Upacara pemakaman di Ghana memang sangat unik. Tidak hanya diramaikan dengan tarian peti mati yang viral beberapawaktu lalu, tetapi upacara pemakaman juga diramaikan dengan para "penangis bayaran".
Meski terdengar aneh, tapi memang seperti itulah upacara pemakaman di Ghana. Di sana keras kecilnya suara tangisan para pelayat akan menandakan tingkat sosial sang jenazah.
Siapa para "pelayat bayaran" ini?
Sederhana, mereka hanyalah orang-orang yang disewa dan dibayar untuk menangis di pemakaman orang-orang di Ghana. Hal seperti ini sudah sangat umum di sana. Entah kenal atau tidak dengan jenazah, mereka akan menangis sejadi-jadinya selama prosesi pemakaman. Lalu, untuk apa para "pelayat bayaran" ini dibutuhkan?
Mereka dibutuhkan karena tidak semua anggota keluarga bisa menangis di pemakaman orang-orang terdekatnya. Tak sedikit pula anggota keluarga yang tinggal jauh dari si jenazah sehingga tidak bisa hadir. Tidak hanya itu saja, banyaknya suara tangisan juga menjadi tolok ukur status sosial jenazah di masyarakat, apakah dia sangat penting dan dicintai masyarakat atau tidak.
Sudah menjadi profesi dan keuntungannya sangat besar.
Seiring perkembangannya, pelayat bayaran sudah menjadi profesi di masyarakat Ghana. Para pelayat ini nantinya mendapatkan training terlebih dahulu. Mereka akan diberitahukan latar belakang jenazah, termasuk soal pekerjaan dan kehidupan keluarga.
Keuntungan dari profesi ini juga terbilang besar. Amar Dokli, salah satu pemimpin dari sejumlah grup pelayat profesional di Ghana mengatakan bahwa semakin ekspresif tangisan pelayat maka bayaran yang dikenakan semakin besar. Semakin tinggi status orang-orang yang menghadiri acara pemakaman juga membuat tarif yang dikenakan semakin besar.
Dalam praktiknya, para pelayat diperintah untuk berteriak sejadi-jadinya selama pemakaman berlangsung. Mereka juga menyediakan berbagai macam gaya, mulai dari menangis sampai guling-guling, menangis sampai muntah, hingga menangis seperti tupai, tergantung pilihan keluarga yang menyewa.
Harus meriah dan hanya dilakukan oleh yang punya uang saja.
Alasan upacara pemakaman di Ghana haruslah meriah adalah untuk menghilangkan rasa kesedihan bagi keluarga yang berduka. Di sana ada beberapa rangkaian yang harus dilakukan dalam upacara pemakaman yang semuanya memakan biaya sangat besar.
Di Ghana, untuk satu pemakaman saja bisa mencapai harga antara US $ 15 ribu US $ 20 ribu, atau sekitar Rp 287 juta. Biaya ini untuk menyewa pengiring jenazah, pembawa peti yang bisa menari, peti mati yang artistik, serta para pelayat bayaran tersebut. Tidak lupa papan billboard yang digunakan untuk mengumumkan kematian dan upacara si jenazah.
Meski demikian, tidak semua orang di Ghana akan melakukan upacara seperti ini. Pasalnya hal ini hanya dilakukan oleh orang-orang "berduit" saja. Terlebih lagi, para pelayat biasanya juga akan menentukan tarif yang harus dibayar keluarga yang menyewa.
Menurut Madam Awo Yaadonkoh, pemimpin Asosiasi Jasa Menangis Pemakaman Kumasi, keberadaan pengiring jenazah profesional justru memberikan manfaat kepada keluarga jenazah, lebih tepatnya menguntungkan finansial keluarga mendiang.
Alasannya, keluarga jenazah biasanya akan mendapatkan sumbangan uang dari orang-orang yang datang karena merasa simpati dan ikut merasakan kesedihan akibat tangisan dari para pelayat bayaran.
Pelayat bayaran tidak hanya di Ghana.
Profesi ini ternyata juga ada di beberapa negara dan dianggap sebagai profesi yang menjanjikan, di antaranya Inggris, Kairo, dan Cina. Di Inggris misalnya, didirikan perusahaan yang memang menyewakan pelayat untuk menghadiri pemakaman. Dalam waktu satu jam saja, para pelayat akan dibayar 70 USD.
Deborah Nzigire, lansia asal Goma, mengaku dibayar $ 150 untuk bekerja sebagai pelayat profesional selama seminggu. Sementara itu wanita bernama Liu, ia mendapatkan gaji $ 600 hanya untuk sekali datang ke pemakaman.
Telah ada sejak 2000 tahun yang lalu.
Diyakini pekerjaan ini memang sudah ada sejak 2000 tahun yang lalu, namun belum jelas siapa pencetus pertama pekerjaan ini. Penulis terkenal Marilyn Mendoza mengatakan bahwa praktik ini muncul sejak zaman Romawi Kuno. Para pelayat pada saat itu akan diminta menangis sampai menyobek-nyobek baju dan mencakar wajah mereka sendiri.
Ada pula sumber yang menjelaskan bahwa pekerjaan ini muncul pertama kali di Tiongkok. Di sana pelayat tidak hanya dibayar untuk menangis, tetapi juga menyanyi, menari, atau berteriak di pinggir peti jenazah agar mereka hidup kembali.
Bagaimana pendapat kamu?