Dalam 30 tahun terakhir, teknologi terus-terusan meningkat dan alat-alat canggih terbaru terus-menerus dirilis dan dijual ke khalayak umum. Biasanya, perusahaan-perusahaan yang menjual alat-alat canggih terbaru selalu mengambil risiko dengan membuat ide-ide aneh dan gila. Terkadang, ide-ide dan alat-alatnya terlalu jauh dari nalar manusia zaman sekarang. Berikut ini adalah beberapa alat-alat aneh yang gagal di pasaran.
1. QR Codes.
QR Codes seharusnya dapat membuat perusahaan-perusahaan dan para konsumen menjadi lebih mudah dalam bertransaksi. Namun sayangnya, karena sangat ribet dan butuh koneksi internet untuk menggunakannya membuat QR Codes ditinggalkan. QR Codes masih ada di mana-mana namun sangat sedikit yang benar-benar menggunakannya.
2. PlayStation EyeToy.
Ketika Playstation EyeToy dirilis ke publik untuk Playstation 2 pada 2003 silam, webcam saat itu baru saja naik daun. Tidak ada orang yang benar-benar memahami untuk apa alat ini. Yang membuatnya semakin tidak bagus adalah karena hanya sedikit videogames yang dapat menggunakan Playstation EyeToy.
3. TiVo.
TiVo membuat brand pemasaran yang bagus, namun mereka tidak memahami konsumen mereka atau industri tempat mereka bernaung. Ketimbang berkerja sama dengan perusahaan-perusahaan kabel, TiVo justru melawan mereka. Orang-orang juga lebih memilih DVR yang dijual oleh para perusahaan kabel ketimbang pergi membeli TiVo.
4. Blackberry.
Dulu, Blackberri merupakan smartphone yang sangat laku di pasaran. Namun, mayoritas para pengguna Blackberry hanya menggunakannya untuk kepentingan bisnis. Begitu iPhone keluar dan menarik para konsumen pasaran, Blackberry dalam sekejap terlihat seperti barang kuno. Gagal mengantisipasi kekalahan telaknya di pasaran, Blackberry lalu hancur berkeping-keping.
5. Kacamata OAKLEY.
Pada tahun 2004 silam, Oakley merilis sebuah alat yang menggabungkan kacamata dan sebuah pemutar Mp3. Namun, terkadang menggabungkan dua alat yang bagus tidak akan menghasilkan alat yang bagus pula. Suara yang dihasilkan oleh pemutar Mp3 alat ini sangat rendah kualitas. Belum lagi, secara tampilan kaca mata ini terlihat sangat jelek.
6. Saga Dreamcast.
Setelah kegagalan rilisan mereka yang bertajuk Sega Saturn, Sega ingin bangkit dari kegagalan tersebut. The Dreamcast dipromosikan secara jor-joran oleh pihak Sega. Namun ternyata alat ini memiliki banyak kesalahan desain, masalah finansial, dan perilisannya yang berdekatan dengan perilisan Playstation 2 benar-benar membunuh Sega dan membuat alat ini menjadi alat terakhir yang mereka rilis.
7. Google Wave.
Google Wave dulu adalah salah satu sarana komunikasi untuk para pengguna Internet. Google Wave menggabungkan email, media sosial, dan pengiriman pesan instant. Saat itu Google Wave sangat dinanti-nanti perilisannya namun begitu dirilis alat ini justru gagal meroket dikarenakan terlalu penuh dengan fitur dan kurang menarik para pengguna internet.
8. Lumosity Brain Games.
Saat pertama kali Lumosity diterbitkan, pihak distributor membuat klaim yang besar dengan mengatakan bahwa alat ini memiliki dampak positif ke otak manusia. Mereka juga mengatakan bahwa alat ini akan membuat para penggunanya lebih cekatan di perkerjaan dan sekolahan mereka beserta merendahkan kemungkinan terkena Alzhemeir's dan ADHD. Namun, setelah sebuah penelitian dilakukan, terbukti bahwa Lumosity tidak berdampak apa-apa terhadap otak dan mereka terpaksa harus membayar 2 juta dollar karena telah melanggar peraturan FTC.
9. Samsung Galaxy Note 7.
Seorang pengguna Samsung Galaxy Note 7 melaporkan handphone miliknya tiba-tiba terbakar dan meledak. Awalnya, Samsung menyalahkan baterai mereka. Samsung lalu mencoba untuk memperbaiki baterai mereka namun masalah yang sama tetap terjadi. Pada akhirnya terungkap bahwa masalahnya bukan ada pada baterai melainkan desain handphone itu sendiri. Pada akhirnya, mereka harus menarik semua produk mereka tersebut dari pasaran dan harus menanggung kerugian mencapai 6 miliar dollar.
10. Google Glass.
Awalnya, ketika Google Glass diumumkan, banyak orang melihat potensi dari alat yang satu ini. Namun, setelah beberapa tahun pengembangan alat ini, kacamata unik ini tidak bisa menjadi populer. Dengan teknik pemasaran dan komunikasi ke para konsumen yang sangat buruk beserta mahalnya harga kacamata ini, Google Glass sudah mati tepat ketika ia dirilis.