Di Indonesia Hari Ayah diperingati tanggal 12 November. Peringatan Hari Ayah memang masih kurang familiar dan bahkan masih banyak yang tidak tahu. Lalu bagaimana asal muasal Hari Ayah di Indonesia?
Pada tahun 2014, PPIP atau paguyuban satu hati, lintas agama dan budaya yang bernama Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi mengadakan peringatan Hari Ibu di Solo, Jawa Tengah dengan cara mengadakan Sayembara Menulis Surat untuk Ibu. Pada acara tersebut, sekitar 70 surat terbaik dibukukan dan dibacakan oleh peserta yang terdiri dari anak-anak usia SD, SMP, SMA, mahasiswa, serta umum. Seusai acara, para peserta mengajukan pertanyaan yang membuat panitia penyelenggara terkejut: Kapan diadakan Sayembara Menulis Surat untuk Ayah? Kapan Peringatan Hari Ayah? Kami pasti ikut lagi. Pertanyaan tersebut menyisakan pertanyaan besar di hati, mengingat ayah juga dinilai sebagai sosok penting di keluarga.
Mereka juga mencari tahu, bolehkah seseorang atau lembaga menetapkan satu hari tertentu sebagai Hari Ayah jika hari tersebut memang belum ada. Namun, mereka belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. Hingga akhirnya, setelah melalui kajian yang cukup panjang, PPIP menggelar deklarasi Hari Ayah untuk Indonesia di Surakarta dan menetapkan tanggal 12 November sebagai Peringatan Hari Ayah Nasional. Deklarasi tersebut digabung dengan hari kesehatan dengan mengambil semboyan "Semoga Bapak Bijak, Ayah Sehat, Papah Jaya.
Mengingat sebenarnya ayah mempunyai jasa besar dalam keluarga. Selain mencari nafkah, ayah juga dituntut untuk tetap bisa memberi perhatian dan kasih sayangnya terhadap anak. Bicara soal peran ayah, film berikut akan membuat kamu lebih menghargai sosok ayah.
1. Finding Nemo (2003).
Foto:LeisurePro
Film animasi ini menceritakan perjuangan Marlin si ikan badut dalam menemukan anaknya yang tertangkap kapal nelayan. Bersama temannya, Dorry, ikan dory betina mereka nekat menjelajah lautan hingga bertemu berbagai spesies laut dan sampai ke ruangan dokter gigi di mana nemo berada. Film ini memang sudah cukup lama, namun tidak membosankan juga untuk ditonton lagi. Film ini juga menggambarkan semangat seorang ayah yang pantang mundur menemukan anaknya.
2. Blown away (1994).
Foto:Entertainment - Time
Film yang termasuk genre action namun diselipkan drama ini bisa dibilang menarik. Menceritakan seorang polisi penjinak bom dengan seorang pembuat bom gila. Jimmy Bridges (Jeff Bridges) adalah seorang polisi penjinak bom yang sudah merasa tenang karena berhasil mengkap seorang teroris Ryan Gaerity (Tommy Lee Jones). Namun ketenangan mulai terganggu kembali dikarenakan Ryan berhasil kabur dari penjara.
Jimmy Bridges dulu adalah orang yang paling ahli dalam melakukan penjinakan bom. Namun sekarang Jimmy sudah ingin melakukan pensiun. Dia sudah merasa capek dengan pekerjaannya yang memiliki risiko sangat tinggi itu. Keberadaan kelurganya juga menjadi alasan utamanya. Dia ingin berkumpul dengan putrinya Lizzy (Stephi Lineburg) dan istrinya Kate (Suzy Amis).
3. The Pursuit of Happyness.
Foto: medium
Film ini diangkat dari kisah nyata yang dialami Chris Gardner (Will Smith). Ia adalah seorang salesman yang harus hidup menggelandang bersama anaknya. Perjuangannya sebelum berhasil menjadi seorang pialang saham yang kaya cukup dramatis dan penuh lika-liku. Usaha banting tulang dilakukan sang ayah agar bisa memberikan kehidupan yang layak untuk si anak.
4. CJ7.
Foto:Blu-ray.com
Film lama yang memiliki pesan moral sangat bagus ini berkisah tentang Ti, seorang buruh yang sangat miskin dan anaknya yang bernama Dicky. Di tengah berbagai kesulitan yang menimpa mereka, Dicky yang masih duduk di bangku sekolah dasar ternyata juga dijauhi oleh teman-temannya. Namun si ayah selalu mengajarkan Dicky hal baik walau sesulit apa pun keadaan. Drama kecelakaan yang dialami si ayah tentu akan semakin membuat mata kamu berair.
5. Tampan Tailor.
Foto:themoviedb.org
Film Indonesia yang dirilis sudah cukup lama ini pernah diputar di televisi. Film ini menceritakan kisah seorang penjahit bernama Topan yang baru saja kehilangan istrinya. Ia pun harus merawat putranya sendirian. Kesedihan yang dirasakan pun harus ditambah ketika Bintang, putranya yang masih SD dikeluarkan dari sekolah karena ketiadaan biaya.