Saat ini boleh dibilang kalau semua barang dan produk memiliki tanda tulisan Made in China. Maksud saya, lihat saja piring dan gelas, Made in China. Baju, Made in China. Spare part komputer, Made in China.Oleh-oleh dari Paris berbentuk Menara Eiffel, Made in China. Alas sajadah untuk beribadah juga bertuliskan Made in China di bagian tag-nya.
Lucu? Bisa jadi. Tapi ini juga menunjukkan betapa mengguritanya produksi negara tersebut di berbagai jenis produk konsumen dunia. Seakan-akan tidak ada yang tidak dibuat atau dikerjakan oleh negara tersebut.Termasuk di industri perfilman? Tentu saja!
Walaupun jelas tidak semasif Hollywood di Amerika Serikat (dan bahkan mungkin Bollywood-nya India), namun industri perfilman China termasuk sehat dan rajin berproduksi. Jika dulu area ini lebih dikuasai oleh Hong Kong, namun kini perfilman Republik Rakyat Tiongkok atau Peoples Republic of China terasa makin produktif sejak Hong Kong bergabung menjadi bagian China setelah sebelumnya merupakan koloni Kerajaan Inggris Raya. Secara terstruktur perfilman China mulai berbenah dan memproduksi tema yang lebih beragam setelah sebelumnya lebih sering memproduksi film-film berbasis propaganda untuk pemerintahan.
Tema yang diproduksi oleh sineas film Mainland (sebutan untuk daerah utama negara China) awalnya kebanyakan berupa kisah silat/kungfu yang berasal dari legenda; seperti misalnya film-film Monkey King yang merupakan adaptasi kisah klasik Dewa/Raja Kera Sakti Sun Wu Kong. Tahu dong, kisah ini? Atau kisah perebutan kekuasaan berlatar belakang kerajaan seperti di film "Curse of the Golden Flower".
(Sumber gambar: The Diva Review)
Tapi semakin lama kisah-kisah film yang diproduksi Mainland mulai semakin beragam dalam tema. Dan ini termasuk produksi film dalam genre favorit saya, Science Fiction alias Fiksi Ilmiah. Seperti yang baru saja dirilis saat Tahun Baru Lunar / Imlek beberapa waktu lalu. Film tersebut berjudul The Wandering Earth.
Saya belum beruntung untuk dapat menyaksikan film The Wandering Earth. Namun sinopsis dan trailer film ini dapat dengan mudah ditemukan di internet. Berdasarkan trailer yang sudah saya lihat dari film The Wandering Earth, saya cukup yakin kalau film fiksi ilmiah Made in China ini keren dan 'wah' (terutama dalam soal tema).
(Sumber gambar: Amazon)
The Wandering Earth merupakan novel fiksi ilmiah karya novelis China Liu Cixin. Novel ini termasuk karya penting mengingat inilah kali pertama ada novel/novelis fiksi ilmiah dari pengarang China yang memenangi Hugo Award. Hugo Award sendiri merupakan penghargaan bergengsi dan prestisius di bidang novel bertema fiksi ilmiah. Selain menang di Hugo Award, The Wandering Earth juga meraih sukses di Locus Award. Tema novel diadaptasi ke dalam film secara akurat, yaitu tentang situasi di masa depan di mana matahari dalam kondisi menua dan siap untuk meledak (kondisi yang secara sains disebut sebagai "Red Giant") sehingga mengancam eksistensi planet-planet di sekitarnya; yang berarti juga ancaman untuk Bumi serta manusia.
Sebuah rencana gila dirancang untuk menyelamatkan Bumi dan manusia; yaitu dengan memindahkan planet Bumi keluar dari sistem tata surya di mana matahari berada menuju lokasi lain di Alpha Centauri.
Dari sini saja saya sudah merasa wah! dengan premise film fiksi ilmiah ini. Jika sebelum-sebelumnya konsep menyelamatkan manusia dari kepunahan adalah dengan memindahkan manusia melalui spaceship atau pesawat luar angkasa, di novel/film The Wandering Earth cara yang digunakan sangat-sangat unorthodox alias tidak biasa sama sekali. Bukan memindahkan manusia, tapi sekalian dengan planetnya. Bagaimana melakukan hal itu? Dengan meletakkan mesin pendorong sehingga memaksa Bumi berhenti berputar pada porosnya untuk kemudian bergerak meninggalkan tata surya matahari menuju tata surya lain dengan memanfaatkan daya tarik gravitasi Planet Jupiter sebagai pendorong. Masalah muncul saat Planet Bumi tertarik terlalu dekat dan dalam kondisi akan bertabrakan dengan Planet Jupiter.
(Sumber gambar: Variety)
Membaca sinopsis tentang film The Wandering Earth membuat saya super penasaran dengan film fiksi ilmiah ini. Dan dari sisi penjualan, film The Wandering Earth meraih prestasi yang termasuk luar biasa pula. Disutradarai oleh Frant Gwo, The Wandering Earth meraih pendapatan 3 miliar Yuan (atau US$443 Juta) dalam waktu kurang dari 10 hari masa penayangan di berbagai bioskop wilayah China. Film ini bahkan sampai direkomendasikan oleh Kementerian Luar Negeri melalui juru bicara mereka, Hua Chunying, yang mengatakan Saya tahu film yang saat ini populer adalah The Wandering Earth. Saya tidak tahu apakah Anda sudah melihatnya atau belum tapi saya merekomendasikan untuk menontonnya.
Walaupun kecil sekali kemungkinan film The Wandering Earth diimpor dan diputar di bioskop Indonesia, namun saya tetap berharap untuk bisa dapat menonton film fiksi ilmiah seperti ini. Semoga saja bisa.
Trailer film "The Wandering Earth" https://youtu.be/c8LAwozrXPo