KENAPA mesti anak muda? Pertanyaan ini kerap muncul ketika diperhadapkan pada pilihan antara memilih yang tua atau anak muda. Ada sebuah pesimisme atau kesangsian yang bersembunyi di balik pertanyaan itu, yang diam-diam membentuk mentalitas dan kerangka pikiran publik.
Situasi demikian selalu menempatkan anak muda ke dalam posisi yang junior. Hal ini tergambarkan dengan sederhana tapi gamblang lewat pandangan bahwa "jika masih ada yang tua, maka anak muda bersabarlah dahulu". Tanpa sadar, pandangan semacam itu justru sedang melanggengkan warisan kerangka pikiran politik feudal (konservatif/kuno), hal yang hingga kini masih sering kita temui di masyarakat.
Persepsi publik masih memandang anak muda sebagai kalangan yang minim pengalaman sehingga patut diragukan kemampuannya. Dari sekian banyak tolok ukur yang bisa dijadikan penilaian, pengalaman masih menjadi indikator pokok untuk menilai kapasitas personal, pun juga kualitas kepemimpinan seseorang.
Sayangnya lagi, pengalaman seseorang di mata publik sering dilihat berdasarkan kematangan usianya. Semakin tua usia, semakin berlimpah pengalaman. Argumentasi ini kerap dimanfaatkan kelompok tua untuk membenarkan upaya mereka dalam melanggengkan kekuasaan. Tapi benarkah hal ini? Jelas keliru. Bagaimana jika seseorang yang tua secara usia ternyata memiliki pengalaman melakukan tindak pidana yang merugikan masyarakat dan negara? Apakah dia tetap dianggap layak dan berkompeten?
Sampai di situ, jelaslah bahwa persepsi publik perihal pengalaman sebagai indikator pokok untuk menilai kemampuan seseorang, menjadi lemah dan tak cukup berdasar. Pengalaman memang penting, tapi yang sering diabaikan publik adalah kenyataan bahwa di abad ini, ketakcukupan pengalaman secara usia dapat diganti oleh anak muda dengan beragam percepatan psikologi dan pergerakan yang maksimal. Dua hal yang menjadi penanda zaman now.
Narasi zaman ini adalah narasi kaum muda. Kita sedang menyaksikan transformasi kepemimpinan global sedang mengarah kepada partisipasi politik kaum muda yang seluas-luasnya. Ada semacam fenomena kejenuhan publik terhadap praktek dan perilaku politik gaya lama yang cenderung korup dan jadul, dan kerap dipertontonkan politisi tua.
Menariknya, di sisi lain muncul fenomena yang menggembirakan yakni bergesernya pola pikir politik anak muda menjadi lebih maju dan aktif. Hal tersebut ditandai oleh kesadaran dan perhatian mereka yang makin tinggi terhadap isu-isu publik. Anak muda hari ini mulai aktif tergerak untuk turun tangan dan secara kritis menyikapi setiap persoalan-persoalan politik kebangsaan. Pergeseran pola pikir politik anak muda ini membawa keterlibatan positif terhadap hubungan politik dan budaya demokrasi.
Karakter dan warna politik mereka yang berbeda dibanding karakter politik generasi tua, serta kemampuan dan daya aksesnya yang baik terhadap teknologi, membuat kehadiran dan partisipasi politik anak muda hari ini mewakili secara utuh aspirasi semangat zaman yang menghendaki perubahan.
TAU GAK KALIAN!
Emmanuele Marcon, Obama, adalah sedikit contoh pemimpin yang merepresentasikan semangat itu. Ada juga Nathan Law, aktivis pro-demokrasi Hongkong yang pada pemilu 2016 terpilih menjadi anggota parlemen di usia 23 tahun.
Nathan Law-VOA
Jadi intinya, kita sebagai anak muda yang selalu dianggap tidak punya pengalaman yang cukup. Tapi tanpa disadari di zaman now ini anak muda yang dianggap tidak berpengalaman cukup dapat mengganti dengan akselerasi kognitif dalam bentuk penmikiran yang logis dan juga akselerasi intensif dalam bentuk mencipatakan gerakan-gerakan kreatif dan variatif,Apalagi zaman now sudah didukung dengan transformasi tekhnologi. Yang merupakan sebuah peluang bagi kita Kaum Muda bisa satu langkah didepan.Kaum muda yang dapat menggunakan tekhnologi secara baik dan benar.
Sudah saatnya kalimat "jika masih ada yang tua, maka anak muda bersabarlah dahulu" kita ganti dengan Yang muda yang bekarya.
Ketika negara-negara lain di dunia mulai merespon semangat zaman now ini, bagaimana dengan Indonesia?
Jika memperhatikan postur komposisi penduduk Indonesia saat ini, dimana proporsi penduduk dengan rentang usia kategori muda yang berjumlah besar, maka tidak berlebihan bila kita yakin bahwa fenomena perubahan itu akan terjadi pula di negara kita. Selain itu, partisipasi politik kaum muda Indonesia juga mulai mengalami peningkatan belakangan ini. Anak-anak muda mulai tak canggung untuk mengekspresikan aspirasi politik secara terbuka dengan cara-cara yang lebih kreatif dan variatif. Gerakan politik moral kaum muda makin banyak bermunculan lewat komunitas-komunitas yang terbentuk berdasarkan isu-isu terkini soal kebangsaan.
Demikian halnya juga dalam ruang politik praktis, sejumlah partai mulai memberikan kesempatan yang besar bagi munculnya tokoh-tokoh muda potensial untuk memegang peran politik yang strategis. Tak sampai di situ, partai-partai politik itu juga mulai memberikan porsi yang cukup besar bagi keterlibatan anak-anak muda dalam kompetisi politik di Negara ini. Meskipun upaya tersebut masih terkesan hanya sebatas strategi untuk memenangkan pasar pemilih muda, tapi kesemuanya itu cukup menumbuhkan optimisme dan harapan serta keyakinan dalam mendorong perbaikan politik. Serta pengawalan terhadap regenerasi yang sehat.
Optimisme ini juga menjadi cambuk untuk meneguhkan kembali keyakinan kita bahwa kepemudaan sejatinya adalah komponen krusial dan tulang punggung masa depan bangsa. Lebih jauh lagi, dalam konteks kekinian, gagasan kepemudaan adalah ringkasan penting dalam menyongsong masa depan generasi muda kita di masa yang mendatang.
Tau Gak Kalian?
Penting untuk diingat bahwa tahun 2020-2035 mendatang akan menjadi tahun puncak Anak Muda Zaman Now . Di rentang waktu itu, penduduk Indonesia akan didominasi oleh kelompok penduduk usia produktif. Anak Muda Zaman Now akan mendatangkan manfaat serta kontribusi besar terhadap upaya mewujudkan kesejahteraan bangsa jika dikelola secara benar dan serius.
Artinya, Anak Muda Zaman Now Indonesia di masa yang mendatang wajib mendapatkan ruang yang terbuka dan kesempatan dengan baik. Jika tidak demikian, masa depan yang kita harapkan hanya akan menjadi beban dan bencana bagi Negara itu sendiri. Kita berharapnya saat ini disusun rumusan agenda serta kebijakan kepemudaan yang luas,lengkap,meliputi segala aspek dan berlanjutan.
Saat itulah, cerita politik kaum muda menemukan keharusan untuk bepartisipasi dalam kehidupan politik. Politik Anak Muda Zaman Now diharapkan bukan hanya sebatas penggembira dalam setiap momentum pemilu, tapi lebih jauh lagi yakni memperjuangkan agenda kepemudaan lewat keterlibatan aktif dalam politik kebijakan. Keterlibatan pemuda dalam politik kebijakan ini menjadi upaya penting untuk memastikan sampainya agenda kepemudaan secara berkelanjutan. Sebaliknya, absennya kaum muda justru hanya akan menjadi kelemahan utama pembangunan Indonesia di masa depan.
Jika optimisme ini menjadi keyakinan kita bersama, maka percayalah, tak perlu menunggu waktu yang lama untuk meluapkan semangat zaman ini ke dalam lapangan politik kita. Tentu saja, memperjuangkan agenda kepemudaan melalui kerja-kerja politik bukanlah perkara yang mudah, terlebih jika direspon sebagai ancaman oleh elit politik tua. Yang perlu kita lakukan segera adalah satukan kekuatan anak muda yang terserak menjadi kekuatan bersama yang utuh.