBB memperingkatkan adanya penurunan cakupan vaksinasi pada anak di seluruh dunia sehubungan dengan pandemi Covid-19. Penurunan cakupan imunisasi ini menempatkan jutaan anak dalam risiko masalah kesehatan lebih lanjut. Yuk, simak fakta lengkapnya.
Apa kata WHO dan UNICEF?
Secara global para pemangku kebijakan tengah memfokuskan upaya untuk memerangi pandemi yang tengah berlangsung sehingga pandemi Covid-19 menguras banyak sumber daya perawatan di seluruh dunia.
Di lain sisi Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO menyatakan bahwa meskipun vaksin adalah salah satu alat paling kuat dalam sejarah kesehatan masyarakat, dan saat ini telah lebih banyak anak yang diimunisasi daripada periode sebelumnya, namun pandemi telah menempatkan kondisi menguntungkan tersebut dalam risiko. Padahal angka kesakitan dan kematian akibat anak-anak kehilangan akses terhadap imunisasi bisa jauh lebih besar dari risiko Covid-19 itu sendiri.
Kondisi Covid-19 menjadikan imunisasi rutin sebagai tantangan yang menakutkan, namun kita perlu mencegah masalah kesehatan lebih lanjut dan segera melanjutkan program imunisasi sebelum nyawa anak-anak terancam oleh penyakit lain karena kita tidak dapat menukar satu krisis kesehatan dengan krisis lainnya, ditambahkan Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore.
Imunisasi di tengah pandemi.
Meskipun wabah campak meningkat sebelum pandemi melanda, dengan 10 juta kasus terinfeksi dan 140.000 kasus kematian pada 2019. Karena pandemi Covid-19, setidaknya 30 kampanye vaksinasi campak sedang atau berisiko dibatalkan, yang dapat mengakibatkan wabah lebih lanjut pada tahun 2020 dan seterusnya.
Ditambahkan menurut survei terbaru dari UNICEF, WHO dan Gavi The Vaccine Alliance, yang bekerja sama dengan US Centers for Disease Control, The Sabin Vaccine Institute, dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Healthmenunjukkan tiga perempat dari 82 negara yang merespons, melaporkan gangguan terkait Covid-19 yang dilaporkan dalam program imunisasi mereka pada Mei 2020.
Spektrum luas penyebab penurunan cakupan imunisasi.
Gangguan ini memiliki spektrum yang luas mulai dari kurangnya alat pelindung diri bagi petugas kesehatan, kurangnya petugas kesehatan yang bertugas, hingga adanya pembatasan ataupun penutupan program imunisasi. Bahkan meskipun layanan imunisasi ditawarkan, banyak orang tidak dapat mengaksesnya karena enggan meninggalkan rumah, gangguan transportasi, kesulitan ekonomi, pembatasan pergerakan, atau takut terpapar orang dengan Covid-19.
Sebelum pandemi, cakupan imunisasi bahkan belum menyeluruh.
Bahkan sebelum pandemi pun cakupan imunisasi belum menyeluruh. Pada tahun 2019, hampir 14 juta anak, di mana hampir separuhnya merupakan anak-anak di Afrika, tidak memperoleh imunisasi seperti campak dan difteri. Dua pertiga dari mereka berada di 10 negara: Angola, Brasil, Kongo, Ethiopia, India, Indonesia, Meksiko, Nigeria, Pakistan, dan Filipina.
Richard Warry, asisten editor kesehatan BBC News memperkirakan imunisasi menyelamatkan hingga 3 juta jiwa dalam setahun dari penyakit-penyakit serius yang menyerang anak di seluruh dunia. Ditambahkan, menurut UNICEF meskipun saat ini telah lebih banyak anak yang menerima imunisasi, namun diperkirakan masih terdapat 1,5 juta anak yang meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi.
Beberapa negara mundur lagi.
Banyak negara yang telah menunjukkan peningkatan cakupan imunisasi dalam 10 tahun terakhir. Namun sayangnya akibat pandemi ini negara yang telah mencatat kemajuan yang signifikan, seperti Etiopia dan Pakistan, sekarang juga berisiko mundur lagi jika layanan imunisasi tidak dikembalikan secepat mungkin.Kondisi yang bahkan lebih tidak menguntungkan terjadi di Brasil, Bolivia, Haiti dan Venezuela, yang cakupan imunisasinya telah anjlok setidaknya 14 persen sejak 2010 dan saat ini negara-negara tersebut sekarang juga menghadapi gangguan sedang hingga berat terkait pandemi Covid-19.
Mengingat pentingnya imunisasi dalam melindungi individu dari berbagai masalah kesehatan, penting bagi setiap pemangku kebijakan serta kita sebagai masyarakat luas untuk terus mendukung program imunisasi di tengah pandemi dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.