Banjir kembali merendam Kota Jakarta. Sepertinya Jakarta akan aneh kalau musim penghujan tiba dan banjir tidak menggenangi sebagian Jakarta. Salah satu wilayah di Jakarta yang tergenang adalah daerah Green Garden Jakarta Barat. Bahkan banjir sekarang juga menggenangi wilayah Istana Negara.
Banjir terkadang membawa efek samping berupa longsor di daerah bantaran sungai. Karena itulah banjir yang terjadi perlu dicegah secara tepat serta tidak menggunakan teknologi yang mahal, melainkan memanfaat teknologi bioenginering.
Salah satu teknologi bioenginering adalah dengan menanam rumput vetiver. Tanaman ini sontak ramai diperbincangkan setelah Jokowi memerintahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk menanam vetiver pasca banjir di Bogor dan Lebak pada awal tahun 2020. Selanjutnya ia juga mengajak warga Wonogiri, Jawa Tengah menanam rumput vetiver secara agroforestri (15/2).
Tanaman Vetiver merupakan sejenis rumput dari keluarga Poaceae. Tanaman ini di Jawa biasa dipakai untuk melindungi saluran air yang miring. Sementara itu di India Selatan dipakai dalam bentuk strip sebagai batas lahan permanen dan kadang-kadang dalam strip kontur untuk mengendalikan erosi. Ia juga sangat toleran terhadap logam berat yang ditemukan di tanah.
Tidak seperti kebanyakan rumput yang cenderung memiliki kebiasaan rooting permukaan, sistem akar vetiver yang sangat padat memiliki kecenderungan kuat untuk tumbuh ke bawah sejauh 4 meter atau lebih. Hal inilah yang membuat tekstur tanah akan semakin kuat dan rekat jika ditumbuhi tanaman.
Berikut ini profil tanaman rumput vetiver yang dapat mencegah banjir dan longsor serta bisa dibudidayakan di pekarangan rumah maupun di ruang hijau Jakarta.
1. Klasifikasi.
Vetiver / Foto: dok. pfaf.org
Rumput vetiver adalah tanaman yang masih satu keluarga dengan serai dan padi. Tanaman ini adalah tanaman monokotil (berkeping satu). Kingdom: Plantae (Tumbuhan); Filum: Magnoliophyta; Class: Liliopsida; Ordo: Poales; Familia: Poaceae; Genus: Chrysopogon; Spesies: Zizanoides (Backer & van den Brink, 1968)
2. Habitat dan deskripsi.
Tanaman ini hidup di dataran banjir dan tepian sungai. Tumbuh cocok pada tanah yang lembap dan kaya, seringnya di sepanjang aliran air. Ini adalah rumput tropis setinggi sekitar 2-5 meter. Sistem akarnya yang luas cenderung tumbuh hingga 4 meter atau lebih.
3. Sebaran.
Tanaman ini berasal dari India, namun kemudian menyebar ke Asia Tenggara, Pakistan, Sri Lanka, Myanmar, dan Thailand.
4. Penelitian ilmiah sebagai pencegah banjir.
Vetiver (Chrysopogon Zizanoides) merupakan salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dalam teknologi fitoremediasi karena memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menyerap polutan. Kemampuan vetiver dalam menyerap nutrien, khususnya nitrogen (N) dan fosfat (P) telah teruji dengan baik.
Hasil penelitian melaporkan bahwa pertambahan panjang akar vetiver yang lebih cepat daripada pertambahan panjang tunasnya juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman anti longsor di sepanjang kawasan bantaran sungai (Komarawidjaja & Garno, 2016). Penggunaan sistem soil bioengineering seperti vegetasi rumput vetiver merupakan salah satu penanganan longsor lanjutan serta kelongsoran jangka panjang yang perlu dipertimbangkan, mengingat beberapa keunggulannya yaitu berbiaya murah (Noor et al., 2011).
5. Manfaat lain.
Tanaman ini juga dimanfaatkan sebagai penyedap pada permen, sirup, minuman buah, dan asparagus kaleng (Anonim, 2019). Hal ini karena tanaman vetiver menghasilkan minyak esensial kualitas tinggi. Vetiver juga digunakan untuk pembuatan sabun, wewangian, kosmetik, deodoran, dan lainnya. Akar digunakan untuk membuat keranjang, kipas, tikar, dan layar pendingin. Akar bubuk menunjukkan sifat insektisida. Batang dan daun tua digunakan sebagai jerami atau diproses menjadi bubur kertas kasar (Anonim, 2010).