Perbedaan dalam bermasyarakat itu sesuatu yang mutlak, termasuk juga perbedaan dalam lingkungan pekerjaan. Bagaimana tidak? berbeda posisi dan jabatan tentu membutuhkan orang dengan klasifikasi yang berbeda juga. Dan untuk mengisi posisi itu ada banyak orang dari berbagai penjuru negeri yang mencoba peruntungannya. Kemudian semuanya berkumpul di dalam satu perusahaan untuk mencapai tujuan bersama. Karena itulah secara tidak langsung lingkungan kantor merupakan melting pot dimana semua yang beragam itu membaur menjadi satu. Bila kemudian timbul gesekan atau kesalahpahaman, justru di situlah dibutuhkan saling pengertian dan mencoba memahami satu sama lain.
1. Perbedaan latar belakang pendidikan
Pendidikan yang baik merupakan hal semua orang, namun pada kenyataannya tidak semua orang bisa mencicipi mutu pendidikan yang sama baiknya. Lalu apa pengaruhnya dengan cara orang bekerja? Coba kita telaah kembali ya. Tingginya pendidikan memang bukan jaminan akan kecerdasan seseorang, tapi paling tidak logika berpikir dan pemahaman seorang lulusan S1 akan berbeda dengan lulusan SMP. Anda boleh saja bicara dengan istilah-istilah njelimet kepada rekan yang sepantaran, namun pertimbangkan lagi ketika menjelaskan hal yang sama kepada rekan yang tidak paham akan istilah asing. Kenapa ia tidak paham? mungkin karena bahasa asingnya tidak bagus, dan itu kembali kepada pendidikan.
2. Perbedaan budaya
Anda yang lahir dan besar di Jakarta tentu bisa dengan luwes mengikuti tata cara serta kebiasaan di ibukota. Tapi tidak begitu dengan rekan kerja yang merantau dari pulau seberang. Logat bicara yang masih kental bisa jadi menimbulkan salah paham, atau cara berpenampilan yang terlihat sekali perbedaannya bisa jadi membuat seseorang menjadi kikuk dalam bergaul dan kemudian merasa minder karena merasa berbeda dari rekan-rekan lainnya.
3. Perbedaan gaya hidup
Gaya hidup seseorang terbentuk sejak masih kecil di dalam lingkungan pertamanya yaitu keluarga. Maka ketika dewasa dan masuk ke pergaulan sosial, gaya hidup itu terus terbawa. Percaya atau tidak, ada orang Indonesia yang sama sekali tidak pernah naik angkot, bahkan istilah 'angkot' saja tidak ia pahami. Ternyata karena sejak kecil ia disekolahkan di luar negeri dan baru kembali ke Indonesia pada usia belasan tahun. Kemudian bicaranya lebih fasih dalam bahasa asing ketimbang Bahasa Indonesia dan lain sebagainya. Nah, mengingat kultur masyarakat Indonesia yang selalu menghakimi terlebih dulu tanpa mencari tahu latar belakangnya bisa saja langsung mencap bahwa orang ini sok bule lalu dijauhi.
4. Perbedaan cara kerja
Anda tidak bisa menyamaratakan cara kerja seorang petugas admin dengan tenaga kreatif. Masing-masing dari mereka punya waktunya sendiri dan punya polanya sendiri. Seorang admin melakukan pekerjaannya terus menerus dengan pola yang sama setiap harinya karena itu ia mudah saja mengikuti pola kerja 9 to 5 seprti umumnya diberlakukan olejh perusahaan. Tapi pekerja kreatif butuh fleksibilitas untuk bisa melahirkan ide-ide dalam mengerjakan tugasnya. Jarang ada yang bisa terikat dengan aturan main yang kaku, karena itulah orang-orang kreatif lebih suka memilih jalur freelance ketimbang harus terkekang dengan segala macam aturan perusahaan yang kaku.
5. Perbedaan gender
Yang terakhir ini secara kasat mata saja sudah jelas perbedaannya. Pria dan wanita memiliki caranya sendiri dalam menerima, menanggapi, dan bereaksi terhadap sesuatu. Ini merupakan kodrat bawaan sejak lahir yang disadari maupun tidak dilakukan oleh semua manusia di dunia. Contoh mudahnya, gosip kantor lebih cepat menyebar dari mulut pekerja wanita. Sementara pegawai pria tidak ambil pusing walaupun sudah berkali-kali ditegur karena sering terlambat datang.
Setelah membaca penjelasan di atas, sudah bisa dimengerti ya bahwa perbedaan selalu ada dan bukan melulu karena budaya. Beda kepala sudah pasti beda watak karena itu untuk menjalin kerja sama tim yang baik, satu sama lain harus memahami sekaligus menahan diri. Karena kalau tidak bayangkan saja kekacauan seperti apa yang berpotensi terjadi. Banyak kasus terjadi ketika perbedaan pandangan antara pimpinan membuat perusahaan kolaps, meninggalkan karyawan yang mendadak jadi pengangguran.
Gambar: pexels