Pada Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan dua bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, spontan meluluh-lantahkan kedua kota tersebut menjadi puing, lalu dengan itu mengakhiri Perang Dunia II.
Setidaknya 200.000 masyarakat Jepang tewas di tempat. Ribuan lainnya akan menanggung sakit terlebih dahulu akibat dari efek radiasi sebelum tewas secara mengenaskan. Sementara yang selamat bakal melanjutkan kehidupan dengan anggota tubuh yang sudah tidak lagi sempurna.
Anak-anak yang lahir dari ibu korban serangan tersebut juga lahir cacat, bahkan dalam bentuk mengerikanakibat efek radiasi yang diterima ibu mereka. Pengeboman terhadap kedua kota tersebut merupakan bencana terbesar yang tidak mungkin bisa dilupakan oleh Jepang, bahkan dunia sekali pun.
Namun demikian, kurang dari satu abad kemudian Jepang dan Amerika malah berakhir menjadi teman dekat. Keduanya menjalin hubungan yang sangat baik, mulai dari segi politik mau pun sosioekonomi.
Aktivitas seperti pertukaran pelajar sering dilakukan sepanjang tahun, kegiatan ekspor-impor, kerja sama militer, riset baik di bidang teknologi mau pun sains, dan sebagainya. Daripada memendam dendam, kedua negara ini malah saling membantu antar satu sama lain dalam semua lini. Tragedi 70 tahun lalu seolah tidak pernah terjadi sama sekali.
Jepang tampaknya bahkan tidak sedikit pun membenci Amerika, bahkan setelah semua yang mereka lakukan. Tapi, pertanyaannya, kenapa?
Ada banyak jawaban subyektif yang bisa diberikan terkait masalah ini. Salah satu alasan terbesarnya adalah karena ketika di masa perang dulu Jepang dipimpin oleh Kaisar Sh?wa (Hirohito) yang sangat kejam. Kebijakan-kebijakan radikalnya membuat Jepang terpuruk ke dalam masalah finansial, membuat kehidupan masyarakat jadi sangat sulit. Ia juga memperbesar kekuatan militer, mewajibkan para lelaki untuk berperang, dan mati saat dikalahkan. Semua itu membuatnya sangat amat ditakuti dan tidak disukai oleh, bukan hanya pihak Sekutu, namun juga rakyatnya sendiri.
Setelah runtuhnya rezim Nazi Jerman di Eropa Uni Soviet pun mulai mendeklarasikan perang terhadap Jepangingin menuntut balas atas kekalahannya dulu di Perang Rusia-Jepang. Tiongkok, yang merupakan korban jajahan terburuknya, pun mulai menunjukkan ancaman yang berbahaya. Tertinggal sendirian, dan sadar tidak akan mungkin berperang melawan banyak musuh sekaligus, Jepang pun memutuskan untuk menyerah pada Sekutu pada 15 Agustus 1945, yang kemudian segera diduduki oleh Amerika Serikat.
Dari situ Amerika pun mulai membangun kembali Jepang secara parsial. Kekuatan ekonomi dipulihkan, kebijakan dagang direvisi agar adil bagi semua pihak, monopoli kaum dihapus, sistem pendidikan diperbaiki, dan pemerintahan distabilkan. Teknologi pun dibagi serta dikembangkan secara masal, yang nantinya menjadi cikal-bakal Jepang sebagai raksasa industri dunia. Amerika juga memperkenalkan Jepang dengan pola kehidupan demokrasi yang memberikan hak merata bagi semua individu. Untuk pertama kali dalam sejarah Jepang akhirnya melaksanakan pemilihan umum pertamanya.
Campur tangan Amerika Serikat dalam membangun kembali Jepang setelah perang memang memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi negara tersebut. Berkat dukungan finansial yang tidak sedikit dalam waktu singkat Jepang yang terpuruk oleh berbagai masalah pun bisa kembali pulih, dan konstan berkembang dengan sendirinya dengan sangat pesat.
Jumlah PDB Jepang saat ini diestimasikan sebesar $4.807 triliun pada 2017 lalu, merupakan yang terbesar kelima di dunia. Negara ini juga menduduki peringkat kelima sebagai eksportir terbesar di dunia dengan berbagai macam produk inovatifnya. Amerika adalah partner bisnis yang sangat menikmati produk buatan Jepang, khususnya barang-barang elektronik dan mobil.
Selain sebagai mitra bisnis kedua negara ini juga telah mengikat perjanjian keamanan bersama sejak 1951 lalu, di mana militer mereka akan mempertahankan satu sama lain ketika terjadi serangan asing. Secara gamblang, Amerika menyatakan perlindungan penuh terhadap Jepang. Sementara Jepang akan memberikan bantuannya ketika sesuatu terjadi pada Amerika.
Mayoritas masyarakat Jepang sendiri banyak yang menyalahkan Kaisar Hirohito sebagai dalang utama dari kehancuran negara tersebut. Sementara itu tindakan Amerika yang melakukan pengeboman terhadap Hiroshima dan Nagasaki dipandang sebagai keputusan untuk mengakhiri perangagar mencapai kedamaian. Amerika telah memberikan banyak perubahan besar pada Jepang, baik itu dari segi ekonomi, pemerataan status sosial, pemberian hak, edukasi, sistem pemerintahan, demokrasi, perlindungan, modernisasi, dan sebagainya. Negara yang dulu menjadi musuh berat malah beralih memberikan pertolongan penuh pada mereka. Imej pahlawan pun secara signifikan teretsa pada wajah Amerika Serikat di mata Jepang. Sementara tragedi 6 dan 9 Agustus tersebut secara masal dianggap sebagai karma karena kebodohan pimpinan mereka.
Karena sebab-sebab tersebutlah Jepang tidak bisa membenci Amerika. Tentu saja, ada lebih banyak alasan lain yang bisa disebutkan. Namun, ini yang menjadi kepercayaan yang dipegang oleh mayoritas masyarakatnya.