Sebagai seorang Guru, mereka harus selalu siap berjuang untuk mencerdaskan anak bangsa dalam kondisi apapun. Di HUT PGRI Ke-72 ternyata banyak kisah unik dan mengharukan. Berikut ini adalah beberapa Potret Guru yang terlupakan:
1. Guru di Perbatasan Malaysia - Indonesia
Guru yang sedang menyebrangi kolam lumpur
Di Lansir dari Instagram@neng_jepret terlihat seorang guru sedang kesulitan meneruskan perjalanannya karena motor yang ia tumpangi terendam lumpur setinggi lutut orang dewasa. bahkan di foto selanjutnya ada gambar seorang ibu yang sedang membawa tas dan juga barang-barang yang banyak, sedang berusaha mengemudikan motornya den menjadi mandi lumpur.
neng_jepret menuliskan"Seorang guru dan masyarakat yang membawa hasil bumi di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia tepatnya di Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat," demikian keterangan yang tertulis sebagai caption pada postingan yang diunggah Selasa (24/10/2017).
2. Guru muslimah mengajar di sekolah Kristen di pedalaman Flores
Sarwendah berfoto bersama muridnya di Desa Wei Kela
Sumber:nationalgeographic.co.id
Program SM3T menyalurkan mahasiswa berbakat ke daerah pedalaman, Toleransi beragama menjadikan semua orang merasa aman dan nyaman. Hal itu yang dialami oleh Sarwendah Kongtesha (21) meskipun ia berjilbab tetapi ia diterima dengan hangat di tengah-tengah mayoritas Khatolik di Lingkungan barunya.
Ia mendapat tugas mengajar di Desa Wai Kela Kecamatan Adonara Kabupaten Flores Timur. Meskipun merasa aneh pada awalnya. Namun masyarakat dan kepala sekolah selalu melindunginya. Bahkan kepala sekolah mencarikan tempat tinggal untuknya tanpa membayar satu rupiahpun.
Masalah berjilbab pun ia diskusikan kepada istri kepala sekolah dan mendapat respons yang positif. Sarwendah merasakan indahnya toleransi suku dan beragama menjadi sangat penting di tengah keberagaman penduduk Indonesia ini.
3. Kisah guru Kupang mengajar di Papua
Indri Berfoto bersama muridnya di Desa Edogadi
Sumber: RadarPekalongan.co.id
Indri ditempatkan di Desa Edagotadi, Kabupaten Deiyai, Papua. Sebuah Desa di Papua yang kekurangan air. Untuk mendapatkan air mereka harus pergi ke bawah gunung. Di sana juga tidak ada listrik untuk mengecas hp dan laptop Indri terpaksa mengunakan genset. Sehingga alat elektronikanya cepat rusak. mayoritas menggunakan baju dan kulit kayu. Indri mengajar di SMP Satu Atap YPPK Edagotadi.
Ada pengalaman pahit saat Indri dan kawannya bertugas di sana. Ternyata didaerah pedalaman juga terjadi perampokan rumah. Suatu malam ada pria yang masuk dan memaksa menyerahkan semua benda-benda berharga sambil membawa senapan . Setelah diberikan semua barang berharga. Perampokpun pergi dengan mmbawa barang berharga.
Namun, Ia masih beruntung masyarakat masih selalu membantunya kapanpun ia berada dalam kesulitan.
4. Berjalan dua hari satu malam
Andri berfoto bersama muridnya di Mbua
Sumber: Kompasiana.com
Andri Kristiani 34 tahun adalah seorang sukarelawan yang mengajar di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, Papua. Hatinya tergerak untuk mengajar disana saat mendengar bahwa tak ada satupun relawan yang mau mengajar disana karena jarak yang jauh dan sangat sulit untuk memasuki wilayah tersebut.
Dengan modal nekat akhirnya Andri melangkah maju mengajar anak-anak di Mbua. Perjalanannya membutuhkan modal yang tak sedikit ia harus berjalan kaki dua hari satu malam menuju kesana.
jalanan yang terjal dan curam tak menyurutkan niatnya untuk tetap mengajar di desa terpencil. Ia mengajar mulai dari PAUD sampai SMA. Penduduk Mbua sangat menghormati Andri karena pengorbanannya mengajar di tempat terpencil.
5. Mandi dengan air hitam
Zully berfoto dengan anak-anak SD yang sedang belajar di SMPN 4 Satu Atap
Sumber: JawaPos
Zully Hijah Yanti AD (23) perempuan asal Aceh ini mengikuti program SM3T. Ia ditugaskan di daerah Sambas Kalimantan Barat. Ia mengajar didi SMP Negeri 4 Satu Atap di Desa Sungai Tomab, Kecamatan Salatiga, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Selain cuacanya yang ekstrem panas yang membuat hidungnya berdarah. Di sana juga masih menggunakan air sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari.
Air sungai yang kurang bersih terpaksa ia gunakan bersama warga yang lain. Meskipun begitu ia merasa beruntung karena masyarakat sangat baik padanya.