Melansir dari Wikipedia berbahasa Indonesia, arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan. Arang umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu, gula, tulang, dan benda lain. Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan menyerupai batu bara ini terdiri dari 85% sampai 98% karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya.
Di kalangan masyarakat pada umumnya, arang biasanya dimanfaatkan atau digunakan sebagai bahan bakar untuk menghangatkan suhu ruangan, memanggang beragam jenis bahan makanan, seperti daging ayam, daging sapi/kambing dan sebagainya, sampai untuk membakar jagung dan aneka kuliner bakaran lainnya. Hmm... Hanya membayangkannya saja sudah bikin ngiler, ya?
Nah, di Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan, ada arang yang justru dijadikan produk kerajinan tangan dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi. Pengrajin arang itu ialah Narwanto.
Bagi orang yang memiliki daya imajinasi dan kreativitas tinggi seperti Narwanto, arang-arang ini ia buat berbagai macam kerajinan, mulai dari gelang, kalung, anting-anting, sampai aksesori pelengkap fashion lainnya.
Tidak hanya itu, arang yang terbuat dari bahan kayu jenis Palawan ini ternyata dapat dimanfaatkan untuk penjernih air, penetralisir gelombang elektromagnetik dalam ruangan, bahkan bisa dibuat alat musik pukul.
"Jadi arang itu ada dua jenis, arang hitam sama putih. Nah, yang putih ini dia teksturnya keras serta kalau dibenturkan mengeluarkan suara dentingan seperti baja. Makanya bisa dijadikan alat musik," terang Narwanto.
Pria kelahiran Bojonegoro, 11 Desember 1981 silam ini menerangkan, jenis kayu Palawan sengaja dipilih untuk dijadikan bahan kerajinan arang lantaran kayu jenis ini saat disentuh tidak menimbulkan bekas noda hitam.
"Dia lebih solid, padat, keras, dan tidak mudah rapuh. Saya menyebut arang dari kayu Palawan ini dengan sebutan arang putih," kata Narwanto.
Meski ia menyebut arang putih, tapi tetap saja penampakan warnanya hitam. Narwanto menyebutnya sebagai arang putih karena kualitas dan harga jualnya yang lebih mahal.
Lebih lanjut Narwanto menerangkan, kayu Palawan banyak tumbuh di Kalimantan Tengah di lahan yang berpasir. Sedangkan untuk ukuran ideal kayu Palawan yang akan dijadikan beragam jenis kerajinan inimenurut Narwanto, dari diameter 5 cm sampai 10 cm.
Untuk menghasilkan arang yang berkualitas, sambung Narwanto, memerlukan waktu hingga 15 hari, dari proses memasukkan kayu ke dalam tungku dan membakarnya pada suhu 1.000 derajat hingga panen (menjadi arang siap pakai).
Narwanto sendiri sehari-harinya memang berjualan arang merek Najune Binchotan. Arang aktif ini dijual sachetan untuk khasiat kesehatan, pembersih, dan lain-lain. Rumahnya di Jalan Sidomulyo Raya Nomor 16 Landasan Ulin Timur dipasanginya plang: Rumah Pengarang.
Sejak tahun 2012 belajar mengolah arang menjadi barang bernilai ekonomis, Narwanto terus mengembangkan karyanya. Terbaru, pemuda asal Bojonegoro ini mendapat ilham untuk lebih mengeksplorasi benda hitam hasil pembakaran dari kayu ini, yakni dijadikan berbagai macam aksesori fashion yang dikolaborasikan dengan kain tenun Pagatan atau kain Sasirangan.
Penulis: Dema Kenzo