Sejak lahir di akhir '90an brand Sony PlayStation menjelma jadi senjata utama perusahaan elektronik Jepang, Sony, di pasaran perangkat elektronika masa kini.Jika dulu Sony mengandalkan televisi sebagai penghasil laba utama untuk kas perusahaan, maka belakangan ini malah video game yang memberikan napas untuk Sony di ketatnya persaingan global. Terlebih lagi dengan gencarnya arus produk Korea Selatan (seperti Samsung dan LG) serta Tiongkok menjadikan perusahaan Jepang seperti Sony, yang dulunya pemain utama di bidang consumer electronics, menjadi kelimpungan.
Kualitas produk yang mirip/mendekati serta harga lebih rendah dari produsen Korea dan China menjadikan pasar produk Jepang seperti music player, TV, lemari es dan lain-lain semakin terjepit. Produk Sony (atau Jepang) semakin menemukan persaingan yang mengharuskan mereka minggir atau malah mundur sekalian.
Laba Sony banyak digerus oleh perusahaan seperti itu. Tapi tidak dengan PlayStation.
Markas Besar PlayStation USA (Sumber gambar: Playstation.Com)
Sejak lahir lebih dari dua dekade lalu, PlayStation mengalami berbagai evolusi yang terus menguatkan citra Sony di bisnis video game. Suatu bisnis yang puluhan tahun didominasi Nintendo; juga merupakan perusahaan Jepang seperti Sony. Dalam perjalanannya, Sony yang dulu memosisikan PlayStation sebagai bisnis sampingan kini menempatkan PlayStation di level tertinggi dalam hierarki perusahaan. Hal ini ditegaskan oleh Kaz Hirai, mantan kepala divisi PlayStation yang menjabat CEO alias Bos Besar Sony di tahun 2015.
Hirai mengatakan kalau Sony akan lebih fokus ke pengembangan bisnis PlayStation dibandingkan produk elektronik untuk konsumen lainnya. "Keluarga besar PlayStation", dimulai dari PlayStation original hingga terkini PlayStation 4, memang memiliki fanbase sangat besar. Dengan deretan games menarik (ekslusif maupun tidak), grafis menawan serta kemudahan yang diberikan, menjadikan PlayStation sebagai barang jualan Sony yang selalu menghasilkan laba. PlayStation 2 bahkan masih memegang rekor sebagai console gaming paling laku sejagad yang terjual lebih dari 155 juta unit di seluruh dunia sejak rilis pertama di tahun 2000.
Namun bukan berarti semua PlayStation laku terjual atau tanpa persaingan. Karena brand ini mengalami kesulitan serius saat bertempur di bagian handheld gaming portable; suatu area yang sejak lama merupakan wilayah kekuasaan Nintendo.
Tercatat Sony dua kali merilis portable handheld gaming, yaitu PlayStation Portable (PSP) & PlayStation Vita (PSVita). Dan walaupun secara penjualan tidak terlalu buruk (PSP laku terjual hingga 80 juta unit sepanjang masa produksinya) tapi memang penjualan PSVita tidak seperti yang diharapkan mengingat teknologi yang digunakan termasuk canggih.
Kaz Hirai memperkenalkan PSVita (Sumber gambar: Sonyrumors)
PSVita, yang saat ini sudah diumumkan akan dimatikan tahun 2019 sebelumnya ada dalam kondisi hidup segan mati tak mau. Game-nya sudah sangat sedikit diproduksi (setidaknya untuk pasar di luar Jepang, karena di Jepang nasib PSVita masih lumayan bagus jika dibandingkan market Amerika atau Eropa), tapi Sony sepertinya bersikeras kalau PSVita mereka masih mampu menghasilkan laba untuk perusahaan. Setidaknya hingga akhir masa produksinya.
Mengapa demikian? Mungkin karena Sony menganggap PSVita dan spesifikasinya (Bluetooth, layar sentuh kapasitif 5 inchi, dual analog stick, Wi-Fi/3G, prosesor ARM Cortex-A9, dan kemampuan Remote Play PlayStation 4 yang canggih) lebih bagus ketimbang pesaing terkuat mereka saat itu, Nintendo 3DS. Tapi kenyataannya, 3DS lebih banyak terjual. Alasannya? Ada banyak. Mungkin karena harga yang lebih rendah? PSVita dijual $249 dan 3DS hanya $170. Tapi banyak analis yang berpendapat kalau faktor harga bukan penyebab PSVita sulit bersaing dengan 3DS, melainkan jumlah games dan dukungan 3rd party. Di bagian ini Nintendo dengan 3DS memang melesat jauh meninggalkan PSVita.
(Sumber gambar: Wololo)
Walau kalah spek dari PSVita tapi 3DS justru laku lebih banyak! Tanpa dukungan game-game bagus secara rutin, mustahil mesin game manapun akan mampu bertahan di tengah kompetisi sengit seperti bisnis video game. Nintendo adalah penguasa di bagian ini walaupun sudah sering coba ditumbangkan oleh banyak perusahaan lain, termasuk oleh Sony dengan PSP & PSVita mereka.
Sepertinya Sony masih harus mengakui kekalahan mereka, dan mengibarkan bendera putih kembali. Terutama karena Nintendo kini semakin membesar dengan console/handheld hybrid mereka yang fenomenal, Nintendo Switch, yang makin menyulitkan nafas PSVita di pasaran. Sudah babak belur dihajar 3DS, PSVita juga digebuk Nintendo Switch. Sehingga aman untuk mengatakan kalau tahun 2019 ini adalah tahun kematian Sony PlayStation Vita di industri video game dunia.
Portable gaming handheld terakhir Sony? (Sumber gambar: TechNewsGadget)
Dan karena Sony sama sekali tidak pernah memberikan hint kalau mereka sedang menciptakan suksesornya, maka mungkin PSVita adalah kali terakhir Sony mencoba meraih profit di bisnis handheld portable gaming. Selamat jalan, PSVita!